Tugas Mata Kuliah : Manajemen Bimbingan dan Konseling
Oleh : Isni Dhanianto, Ema Sukmawati, Bety Vitriana, Emmy Ardiwinata
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Sugiyo, M. Si
Prodi : Bimbingan dan Konseling
Fakultas : Pascasarjana Universitas Negeri Semarang
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Seperti diketahui ilmu
manajemen berkembang terus hingga saat ini. Ilmu manajemen memberikan pemahaman
kepada kita tentang pendekatan ataupun tata cara penting dalam meneliti,
menganalisis dan memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan manajer.. Teori Manajemen Klasik
pertama kali diperkenalkan oleh Frederick
W. Taylor. Pada hakekatnya teori manajemen klasik menekankan pada pentingnya
pendekatan proses dan produksi.
Para
teoritis klasik menekankan pentingnya “rantai perintah” dan penggunaaan
disiplin, aturan dan supervisi ketat untuk merubah organisasi-organisasi agar
beroperasi lebih efisien. Teori klasik memberikan petunjuk “mekanistik”
struktural yang kaku, bukan kreativitas.
Begitu
pula dengan seorang konselor, konselor harus melakukan manajemen dengan
disiplin dan supervisi yang ketat supaya menjadi terkordinasi dengan baik.
Dengan penggunaan mekanisme yang terstruktur diharapkan kinerja konselor akan
lebih jelas dan terarah. Oleh karena itu konselor perlu mempelajari teori
manajemen klasik.
1.2 Rumusan
Masalah
Dalam
makalah ini, masalah yang akan dibahas berhubungan dengan teori manajemen
klasik agar diperoleh suatu pemahaman yang lebih dalam tentang tema yang
diambil makan penulis akan menekankan pada tiga pokok permasalahan :
1.2.1
Siapakah yang mempelopori teori manajemen klasik ?
1.2.2
Apa saja pokok teori manajeman kalasik ?
1.2.3
Apa saja kelebihan dan keterbatasan teori manajemen klasik ?
1.2.4
Bagaimana penerapan teori manajemen klasik dalam bimbingan dan konseling ?
1.3 Tujuan
Pembuatan Makalah
Adapun
tujuan pembuatan makalah yang penulis lakukan adalah :
1.3.1 Untuk mengetahui
Teori Manajemen Klasik
1.3.2 Untuk
memenuhi tugas mata kuliah manajemen bimbingan dan konseling
1.4 Manfaat Pembuatan Makalah
Dari
pembuatan makalah ini dapat diambil manfaat yaitu, mahasiswa pascasarjana BK
Unnes lebih memahami tentang teori manajemen klasik.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pelopor Ilmu
Manajemen Klasik
Berikut ini para tokoh yang sangat besar jasanya dalam meletakkan
dasar-dasar manajemen sebagai ilmu.
1.
Frederick W. Taylor
(1856-1915)
Taylor ialah orang pertama yang mengembangkan
manajemen ilmiah. Ia seorang ahli mesin yang memulai perkerjaannya di pabrik
baja Midvale Steel Company Philadelphia (USA) sebagai perkerja biasa selama
enam tahun Pada tahun 1886, ia meneliti usaha-usaha untuk meningkatkan
produktivitas kerja berdasarkan waktu dan gerak. Ia berpendapat bahwa efisiensi
perusahaan rendah karena banyak waktu dan gerak-gerak buruh yang tidak produktif.
Hasil penelitiannya disajikan di depan kongres Sarjana Teknik Amerika, kemudian
di tulis dalam bukunya yang berjudul, The Principles of Scientific Management.
Begitu pentingnya buku tersebut bagi para buruh dan manajer maka pada tahun
1911 diterbitkan oleh sebuah penerbit. Semenjak itu, Taylor dikenal sebagai
Bapak Manajemen Ilmiah.
2.
