Tugas Mata Kuliah : Manajemen Bimbingan dan Konseling
Oleh : Andi Riswa Buana Putra, Dony Apriatama, Nur Mahardika, Jontas Gayuh Panuntun
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Sugiyo, M. Si
Prodi : Bimbingan dan Konseling
Fakultas : Pascasarjana Universitas Negeri Semarang
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Perencanaan, pengorganisasian,
kepemimipinan, dan
pengawasan, khususnya dalam bidang pendidikan merupakan kegiatan manajerial
yang pada hakikatnya merupakan proses pengambilan keputusan. Semua
kegiatan tersebut membutuhkan informasi. Informasi yang dibutuhkan oleh para
manajer, termasuk pengelola pendidikan, disediakan oleh suatu sistem informasi
manajemen atau SIM
(System Information Management) yaitu
“ suatu sistem yang menyediakan informasi untuk manajer secara teratur”.
Informasi ini dimanfaatkan sebagai dasar untuk melakukan pemantauan dan
penilaian kegiatan serta hasil-hasil yang dicapai.
Menurut Shorade dan
Voich (1994), informasi merupakan sumber dasar bagi organisasi dan esensial
agar operasionalisasi dan manajemen berfungsi secara efektif. Sedangkan Gordon
Davis (1994), mengartikan sistem informasi manajemen sebagai sebuah sistem
manusia/mesin yang terpadu untuk menyediakan informasi guna mendukung fungsi
operasi, manajemen, dan pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi. Mcleod (1995)
mendefinisikan Sistem Informasi Manajemen (SIM) sebagai suatu sistem
berbasis computer yang menyajikan informasi bagi para pemakai dengan kebutuhan
yang serupa. Para pemakai biasanya membentuk suatu organisasi formal atau sub
unit di bawahnya. Informasi menjelaskan suatu organisasi yang salah satu sistem
utamanya menjelaskan mengenai apa yang telah terjadi, apa yang sekarang
terjadi, dan apa kemungkinannya di masa mendatang.
Dengan kata lain,
Sistem Informasi Manajemen merupakan keseluruhan jaringan informasi yang
ditujukan kepada pembuatan keterangan-keterangan bagi para manajer dan para
pengguna lainnya yang berfungsi untuk pengambilan keputusan atau kebutuhan lain
dalam cakupan organisasi atau perorangan. Informasi itu sendiri, merupakan data
yang telah diolah, dianalisis melalui suatu cara sehingga memiliki arti dan
makna (worth). Sedangkan data adalah fakta, atau fenomena yang belum
dianalisis, seperti jumlah, angka, nama, lambang yang menggambarkan suatu
objek, ide, kondisi, ataupun situasi. Apabila data yang masuk telah diproses
dan dianalisis maka data itu menjadi informasi yang penting, dibutuhkan, dan
berarti bagi pengambilan keputusan, baik yang menyangkut kegiatan organisasi
maupun manajerial.
Ada beberapa
persyaratan agar informasi yang dibutuhkan itu dapat berfungsi, bermanfaat bagi
para pengambil keputusan dan pengguna lainya, yaitu: Uniform, Lengkap, Jelas, dan Tepat waktu. Dengan demikian jelas
bahwa SIM yang efektif dapat memperlancar manajemen dalam pencapaian tujuan
organisasi. Pertanyaannya adalah SIM efektif itu yang bagaimana, untuk membahas hal tersebut maka penulis tertarik
utuk menyusun makalah ini dengan judul Prinsip Manajemen Berdasarkan Informasi.
1.2
Rumusan Masalah
Dalam
makalah ini, masalah yang akan dibahas mengenai Prinsip Manajemen Berdasarkan Informasi.
agar diperoleh suatu pemahaman
yang lebih dalam tentang tema yang diambil maka penulis akan menekankan pada
beberapa pokok permasalahan. Permasalahan yang akan dirumuskan sebagai berikut:
1.2.1
Jelaskan Penggunaan Sistem Informasi Manajemen ?
1.2.2
bagaimana
bentuk SIM efektif ?
1.3
Tujuan pembuatan makalah
Adapun tujuan yang ingin
dicapai dari pembuatan makalah yang penulis
lakukan adalah:
1.3.1
Untuk mengetahui bagaimana
Penggunaan Sistem
Informasi Manajemen.
1.3.2
Untuk mengetahui bagaimana SIM efektif.
1.4
Manfaat pembuatan makalah
Dari pembuatan makalah ini,
bisa diambil manfaat yaitu: Mahasiswa pasca sarjana BK UNNES lebih memahami
tentang Sistem
Informasi Manajemen sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan di
Indonesia.
BAB
II
LANDASAN TEORI
2.1
Pengertian
Sistem Informasi Manajemen
Sesungguhnya, konsep
sistem informasi telah ada sebelum munculnya komputer. Sebelum pertengahan abad
ke-20, pada masa itu masih digunakan
kartu punch, pemakaian komputer terbatas pada aplikasi akuntansi yang
kemudian dikenal sebagai sistem informasi akuntansi. Namun demikian para
pengguna khususnya dilingkungan perusahaan masih mengesampingkan kebutuhan
informasi bagi para manajer. Aplikasi akuntansi yang berbasis komputer tersebut
diberi nama pengolahan data elektronik (PDE). Dalam tahun 1964, komputer generasi
baru memperkenalkan prosesor baru yang menggunakan silicon chip circuitry
dengan kemampuan pemrosesan yang lebih baik. Untuk mempromosikan generasi
komputer tersebut, para produsen memperkenalkan konsep sistem informasi
manajemen dengan tujuan utama yaitu aplikasi komputer adalah untuk menghasilkan
informasi bagi manajemen. Ketika itu mulai terlihat jelas bahwa komputer mampu
mengisi kesenjangan akan alat bantu yang mampu menyediakan informasi manajemen.
