Yang paling populer diantara pandangan-pandangan sosiologis tentang
karier adalah yang menyatakan kalau manusia sampai di pekerjaan tertentu
lebih karena kebetulan semata dan bukannya hasil perencanaan bebas atau
kemajuan teratur menuju tujuan yang sudah ditentukan sebelumnya.
Laporan di koran dan televisi terus mengingatkan kita kisah-kisah orang
yang awalnya sudah berada di tempat dan waktu yang tepat kemudian tanpa
alasan jelas berakhir disebuah karier yang sama sekali tak terduga.
Dalam pengertian yang lebih luas, bisa saja kita memasukan faktor
kebetulan atau peruntungan/kesialan ini sebagai pengaruh yang turut
membentuk pilihan karier selain lingkungan, kelas sosial, budaya dan
kondisi lain yang di dalamnya seseorang diasuh/dibesarkan.
Namun dalam pengertian yang lebih sempit, kita dapat melihat kalau faktor yang disebut kebetulan, kesempatan atau peruntungan ini tak lebih merupakan pilihan kerja yang dihasilkan oleh sebuah ledakan impuls atau reaksi emosi mendadak yang di dalamnya kekuatan-kekuatan bawah sadar ikut menentukan perilaku seseorang dan menentukan pilihan karirnya. Contohnya, individu yang tampaknya baik-baik saja selama ini saat bekerja di sebuah kantor bahkan kariernya lebih cepat menanjak ketimbang rekan sebayanya, entah kenapa suatu hari tiba-tiba memilih berangkat sebagai sukarelawan kemanusiaan ke Palestina.
Lantaran setiap peristiwa dalam hidup memiliki potensi insidental, teori yang meyakini bahwa individu membuat suatu keputusan lantaran dipengaruhi situasi kasat mata atau aksiental menggangap mustahil kalau kita mengklaim bisa mengevaluasi semua faktor yang tampak dan rasional di dalam pilihan mereka.
Menurut Richard Wiseman (dalam Robert & Marianne H M, 2011) sekurangnya ada empat prinsip yang selalu muncul kalau ingin hidup anda beruntung:
Namun dalam pengertian yang lebih sempit, kita dapat melihat kalau faktor yang disebut kebetulan, kesempatan atau peruntungan ini tak lebih merupakan pilihan kerja yang dihasilkan oleh sebuah ledakan impuls atau reaksi emosi mendadak yang di dalamnya kekuatan-kekuatan bawah sadar ikut menentukan perilaku seseorang dan menentukan pilihan karirnya. Contohnya, individu yang tampaknya baik-baik saja selama ini saat bekerja di sebuah kantor bahkan kariernya lebih cepat menanjak ketimbang rekan sebayanya, entah kenapa suatu hari tiba-tiba memilih berangkat sebagai sukarelawan kemanusiaan ke Palestina.
Lantaran setiap peristiwa dalam hidup memiliki potensi insidental, teori yang meyakini bahwa individu membuat suatu keputusan lantaran dipengaruhi situasi kasat mata atau aksiental menggangap mustahil kalau kita mengklaim bisa mengevaluasi semua faktor yang tampak dan rasional di dalam pilihan mereka.
Menurut Richard Wiseman (dalam Robert & Marianne H M, 2011) sekurangnya ada empat prinsip yang selalu muncul kalau ingin hidup anda beruntung:
- Maksimalkan peluang anda
- Dengarkan suara dewi fortuna di hati anda
- Harapkan kebaikan
- Ubahlah hal-hal yang buruk menjadi kebaikan
Selama bertahun-tahun sosiolog dan psikolog telah mengemukakan
pendapat kalau kesempatan, kebetulan atau keberuntungan memainkan
peranan penting dalam perubahan arah hidup individu. Teori sosiologis
juga mencatat perubahan yang sama di rumah, sekolah, kelas sosial,
komunitas dan kelompok-kelompok sebaya.
Sumber : E. L Herr dan S. H. Cramer, Career Guidance and Counseling Through the Life-Span : Systematic Approaches edisi ke-5 (1996, hlm. 208)
Post a Comment for "Teori bimbingan karir : Sosiologis"
Penulis
Pendidikan
1. S1 BK (STKIPMPL)
2. S2 BK (Unnes)