Henry Fayol (1841-1925)
Fayol menjadi manajer utama di pabrik tambang dan
metalurgi yang sangat terkenal di Eropa. Fayol yakin bahwa kesuksesannya
merupakan keterampilan mengembangakan pengalaman dan inropeksi. Ia mengarang
buku "General and Industrial management". Pada tahun 1916, dengan
sebutan teori manajemen klasik yang sangat memperhatikan produktivitas pabrik
dan pekerja, disamping memperhatikan manajemen bagi satu organisasi yang
kompleks, sehingga beliau menampilkan satu metode ajaran manajemen yang lebih
utuh dalam bentuk cetak biru. Fayol berkeyakinan keberhasilan para manajer
tidak hanya ditentukan oleh mutu pribadinya, tetapi karena adanya penggunaan
metode manajemen yang tepat.
3.
Max Weber (1864-1920)
Konsep model birokrasi berasal dari Sosiolog Jerman
Max Weber, yang banyak menghasilkan karya tulis pada tahun 1900-1920 yang
kemudian terkenal sebagai Bapak Birokrasi. Teori Birokasi ini muncul sekitar
Perang Dunia I di mana sering terjadi pertentangan antar buruh. Istilah
birokrasi berasal dari bahasa prancis, bureau yang berarti meja. Pengertian
meja ini berkembang menjadi kekuasaan yang diwenangkan di meja-meja kantor.
2.2
Pokok Teori
Manajemen Klasik
Teori dan prinsip manajemen pada dasarnya sudah ada
sejak manusia berusaha untuk mencapai tujuan melalui bekerjasama dalam
kelompok. Hal seperti ini dapat dijumpai pada catatan dari orang Mesir, Yunani,
Baghdad, pengalaman dan administrasi dari organisasi militer dan para komeralis
dari abad ke 14 sampai abad ke 18 yang kita sebut dengan manajemen jaman kuno.
Akan tetapi pengembangan teori dan prinsip manajemen
baru terjadi pada abad ke 18 dan abad ke 19 yaitu dengan timbulnya Revolusi
Industri yang menyebabkan tumbuhnya kebutuhan akan adanya pendekatan yang
sistematik terhadap manajemen.
Teori manajemen klasik beranggapan bahwa manusia itu sifatnya
rasional, berfikir logis, dan kerja merupakan suatu yang diharapkan. Oleh
karena itu teori klasik berangkat dari premis bahwa organisasi bekerja dalam
proses yang logis dan rasional dengan pendekatan ilmiah dan berlangsung menurut
struktural atau anatomi organisasi. Teori manajemen klasik terbagi menjadi dua,
yakni teori manajemen ilmiah dan teori organisasi klasik. Salah satu teori
klasik adalah manajemen ilmiah yang dipelopori Federik W. Taylor. Taylor
terkenal sebagai bapak manajemen ilmiah karena hasil penelitiannya yang telah
dibukukan tentang usaha-usaha untuk meningkatkan produktivitas kerja
berdasarkan waktu dan gerak pada tahun 1886, dijadikan sebagai pegangan penting
bagi para pekerja.
Selain itu, Taylor telah memberikan prinsip-prinsip penerapan
pendekatan ilmiah dalam manajemen dan mengembangkan teknik-teknik untuk
mencapai efisiensi dan keefektifan organisasi. Ia berasumsi bahwa manusia dalam
bekerja harus diawasi oleh supervisor secara efektif dan efisien. Peran
supervisor harus diterapkan dengan maksimal. Sasaran pada pendekatan ini adalah
kemakmuran maksimum bagi pengusaha dan karyawan.
Secara umum,
kita memandang bahwa gerakan manajemen ilmiah yang dipelopori Taylor diarahkan
pada pencapaian produktivitas kerja yang tinggi, keuntungan yang lebih besar,
biaya murah, dan sistem pengawasan mesin-manusia yang lebih efektif.