Konsep SIM ini dengan sangat cepat diterima oleh beberapa, perusahaan dan
institusi pemerintah dengan skala besar seperti Departemen Keuangan khususnya
untuk menangani pengelolaan anggaran, pembiayaan dan penerimaan negara.
Terdapat dua alasan utama mengapa terdapat
perhatian yang besar terhadap manajemen informasi, yaitu meningkatnya
kompleksitas kegiatan organisasi tata kelola pemerintahan dan meningkatnya
kemampuan komputer. Selanjutnya, dengan tersedianya informasi yang berkualitas,
tentunya juga mendorong manajer untuk meningkatkan kemampuan kompetitif
organisasi yang dikelolanya. Pada masa komputer generasi pertama, komputer
hanya disentuh oleh para spesialis di bidang komputer, sedangkan pengguna
lainnya tidak pernah kontak langsung dengan komputer. Sekarang, hampir setiap
kantor mempunyai paling tidak beberapa desktop/personal computer/ PC.
Pemakai sistem informasi manajemen pun kini tahu bagaimana menggunakan komputer
dan memandang komputer bukan sebagai sesuatu yang spesial lagi, tetapi sudah
merupakan suatu kebutuhan seperti halnya filing cabinet, mesin photocopy
atau telepon. Manajemen tidak dapat mengabaikan sistem informasi karena sistem
informasi memainkan peran yang kritikal di dalam organisasi. Sistem informasi
ini sangat mempengaruhi secara langsung bagaimana manajemen mengambil keputusan,
membuat rencana, dan mengelola para pegawainya, serta meningkatkan sasaran
kinerja yang hendak dicapai, yaitu bagaimana menetapkan ukuran atau bobot
setiap tujuan/kegiatan, menetapkan standar pelayanan minimum, dan bagaimana
menetapkan standar dan prosedur pelayanan baku kepada masyarakat.
Oleh karenanya,
tanggung jawab terhadap sistem informasi tidak dapat didelegasikan begitu saja
kepada sembarang pengambil keputusan. Semakin meningkat saling ketergantungan
antara rencana strategis instansi, peraturan dan prosedur di satu sisi dengan
sistem informasi (software, hardware, database, dan telekomunikasi) di
sisi yang lainnya. Perubahan di satu komponen akan mempengaruhi komponen
lainnya. Hubungan ini menjadi sangat kritikal manakala manajemen ingin membuat
rencana ke depan. Aktivitas apa yang akan dilakukan lima tahun ke depan biasanya
juga sangat tergantung kepada sistem apa yang tersedia untuk dapat
melaksanakannya. Sebagai contoh, peningkatan produktivitas kerja para pegawai
sangat tergantung pada jenis dan kualitas dari sistem informasi organisasi.
Perubahan lain dalam
hubungan sistem informasi dengan organisasi adalah semakin meningkatnya cakupan
dan ruang lingkup dari sistem informasi dan aplikasinya. Pengembangan dan
pengelolaan sistem dewasa ini membutuhkan keterlibatan banyak pihak di dalam
organisasi, jika dibandingkan peran dan keterlibatanya pada periode-periode
yang lalu.
Sebagaimana sudah disampaikan dengan
meningkatnya kecenderungan organisasi berteknologi digital, maka sistem
informasi di dalam organisasi dapat meliputi jangkauan yang semakin luas hingga
kepada masyarakat, instansi pemerintahan lainnya, dan bahkan informasi mengenai
perkembangan politik terakhir. Satu alasan mengapa sistem informasi memainkan
peran yang sangat besar dan berpengaruh di dalam organisasi adalah karena
semakin tingginya kemampuan teknologi komputer dan semakin murahnya biaya
pemanfaatan teknologi komputer tersebut. Semakin baiknya kemampuan komputer
telah menghasilkan jaringan komunikasi yang kuat yang dapat digunakan
organisasi untuk melakukan akses informasi dengan cepat dari berbagai penjuru
dunia serta untuk mengendalikan aktivitas yang tidak terbatas pada ruang dan
waktu. Jaringan-jaringan ini telah mentransformasikan ketajaman dan bentuk
aktivitas organisasi, menciptakan fondasi untuk memasuki era digital. Jaringan yang terluas dan terbesar yang
digunakan adalah internet.
