Di kalangan para pelopor teori konseling vokasional, Parsons (1909)
berpendapat bahwa bimbingan vokasional dilakukan pertama dengan
mempelajari individu, kemudian dengan menelaah berbagai okupasi, dan
akhirnya dengan mencocokkan individu dengan okupasi. Proses ini, yang
disebut teori trait-and-factor, secara sederhana dapat diartikan sebagai
mencocokkan karakter individu dengan tuntutan suatu okupasi tertentu,
yang pada gilirannya akan memecahkan masalah penelusuran kariernya.
Teori trait-and-faktor ini berkembang dari studi tentang
perbedaan-perbedaan individu dan perkembangan selanjutnya terkait erat
dengan gerakan testing atau psikometri. Teori ini berpengaruh besar
terhadap studi tentang deskripsi pekerjaan dan persyaratan pekerjaan
dalam upaya memprediksi keberhasilan pekerjaan di masa depan berdasarkan
pengukuran traits yang terkait dengan pekerjaan. Karakteristik utama
dari teori ini adalah asumsi bahwa individu mempunyai pola kemampuan
unik atau traits yang dapat diukur secara objektif dan berkorelasi
dengan tuntutan berbagai jenis pekerjaan.
Pengembangan instrumen asesmen dan penyempurnaan informasi tentang
okupasi terkait erat dengan teori trait-and-faktor. Perkembangan
nilai-nilai individu dalam proses pembuatan keputusan karier juga
merupakan faktor yang signifikan. Beberapa ahli berpendapat bahwa teori
trait-and-factor mungkin lebih tepat disebut psikologi diferensial
terapan.
Williamson merupakan seorang pendukung kuat konseling berdasarkan
teori trait-and-factor. Penggunaan prosedur konseling Williamson
menggunakan pendekatan trait-and-factor yang dikembangkan dari karya
Parsons. Bahkan ketika diintegrasikan ke dalam teori-teori bimbingan
karier lain, pendekatan trait-and-faktor memainkan peranan yang sangat
vital. Dampak dan pengaruhnya terhadap perkembangan teknik-teknik
asesmen dan penggunaan informasi tentang karier sangat besar.
Namun demikian, selama tiga dekade terakhir ini asumsi dasar
pendekatan trait-and-factor telah mendapat tantangan yang sangat kuat.
Keterbatasan testing telah dibuktikan dalam dua proyek penelitian.
Penelitian pertama dilakukan oleh Thorndike dan Hagen (1959), yang
mengikuti pola karier 10.000 laki-laki yang telah diberi tes dalam
angkatan bersenjata pada masa Perang Dunia II. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa tes yang diberikan 12 tahun sebelumnya tidak akurat
memprediksi keberhasilan karier karena berbagai alas an. Banyak individu
yang menjabat pekerjaan yang tidak berhubungan dengan hasil pengukuran
kemampuannya. Penelitian lain oleh Ghiselli (1966) menunjukkan bahwa
tingkat kepercayaan prediksi keberhasilan dalam program pelatihan kerja
berdasarkan hasil tes hanya moderat saja. Pada umumnya, hasil penelitian
menunjukkan bahwa hasil tes saja tidak memberikan cukup informasi untuk
dapat memprediksi secara akurat keberhasilan karier di masa depan.
Pada tahun 1984, Brown berargumentasi bahwa teori trait-and-faktor
tidak pernah sepenuhnya difahami. Dia mengemukakan bahwa para pendukung
pendekatan trait-and-faktor tidak pernah menyetujui penggunaan testing
secara berlebihan dalam konseling karier. Misalnya, Williamson (1939)
mengemukakan bahwa hasil tes hanya salah satu cara saja untuk
mengevaluasi perbedaan individu. Data lain, seperti pengalaman kerja dan
latar belakang individu pada umumnya, merupakan faktor yang sama
pentingnya dalam proses konseling karier.
Asumsi-asumsi berikut ini dari pendekatan trait-and-factor juga
menimbulkan keprihatinan tentang teori ini: (1) hanya terdapat satu
tujuan karier untuk setiap orang dan (2) keputusan karier terutama
didasarkan atas kemampuan yang terukur. Asumsi-asumsi tersebut sangat
membatasi jumlah faktor yang dapat dipertimbangkan dalam proses
pengembangan karier. Pada intinya, pendekatan trait-and-faktor itu
terlalu sempit cakupannya untuk dipandang sebagai teori utama
perkembangan karier. Namun demikian, kita harus mengakui bahwa prosedur
analisis okupasional dan asesmen baku yang menekankan pendekatan
trait-and-faktor itu tetap bermanfaat dalam konseling karier.
Sumber : E. L Herr dan S. H. Cramer, Career Guidance and Counseling Through the Life-Span : Systematic Approaches edisi ke-5 (1996, hlm. 208)
Terima kasih ilmunya, semoga mendapat balasan dari Yang Maha Kuasa.
ReplyDeleteAndori
Terima kasih ilmunya, semoga kebaikannya mendapat balasan dari Allah SWT
ReplyDeleteAndori
Kurang banyak mas brooo
ReplyDeletedi tambahan dewe wae bro... :-)
Delete