Pelopor teori manajemen klasik yang lain yaitu Henri Fayol yang
lebih dikenal dengan teorinya organisasi klasik, yang menyatakan ada 5 pedoman
manajemen yaitu: perencanaan, pengorganisasian, pengkomandoan, pengkoordinasian,
dan pengawasan. Prinsip-prinsip pokok menurut Fayol:1) kesatuan komando, 2) wewenang
harus didelegasikan, 3) inisiatif harus dimiliki seorang manajer, 4) adanya
solidaritas kelompok. Prinsip-prinsip tersebut harus bersifat luwes. Selain
itu, Fayol juga mengetengahkan empat belas prinsip administrasi yang sangat
terkenal, yakni :
1.
Pembagian kerja (Dvision of Labor), yaitu semakin
mengkhusus manusia dalam pekerjaannya, semakin efisien kerjanya, seperti
terdapat pada ban berjalan.
2.
Otoritas dan tanggung jawab (Authority and Responsibility)
diperoleh melalui perintah dan untuk dapat memberi perintah haruslah dengan
wewenang formal. Walaupun demikian wewenang pribadi dapat memaksa kepatuhan
orang lain.
3.
Disiplin (Discipline), dalam arti kepatuhan anggota
organisasi terhadap aturan dan kesempatan. Kepemimpinan yang baik berperan
penting bagi kepatuhan ini dan juga kesepakatan yang ada, seperti penghargaan
terhadap prestasi serta penerapan sangsi hukum secara adil terhadap yang
menyimpang.
4.
Kesatuan komando (Unity of Command), yang berarti
setiap karyawan hanya menerima perintah kerja dari satu orang dan apabila
perintah itu datangnya dari dua orang atasan atau lebih akan timbul
pertentangan perintah dan kerancuan wewenang yang harus dipatuhi.
5.
Kesatuan pengarahan (Unity of Direction), dalam arti
sekelompok kegiatan yang mempunyai tujuan yang sama yang harus dipimpin oleh
seorang manajer dengan satu rencana kerja.
6.
Menomorduakan kepentingan perorangan terhadap terhadap
kepentingan umum (Subordination of Individual interest to general interes),
yaitu kepentingan perorangan dikalahkan terhadap kepentingan organisasi sebagai
satu keseluruhan.
7.
Renumerasi Personil (Renumeration of Personnel), dalam
arti imbalan yang adil bagi karyawan dan pengusaha.
8.
Sentralsiasi (Centralisation), dalam arti bahwa
tanggung jawab akhir terletak pada atasan dengan tetap memberi wewenang
memutuskan kepada bawahan sesuai kebutuhan, sehingga kemungkinan adanya
desentralisasi.
9.
Rantai Skalar (Scalar Chain), dalam arti adanya garis
kewenangan yang tersusun dari tingkat atas sampai ke tingkat terendah seperti
tergambar pada bagan organisasi.
10.
Tata-tertib (Order), dalam arti terbitnya penempatan
barang dan orang pada tempat dan waktu
yang tepat.
11.
Keadilan (Equity), yaitu adanya sikap persaudaraan
keadilan para manajern terhadap bawahannya.
12.
Stabilitas masa jabatan (Stability of Penure of
Personal) dalam arti tidak banyak pergantian karyawan yang keluar masuk
organisasi.
13.
Inisiatif (Initiative), dengan memberi kebebasan kepada
bawahan untuk berprakarsa dalam menyelesaikan pekerjaannya walaupun akan
terjadi kesalahan-kesalahan.
14.
Semangat Korps (Esprit de Corps), dalam arti
meningkatkan semangat berkelompok dan bersatu dengan lebih banyak.
Tokoh teori
manajemen klasik berikutnya yakni Max Weber. Weber memandang dunia, khususnya
masyarakat, secara sekular dan rasional. Di dalam membangun dan mengoperasikan
suatu lembaga manusia yang terlibat di dalamnya, cenderung mendasarkan
tindakannya pada pengetahuan, pengambilan keputusan rasional. Dia memandang
birokrasi yang ada di organisasi merupakan alat yang sangat efisien dalam
mengoperasikan organisasi-organisasi yang berskala besar, baik swasta maupun
milik pemerintah.
Ciri-ciri pokok birokrasi ini
adalah :
1.