Hampir setiap orang di
seluruh dunia ini, baik yang bekerja di dunia sains, pendidikan, pemerintah,
maupun kalangan pebisnis menggunakan jaringan internet untuk bertukar informasi
atau melakukan transaksi bisnis dengan orang atau organisasi lain di seluruh
dunia. Internet menciptakan platform teknologi baru yang universal. Teknologi
internet ini mampu mempertajam cara bagaimana sistem informasi digunakan dalam
bisnis dalam kehidupan sehari-hari. Pertumbuhan yang pesat di teknologi
komputer dan jaringan, termasuk teknologi internet telah mengubah struktur
organisasi yang memungkinkan secara instan informasi didistribusi di dalam dan
di luar organisasi. Kemampuan ini dapat digunakan untuk mendesain ulang dan
mempertajam organisasi, mentransfer struktur organisasi, ruang lingkup
organisasi, melaporkan dan mengendalikan mekanisme, praktik-praktik kerja, arus
kerja, serta produk dan jasa.
Dalam kehidupan
masyarakat luas kata “informasi” pada umumnya sudah tidak dipandang lagi
sebagai istilah asing. Dalam pembicaraan umum di masyarakat sering para
pembicara memaksudkannya sebagai berita atau keterangan yang adakalanya di
identikkan dengan data. Data mempunyai kaitan erat dengan informasi dan biasa
pula terjadi suatu hal yang sama dikatakan
data dan juga dikatakan informasi. Perbedaannya ditentukan dengan adanya proses
dan kepentingan dan maksud dalam hal yang dikatakan informasi. Sedangkan data
tidak terikat oleh kedua hal tersebut. Dengan demikian data merupakan bahan
untuk menjadi informasi stelah diproses dengan prosedur, teknik dan cara sesuai
dengan kepentingannya. Atau dengan perkataan informasi adalah suatu data
terpilih yang telah diproses dalam suatu system untuk menjadikannya dapat
memberikan arti. Untuk memahami secara mendalam tentang SIM, banyak para ahli
yang telah mengemukakan pendapatnya yang intinya sebagai berikut : “ SIM adalah
jaringan prosedur pengelolaan data mulai dari pengumpulan data, pengelolaan,
penyimpanan, pengambilan, penyebaran dengan menggunakan berbagai peralatan yang
tepat, dengan maksud memberikan data kepada manajemen setiap waktu diperlukan
dengan cepat dan tepat, untuk dasar pembuatan keputusan dalam rangka mencapai
tujuan organisasi. Manajemen Informasi merupakan aktivitas yang mengubah data mentah menjadi
bentuk yang berguna dan tepat bagi penerima/pemakainya guna mendukung proses manajemen.
Sistem Informasi Manajement menurut : Robet G Murdick & Joel E
Ross, proses komunikasi dimana input dan output yang direkam, disimpan dan
diproses untuk pengambilan keputusan, mengenai perancangan, pengoperasian dan
pengendalian. Gordon B Davis, Sistem manusia dan mesin yang terpadu untuk
menghasilkan informasi guna mendukung operasi, manajemen dan fungsi pengambilan
keputusan dalam suatu organisasi. SIM (system informasi
manajemen) merupakan keselurahan jaringan informasi yang ditunjukan kepada
pembuatan keterangan-keterangan bagi manajer yang berfungsi untuk pengambilan
keputusan. Informasi itu sendiri merupakan data yang telah diolah, dianalisis
melalui suatu cara sehingga menjadi berarti. Sedangkan data adalah fakta atau
fenomena yang belum dianalisi, seperti
jumlah, angka, nama, lambang
yang menggambarakan suatu objek, ide, kondisi, situasi.
Dalam
sistem informasi diperlukan klasifikasi alur informasi, hal ini disebabkan
keanekaragaman kebutuhan akan suatu informasi oleh pengguna informasi. Kriteria
dari sistem informasi antara lain, fleksibel, efektif dan efisien. Bahasan
sistem informasi tidak selalu melibatkan komputer. Persoalannya bukan mengenai
dipakai atau tidaknya komputer, tetapi dititikberatkan pada berbagai proses
yang berlangsung akan dikomputerisasikan. Sehingga timbulah sistem informasi
berbasis komputer. Sistem informasi berbasis komputer adalah sistem informasi
yang alat bantunya menggunakan komputer untuk efektivitas sistem atau
organisasi. Pada sistem informasi berbasis komputer, subyek utama dari sistem
tetaplah manusia yang mengetahui dengan tepat kebutuhan informasi, dan mengambil
keputusan, bukanlah komputernya, yang hanya sebagai subsistemnya saja.
Sistem
informasi manajemen (SIM) adalah bagian dari pengendalian internal suatu bisnis
yang meliputi pemanfaatan manusia, dokumen, teknologi, dan prosedur oleh
akuntansi manajemen untuk memecahkan masalah bisnis seperti biaya produk,
layanan, atau suatu strategi bisnis. Sistem informasi manajemen dibedakan
dengan sistem informasi biasa karena SIM digunakan untuk menganalisis sistem
informasi lain yang diterapkan pada aktivitas operasional organisasi. Secara
akademis, istilah ini umumnya digunakan untuk merujuk pada kelompok metode
manajemen informasi yang bertalian dengan otomatisasi atau dukungan terhadap
pengambilan keputusan manusia, misalnya sistem pendukung keputusan, sistem pakar,
dan sistem informasi eksekutif.
Terdapat dua alasan
utama mengapa terdapat perhatian yang besar terhadap manajemen informasi, yaitu
meningkatnya kompleksitas kegiatan organisasi tata kelola pemerintahan dan
meningkatnya kemampuan komputer. Selanjutnya, dengan tersedianya informasi yang
berkualitas, tentunya juga mendorong manajer untuk meningkatkan kemampuan
kompetitif (competitive advantage) organisasi yang dikelolanya.
2.2
Komponen-komponen
Sistem Informasi Manajemen
Jika dikaji secara seksama
ternyata SIM ini terbentuk karena adanya unsur yang mendukungnya. Unsur SIM ini
meliputi unsur system, unsur informasi dan unsur manjemen.
2.2.1 System
Yang dimaksud dengan sistem adalah
seperangkat alat komponen yang terdiri dari dua atau lebih, yang saling
berhubungan dan saling ketergantungan satu sama lain, untuk mencapai tujuan
bersama. Pengertian ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Prajudio
Atmosudirjo (1979:231) bahwa :
System
adalah setiap sesuatu yang terdiri atas objek-objek, atau unsur, atau
komponen-komponen yang bertata-kaitan dan bertata-hubungan satu sama lain
sedemikian rupa sehingga unsur tersebut merupakan suatu pemrosesan atau
pengolahan tertentu. Jika
suatu system tertentu diidentifikasikan, maka sering terdapat sejumlah system
yang lebih kecil, yaitu yang dinamakan subsistem. Bila terus dianalisis, akan
sampai pada elemen-elemen dasarnya.
Seperti yang dikatakan oleh Burch dan
Stater (1974;4), bahwa: “Suatu system dapat dirumuskan sebagai setiap kumpulan
bagian-bagian yang disatukan, yang dirancang untuk mencapai suatu
tujuan”.Setiap bagian dalam organisasi selalu membutuhkan keputusan yang cepat
dan tepat. Juga membutuhkan bagian yang lain untuk pembuatan keputusan, apalagi
top managernya. Keputusan yang dicetuskan sangat tergantung pada
data-data/informasi dari berbagai subsistem. Maka disini perlu dirancang
SIM, sehingga system dapat dianggap sebagai suatu metode untuk memcahkan
masalah. Dengan
menggunakan pendekatan system dalam proses manajemen, diharapkan pengelolaan
data dapat dihasilkan informasi yang cepat, tepat dan akurat dengan melalui
analisis yang rasional dan ilmiah.
2.2.2 Informasi
Komponen SIM yang kedua adalah
Informasi, yaitu merupakan unsur inti dalam SIM. Karena informasi inilah yang
dijadikan sebagai system, dan dikelola dengan pendekatan system. Namun tidak
berarti system informasi menajemen berdiri dengan tanpa unsur system dan unsur
management. Ketiganya tidak dapat dipisahkan. Informasi sangat erat
hubungannya dengan data. Informasi berasal dari data. Data adalah hal,
peristiwa, atau kenyataan lainnya apapun yang mengandung sesuatu yang
mengandung sesuatu pengetahuan untuk dijadikan dasar guna penyusunan
keterangan, pembuatan kesimpulan atau penetapan keputusan. Data adalah ibarat
bahan mentah yang melalui pengelolaan tertentu lalu menjadi informasi. Jelaslah kiranya bahwa
data merupakan sumber
informasi, merupakan bahan informasi dan dengan sendirinya erat hubungannya dengan
informasi.
Pengertian data dalam SIM, merupakan
hasil dari kajian-kajian ilmiah dan dapat didapatkan secara ilmiah pula. Oleh
karena itu dijelaskan pula oleh N.A. Ametembun ( 1980:137), bahwa: Data adalah
fakta-fakta yang diperoleh melalui penelitian empirik atau observasi. Sedangkan
yang dimaksud dengan informasi adalah “behavior initiating”, stimuli yang
terjadi antara pengirim dan penerima, dalam bentuk tanda atau sandi merupakan
“output” dari pengolahan data.
Setelah
dijelaskan apa makna “data” dan apa “informasi”, perlu memahami bahwa informasi
yang diterima pembuat keputusan, melalui tata cara, urutannya yang
jelas/tertentu, yang melibatkan beberapa bagian yang saling
berhubungan, saling ketergantungan, saling memerlukan satu sama lainnya. Proses penyajian
informasi yang dimulai dari pengumpulan data, pengolahan data, penyimpanan,
sampai kepada terciptanya informasi yang diterima pembuat keputusan, perlu
dikelola dengan baik, direncanakan, diorganisasikan, digerakkan dan
diawasi sehingga terbentuk suatu informasi yang efektif. Yaitu informasi yang
akurat, cepat, fungsional, relevan, ringkas dan lengkap untuk pembuatan
keputusan. Kriteria
bagi suatu SIM yang efektif adalah sistem tersebut dapat memberikan data yang
cermat, tepat waktu, dan yang paling penting artinya bagi perencanaan,
analisis, dan pengendalian manajemen untuk mengoptimalkan pertumbuhan
organisasi. Perlu
dipahami bahwa bahwa informasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
data-data yang telah diolah menjadi bentuk yang bermakna bagi penerima dan
berguna bagi pembuat keputusan-keputusan, sekarang dan yang akan datang.