Pembagian kerja yang tegas dan spesialisasi yang
tinggi. Setiap biro yang ada di bawah berada di bawah kontrol yang lebih tinggi
(hierarkis).
2.
Sistem pemerintahan diadministrasikan secara obyektif.
3.
Penempatan tenaga kerja, penugasannya didasarkan pada
kualifikasi, bukan pada hubungan sanak famili atau favoritas.
4.
Adanya keamanan kerja bagi bawahan, dan
5.
Penggunaan catatan, dokumen, dan arsip-arsip secara
ekstensif.
2.3
Kelebihan
dan Keterbatasan Teori Manajemen Klasik
2.3.1
Kelebihan atau sumbangan teori manajemen klasik
Adapun kelebihan didalam teori manajemen klasik yaitu :
1.
Memberikan kontribusi mengenai pembentukan organisasi
secara birokrasi atas dasar hierarki yang sampai saat ini masih banyak
digunakan oleh organisasi-organisasi
modern.
2.
Memberikan anatomi organisasi formal dengan empat unsur
pokok yang selalu muncul dalam organisasi formal:
- Sistem kegiatan yang terkoordinasi.
- Kelompok orang.
- Kerjasama.
- Kekuasaan dan kepemimpinan.
3.
Memberikan tiang dasar penting dalam organisasi formal
yaitu:
- Pembagian kerja (untuk koordinasi).
- Proses Skalar & Fungsional (proses pertumbuhan vertical dan horizontal).
- Struktur (hubungan antar kegiatan).
- Rentang kendali (berapa banyak atasan bisa mengendalikan bawahan).
4.
Adanya prinsif pembidangan tugas yang jelas
(jurisdictional areas), umumnya diatur oleh hukum/peraturan-peraturan
administrasi, yaitu:
- Adanya pembagian tugas yang jelas bagi apparatus birokrasi.
- Adanya pendelegasian wewenang.
- Setiap tugas yang dilaksanakan menuntut keahlian/keterampilan (spesialisasi). Sehingga orang yang dapat diangkat menjadi aparat birokrasi adalah mereka yang mempunyai keahlian (kualifikasi).
5.
Memperhatikan adanya “rantai perintah” dan penggunaaan
disiplin, aturan dan supervisi ketat untuk merubah organisasi-organisasi agar
beroperasi lebih efisien.
2.3.2
Keterbatasan Teori Manajemen Klasik
Adapun keterbatasan didalam teori manajemen klasik
yaitu :
1.
Menganggap manusia sebagai mesin yaitu manusia akan
terus menerus bekerja keras dan memaksakan dirinya seperti robot jika diberi
imbalan yang lebih. Padahal kenyataanya tidak begitu, manusia mempunyai
perasaan cinta, rindu, sakit, dan sebagainya yang walaupun di beri imbalan pada
saat tertentu mereka menolaknya
2.
Teori ini juga beranggapan bahwa jika pekerjaan
seseorang semakin dispesialisasi, maka produktifitas mereka akan semakin bagus
dan banyak (tinggi). Namun pada kenyataannya terdapat titik jenuh yang
menurunkan produktifitas dari spesialisasi kerja manusia tersebut karena
manusia mempunyai rasa bosan dan jenuh.
3.
Merangsang berfikir yang mengutamakan konformitas dan
formalitas.
4.
Merupakan rutinitas yang membosankan padahal manusia
mempunyai titik jenuh atau bosan terhadap suatu pekerjaan yan diulang
terus-menerus secara monoton.
5.
Ide-ide inovatif tidak sampai kepada pengambil
keputusan karena panjangnya jalur komunikasi hal ini disebabkan karena adanya
sistem birokrasi yang panjang.
6.
Terlalu banyak aturan yang berbelit-belit .
7.
Kecenderungan menjadi orwelian, yaitu keinginan
birokrasi mencampuri (turut melaksanakan) bukan mengendalikan urusan.
2.4
Penerapan Teori
Manajemen Klasik Dalam Bimbingan dan Konseling
Penerapan Teori manajemen klasik dalam bimbingan dan konseling dikaitkan
dengan program supervisi bimbingan dan koseling yakni usaha untuk
mengkoordinasikan dan menuntun pertumbuhan konselor secara berkesinambungan
baik secara individual mampun secara kelompok supaya dapat memahami dan
memberikan layanan secara efektif. Kegiatan supervisi tersebut seperti
pengawasan terhadap layanan bimbingan dan konseling yakni mutu layanan sebagai
proses memfasilitasi perkembangan siswa dalam aspek akademik. Selanjutnya
melakukan pengawasan terhadap aspek manajemen program bimbingan dan konseling
supaya siswa mendapatkan layanan bimbingan dan konseling yang bermutu dari
konselor. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah pengawasan terhadap
konselornya sehingga terciptanya kondisi yang suportif untuk konselor yang
bertujuan agar konselor mau belajar terus menerus untuk menyempurnakan kinerja
profesionalnya.
Teori manajemen klasik dalam
Bimbingan Konseling dapat meningkatkan kwalitas SDM Konselor, penerapannya
melalui kegiatan dalam manajemen yang melakukan pengawasan, pengorganisasian
dan pengarahan pada proses pelaksanaan Bimbingan Konseling yang diberikan pada
konseli dapat mewujudkan keinginan dan tujuan
yang akan di capai.
BAB III
PENUTUP
3.1
Simpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1.
Teori manajemen klasik terbagi menjadi dua,
yakni teori manajemen ilmiah dan teori organisasi klasik. Tokoh sentral dari
teori manajemen ilmiah adalah Frederick
W. Taylor sedangkan tokoh sentral dari teori organisasi klasik adalah Henry
Fayol.
2.
Teori manajemen ilmiah berasumsi bahwa manusia
dalam bekerja harus diawasi oleh supervisor secara efektif dan efisien. Peran
supervisor harus diterapkan dengan maksimal. Sasaran pada pendekatan ini adalah
kemakmuran bagi pengusaha dan karyawan. Dan teori organisasi klasik telah
berhasil membuat manajemen menjadi sistematik. Teori ini berasumsi bahwa
praktek manajemen mempunyai pola tertentu yang dapat diidentifikasi dan di
analisis. Dari pemahaman dasar tersebut akan membantu dalam membuat rancangan
untuk doktrin menajamen yang kompak.
3.
Teori manajemen klasik beranggapan bahwa manusia
itu sifatnya rasional, berfikir logis, dan kerja merupakan suatu yang
diharapkan. Oleh karena itu teori klasik berangkat dari premis bahwa organisasi
bekerja dalam proses yang logis dan rasional dengan pendekatan ilmiah dan
berlangsung menurut struktural atau anatomi organisasi.
3.2 Saran
Pengetahuan teori manajemen klasik merupakan hal yang penting. Harapan kami, setelah
membahas tentang teori manajemen klasik tersebut, kita dapat mengembangkankan melalui pelayanan
bimbingan dan konseling di sekolah.
Sehingga pada akhirnya konselor mampu membantu konseli secara optimal
mencapai perkembangan yang optimal.
Pengetahuan teori manajemen
klasik dan pelaksanaan pelayanan dalam bimbingan konseling di sekolah diharapkan
juga dapat meningkatkan kwalitas SDM Konselor dan menambah wacana pengetahuan
dalam upaya meningkatkan mutu Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling di
Sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Herujito Yayat. 2007. Dasar-dasar Manajemen. Jakarta : Grasindo
Husaini Usman.
2009. Manajemen Teori,Praktik,dan Riset
Pendidikan Edisi 3. Jakarta: Bumi Aksara
Syamsu Yusuf dan A.
Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, PT Remaja
Rosdakarya, Bandung, 2009, cet. IV
Post a Comment for "Teori Manajemen Klasik dengan Bimbingan dan Konseling"
Penulis
Pendidikan
1. S1 BK (STKIPMPL)
2. S2 BK (Unnes)