Dikatakan data adalah fakta-fakta
kegiatan ogranisasi dengan unitnya. Untuk keperluan penulisan data dikertas
atau kartu dan memasukan
data ke komputer, maka data dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu yang
pertama data statis, dan yang kedua data dinamis. Data statis
adalah jenis data yang umumnya tidak berubah dan jarang berubah, misalnya
identitas nama (orang, organisasi, atau tempat), kode-kode nomor, dan lain
sebagainya. Sedangkan data dinamis adalah jenis data yang selalu berubah baik
dalam frekuensi waktu yang singkat (harian), atau agak lama (semesteran) dan
lain-lain. Data jenis ini sering mengalami peremajaan (updating) data. Contoh
data tersebut seperti buku tabungan, data gaji, data kepangkatan, data nilai
siswa, Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) mahasiswa dan sebagainya.
2.2.3 Manajemen
Komponen ketiga yaitu manajemen, yang
merupakan proses pengelolaan, pengumpulan data, hingga menjadi informasi
termasuk proses pentransferan informasi kepada yang memerlukan. Unsur manajemen ini
merupakan serangkaian proses pengelolaan seperti yang diungkapkan oleh George
R. Terry (1997:4) bahwa:
Mangement is a
distinct proses consisting of planing, organizing, actuating, and controlling,
performed to determine and accomplish stated objectives by the use of human
being and other resources. ( manajemen
adalah suatu proses yang terdiri dari perencanaanm pengorganisasian,
penggerakan, dan pengawasan, yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai
tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan manusia dan sumber daya
lainnya.)
Dalam hubungannya
dengan istilah ‘sistem informasi manjemen,” manajemen dipandang sebagai
orang-orang, yakni semua orang yang mempunyai fungsi atau kegiatan pokok
sebagai pemimpin-pemimpin kerja. Dengan kata lain, yang dimaksud dengan
manjemen di sini adalah manajer.
Manajer
memiliki tugas untuk melaksanakan semua kegiatan yang dibebankan organisasi
kepadanya. Sebagaimana dalam Webster’s New World Dictionary dijelaskan bahwa:
manajer adalah seseorang yang memimpin semua hal dari suatu perusahaan, badan
atau lembaga, team, dan sebagainya.
Manajemen
dapat pula dipandang sebagai serangkaian pengelolaan yang menggunakan fungsi
manajemen. Dalam sistem informasi, manajemen berarti proses informasi selalu
memerlukan penerapan fungsi-fungsi manajemen dari mulai perencanaan,
pengumpulan data, penyimpanan, sampai dengan penyebaran informasi.
Dengan demikian
penerapan manajemen sebagai proses terhadap sistem informasi manajemen adalah
penyerapan fungsi-fungsi manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan, dan pengawasan yang dilakukan dalam setiap kegiatan informasi
manajemen. Dalam
sistem informasi manajemen, seorang pemimpin tidak akan mampu bekerja tanpa
dibantu oleh bawahannya. Karena SIM tidak menerima data dari atasan atau satu
bagian dari organisasi saja, tetapi dari semua bagian. Sehingga diperlukan
bawahan secara spesifik menagani informasi yang diterima dari bagian-bagian
lain. Dengan
demikian terjadilah pembagian tugas oleh pimpinan kepada bawahan untuk mencapai
tujuan organisasi. SIM
yang efektif yaitu SIM yang dapat berfungi dalam proses pengambilan keputusan
dan pemecahan masalah yang lebih baik, dan ini dapat tercapai dengan disediakannya
informasi yang sesuai dengan kebutuhan baik dalam jumlah, kualitas, waktu,
maupun biaya. Informasi yang berlebihan, tidak akurat, dan tidak tepat waktu
atau terlambat, selain biayanya mahal, juga akan kurang berguna.
2.3
Pengembangan
Sistem Informasi Manajamen
Pada dasarnya ada dua
pihak utama yang terlibat langsung
dalam upaya mengembangkan suatu sistem informasi untuk manajemen suatu
organisasi, yaitu analisis sistem dan manajer. Orang yang merencanakan sistem
informasi untuk manajemen, mengkaji untuk kerjanya, merancang perbaikannya
dalam suatu sistem biasanya dikatakan sebagai seorang analisis sistem. Karena
itu dia tidak hanya perlu mengenal medan sistem dimana informasi hendak
dikembangkan, tetapi terutama ia harus menguasai seluk beluk informasi itu
sendiri. Namun demikian fungsi analisis sistem yang intinya merancang sistem
informasi untuk mengotimalkan keterhubungan orang-orang, material, mesin, dan
uang nampak seperti layaknya seorang manajer. Maka dalam kaitan ini seorang
manajer dapat dipandang sebagai seorang operator sistem yang menentukan rincian
kritis sistem informasi yang dibutuhkan dan karenanya ia pun dapat sebagai
analisis sistem (Bocchino:1972).
Dengan demikian bagi
kalangan organisasi pendidikan pada lingkup yang relatif kecil (sekolah) sebaiknya
para kepala sekolah berperan sebagai manajer sekaligus sebagai analisis sistem.
Untuk itu mereka dituntut untuk mengenal dasar-dasar konsepsional dan praktik
keinformasian yang cocok untuk diterapkan di lingkungan kerjanya. Adapun
langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam mengembangkan informasi
meliputi:
1. Studi
fisibilitas
2. Menentukan
persyaratan sistem
3. Merancang
dan menerapkan sistem yang perangkatnya terdiri atas basis data (data
base), persiapan fisik, langkah-langkah kerja solusi program.
4. Perubahan
keorganisasian
5. Pengetesan
solusi
6. Konservasi
Dalam kaitan inilah
proses pengembangan sistem informasi manajemen memungkinkan mencapai taraf
kualitas yang memadai. Hanya saja kunci utamanya tetap pada unsur manusia yang
terlibat di dalamnya. Karena
itu untuk mewujudkan keterpaduan sistem yang utuh dalam pengembangan sistem
informasi nasional pendidikan sangat dituntut para manajer disetiap tingkatan
terhadap dasar-dasar pengelolaan informasi yang dioptimalisasikan. Setidaknya
mereka tidak hanya menyadari dan memberikan dorongan bagi operasi sistem secara
konsisten berdasarkan prinsip-prinsip dan ketentuan organisasi, tetapi mereka
mesti secara nyata memenuhi pelaksanaan operasi itu sendiri. Jadi bila seorang
guru atau kepala sekolah harus menyampaikan laporan, maka ia harus
melaksanakannya dengan format yang diminta serta memenuhi kriteria
objektivitas. Dengan demikian ia bukanlah saja menjalankan sebagian dari
tugasnya, tetapi lebih jauh telah berkonsentrasi sebagaimana bagi kemungkinan
sisten informasi yang mencakupi wilayah kerjanya sebagaimana mestinya. Cara, materi, waktu,
format, dan objektivitas merupakan faktor esensial bagi pengelolaan basis data
pada suatu sistem informasi. Dengan demikian basis data harus dikendalikan
secara sentral. Maksudnya agar ada keterkaitan logis antara berbagai jenis
dalam suatu data sehingga basis data dapat terjadi.
2.4 Proses Pengelolaan Data Dalam Sistem
Informasi Manajemen
Proses kerja suatu SIM
merupakan suatu alur proses yang kontinu dari mulai perencanaan sampai dengan
balik. Alur ini dimulai dengan rencana dari standar tujuan itu dan dilakukanlah
proses masukan data. Kemudian dilanjutkan dengan proses pengolahan data. Hasil
pengolahan itu dijadikan umpan balik terhadap perencanaan standar. Bila
memenuhi rencana dan standar,
maka
dilanjutkan dengan penyampaian hasil pada manajemen untuk mengevaluasi proses
kerja SIM, yang kemudian akan bergerak lagi sesuai dengan kebutuhan. Untuk mengetahui
efektifitas suatu SIM, Moekijat (1991:42) telah mengemukakan bahwa: Untuk
menentukan jaringan yang efektifitas bagi suatu SIM telah disarankan pertanyaan-pertanyaan
sebagai berikut:
1.
Data atau informasi
apakah yang dibutuhkan?
2. Bagaimana
data atau informasi itu dibutuhkan?
3. Siapa
yang membutuhkan?
4. Dimana
data atau informasi itu dibutuhkan?
5. Dalam
bentuk apa informasi itu dibutuhkan?
6. Berapa
biaya data atau informasi itu?
7. Prioritas
apa yang akan diberikan oleh bermacam-macam data?
8. Mekanisme
apakah yang akan ditentukan untuk mnyortir informasi, menyusunnya, menggunakannya
menjadi bentuk yang berarti, dan menyampaikan informasi yang telah dipersatukan
kepada pengambil keputusan untuk mengambil tindakan?
9. Bagaimana
peraturan kontrol umpan balik akan disediakan bagi manajemen?
10.
Mekanisme apakah yang
akan ditentukan untuk dapat terus-menerus menilai dan memperbaiki sistem
informasi manajemen?
Pendapat Moekijat
diatas telah cukup untuk memahami bagaimana batasan-batasan SIM yang efektif.
Bahwa SIM itu bisa dikatakan efektif bila
data atau informasi itu terdapat kesesuaian antara yang memerlukan dan
menyiapkan tepat waktu, pemberi data atau informasi memahami orang atau bagian
yang membutuhkan data, seperti sikap dan emosinya, informasi yang diberikan
sesuai dengan tempat diterimanya informasi atau data, bentuk informasi dapat
diterima oleh yang memerlukan, informasi mengalir secara kontinu urutan data
atau informasi yang dibutuhkan, data atau informasi diolah oleh mekanisme yang
cepat dan tepat, umpan balik yang mengalir kebagian perencanaan sehingga
perbaikan dapat berkelanjutan, mekanisme kerja diperbaiki secara kontinu sesuai
dengan umpan balik.
Pemrosesan data sangat
penting, karena penerima informasi, seperti para pimpinan tidak mungkin dapat
membuat keputusan dengan cepat dan tepat, bila yang diterimanya sebagai bahan
pembuatan keputusan itu berupa data yang belum dproses dengan baik. Pemrosesan data yang
dimaksud adalah pemrosesan data yang dilakukan oleh para kepala sekolah dasar
yang meliputi bidang administrasi umum, supervis, personil, peserta didik,
kurikulum, sarana dan prasrana sekolah, keuangan, Humas. Untuk lebih jelas
bahasan teoritis tentang pemrosesan data dibawah ini akan dijelaskan. Didalam merancang
bangun SIM, harus dihindari beberapa asumsi menurut Sukanto, R. 190: Informasi yang lebih
banyak itu selalu lebih baik, manajer
memerlukan informai yang mereka inginkan,
apabila manajer diberi informasi yang mereka perlukan
keputusan yang diambilnya akan lebih baik,
sarana komunikasi yang lebih banyak, selalu
menghasilkan prestasi yang lebih baik,
manajer tidak perlu mengetahui kerja SIM dan Computer dapat
melakukan segala-galanya.
2.4.1 Pengumpulan
Data
Seperti yang telah dikemukan oleh Gordon
B. Davis, informasi adalah data yang telah diolah dan yang penting artinya
untuk pengambilan keputusan. Jadi untuk memperoleh informasi, tindakan pertama
adalah mengumpulkan data untuk diolah menjadi informasi, dan metode pengumpulan
data sebagai berikut:
1. Melalui
pengamatan secara langsung. Dalam hal ini pengamat
sendiri yang lansung mengamati ke objek yang telah ditentukan. Sehingga dengan
metode ini data-data dapat dikumpulkan dengan cermat, karena pengamat sendiri
yang mengumpulkannya. Efektivitas metode ini berkurang ketika organisasi
menjadi besar dan luas, sehingga data yang harus dikumpulkan menjadi lebih kompleks
dan banyak , waktu yang dibutuhkan menjadi lebih lama.
2. Melalui
wawancara. Salah
satu cara untuk menanggulangi banyaknya bagian yang harus diamati adalah dengan
wawancara, yang dapat diwakilkan pada orang lain. Makin luas dan banykanya
bagian dalam organisasi, akan makin banyak personil yang disiapkan untuk
menjadi pewawancara. Namun demikian ketelitian dalam wawancara akan tergantung
kepada pewawancara, sehingga hasilnya sedikit akan terpengaruhi wawancara.
3. Melalui perkiraan koresponden (pembawa berita). Dalam hal ini
koresponden diminta untuk memberikan informasi yang diperlukan kepada pengamat.
Angka-angka yang diberikan mereka mungkin hanya merupakan perkiraan saja. Keuntungan metode ini
adalah sangat murah dan meliputi daerah yang sangat luas. Sedangkan kerugiannya
adalah bahwa data yang dikumpulkan sering kurang teliti.
4. Melalui
daftar pertanyaan. Metode
ini akan lebih efesien dibandingakan dengan wawancara, karena melalui daftar
pertanyaan ini proses pengumpulan data tidak memerlukan wawancara. Daftar
pertanyaan dapat lansung diberikan kepada pembawa data, sehingga memungkinkan
lebih cepat. Tetapi hal ini pun ada kekurangannya, yaitu bila pemberi data
tidak mengembalikan daftar pertanyaan yang telah diisinya atau tidak mengisi
sama sekali. Untuk mengatasinya maka pertanyaan-pertanyaan harus dibuat
sesederhana mungkin, mudah dimengerti dan tidak perlu diberi penjelasan.
2.4.2 Pengolahan Data
Pengolahan data adalah sesuatu proses
kegiatan pikiran dengan bantuan tangan atau suatu peralatan dengan mengikuti
serangkaian langkah-langkah perumusan atau pola-pola tertentu, untuk mengubah
data menjadi berbentuk, tersusun, sifat atau isinya berguna. Dalam ensklopedi
administrasi (1989:109), dinyatakan bahwa: Data processing diterjemahkan
sebagai pemrosesan keterangan. Dan berarti serangkaian aktivitas dalam bidang
tatausaha yang mencatat, mengolah, mengirim atau menyimpan
keterangan-keterangan yang diperlukan oleh suatu organisasi secara cermat dan
tepat. Dalam
melakukan pengolahan data diatas, maka diperlukan metode yang cocok atau sesuai
dengan kebutuhan pengolahan data. Untuk itu Burch dan Stater (1974:27),
mengungkapkan empat metode pengolahan data yaitu :
1. Metode
Manual, dalam metode ini semua operasi data dilakukan dengan tangan dan bantuan
penting seperti pensil, pena, dan mistar hitung.
2. Metode
Elektromechanical, metode ini sesunggunnya merupakan gabungan dari orang dan
mesin. Misalnya seorang kepala sekolah yang bekerja dengan menggunakan mesin
catat kolom (posting machine).
3. Metode
Punch Card Equipment. Dalam
metode ini menggunkan semua alat yang dipergunakan apa yang kadang-kadang
disebut sebagai suatu sistem warkat unit. Prinsip warkat unit ini adalah bahwa
data mengenai seseorang, suatu objek, atau suatu peristiwa biasanya dicatat
(punched) dalam suatu kartu. Sejumlah kartu mengandung data tentang subjek yang
sama (misalnya daftar gaji dan inventaris) digabungkan bersama untuk membentuk
suatu file.
4. Metode
elektronik komputer. Metode
ini menggunakan komputer dalam mengelolah datanya. Komputer disini berarti
suatu susunan dari alat-alat masukan, suatu sistem unit pengolahan pusat dan
alat keluaran.
2.4.3 Penyimpanan Data
Penyimpanan data termasuk didalamnya
pengarsipan. Tujuan penyimpanan atau pengarsipan ini adalah sewaktu-waktu diperlukan
bagi pemecahan persoalan dapat dengan mudah diambil dan menjaga dan memelihara
fisik arsip atau dokumen agar terlindung dari kemungkinan rusak, terbakar atau
hilang. Hal
ini sejalan dengan yang di kemukakan oleh Burch dan Stater yang dikuti Moekijat
(1986:23), bahwa: “ Penempatan data ke dalam suatu media penyimpanan seperti
kertas, mikrofilm. Agar data dapat dipelihara untuk pemasukan dan pengambilan
kembali bila diperlukan.
2.4.4 Pengeluaran
Data
Yang dimaksud dengan pengeluaran data
atau informasi adalah memindahkan data atau informasi dari bagian SIM kebagian
yang memerlukan, terutama pada pembuatan kebijakan. Sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Moekijat (1986:23) bahwa, “ pengeluaran data atau informasi
adalah operasi memindahkan data dari suatu tempat ke tempat lain”. Data informasi
dikeluarkan, disesuaikan dengan kebutuhan. Pengeluaran data ini bukan hanya
pengeluaran dari komputer atau alat-alat pengelolaan yang lainnya, tetapi dari
bagian pengelolaan SIM/bank data dan informasi pada bagian lain atau pada pembuat
kebijakan.
2.5
Implementasi
Manajemen Informasi dalam Dunia Bimbingan dan Konseling
2.5.1
Implikasi Teknologi Informasi Pada Pendidikan
Sejarah
IT dan internet tidak dapat dilepaskan dari bidang pendidikan. Internet di
Amerika mulai tumbuh dari lingkungan akademis (NSFNET). Demikian pula Internet
di Indonesia mulai tumbuh di lingkungan akademis (UI dan ITB), dan perlu
diperbanyak lagi cerita tentang manfaat internet bagi bidang pendidikan.
Adanya
internet membuka sumber informasi yang tadinya susah diakses. Akses terhadap
sumber informasi bukan menjadi masalah lagi. Perpustakaan merupakan salah satu
sumber informasi yang mahal harganya. Adanya internet memungkinkan seseroang di
Indonesia untuk mengakses perpustakaan di Amerika Serikat. Mekanisme
akses perpustakaan dapat dilakukan dengan menggunakan program khusus, aplikasi
telnet atau melalui web browser (Netscape dan Internet Explorer). Sudah banyak
tentang pertolongan internet dalam penelitian, tugas akhir. Tukar menukar
informasi atau tanya jawab dengan pakar dapat dilakukan melalui internet. Tanpa
adanya internet banyak tugas akhir dan thesis yang mungkin membutuhkan waktu
yang lebih banyak untuk diselesaikan.
Kerjasama
antar pakar dan juga mahasiswa yang letaknya berjauhan secara fisik dapat dilakukan
dengan lebih mudah. Saat ini hal tersebut dapat dilakukan dari rumah dengan
mingirimkan email, tidak seperti dahulu seseorang harus berkelana atau berjalan
jauh untuk menemui seorang pakar untuk mendiskusikan sebuah masalah. Makalah
dan penelitian dapat dilakukan dengan saling tukar menukar data melalui
internet, via email, ataupun dengan menggunakan mekanisme file sharring.
Batasan geografis bukan menjadi masalah lagi. Sharring information juga
sangat dibutuhkan dalam bidang penelitian agar penelitian tidak berulang (reinvent
the wheel). Hasil-hasil penelitian di perguruan tinggi dan lembaga
penelitian dapat digunakan bersama-sama sehingga mempercepat proses
pengembangan ilmu dan teknologi. Globalisasi
telah memicu kecenderungan pergeseran dalam dunia pendidikan dari pendidikan
tatap muka yang konvensional kea rah pendidikan yang lebih terbuka. Sebagai
contoh kita melihat di Perancis proyek “Flexible Learning” Dengan masuknya
pengaruh globalisasi, pendidikan masa mendatang akan lebih bersifat terbuka dan
dua arah, beragam, multidisipliner, serta terkait pada produktivitas kerja dan
kompetitif.
Kecenderungan dunia pendidikan di
Indonesia mendatang adalah:
1.
Berkembangnya pendidikan terbuka dengan
modus belajar jarak jauh (Distance Learning)
2.
Kemudahan untuk menyelenggarakan
pendidikan terbuka dan jarak jauh perlu dimasukkan sebagai strategi utama.
3.
Sharing resource bersama antar lembaga
pendidikan/latihan dalam sebuah jaringan
4.
Perpustakaan dan instrument pendidikan
lainnya (guru, laboratorium) berubah fungsi menjadi sumber informasi daripada
sekedar rak buku.
5.
Penggunaan perangkat teknologi informasi
interaktif, seperti CD-ROM Multimedia, dalam pendidikan secara bertahap
menggantikan TV dan Video.
2.5.2 Implikasi Teknologi Informasi dalam Bimbingan dan Konseling
Di tingkat sekolah, adanya kurikulum Teknologi informasi
sebagai mata pelajaran wajib di sekolah menengah, diikuti oleh pembangunan
Laboratorium Komputer untuk praktek, secara langsung akan membekali siswa-siswa
sekolah menengah untuk mengenal, mengerti bahkan terampil menggunakan Teknologi
Komunikasi dan Informasi. Kompetensi ini akan sangat berdampak pada kemampuan
siswa untuk memperkaya sumber-sumber belajar dari internet yang tidak mereka
dapatkan dari pelajaran di sekolah.
Dampak lain dari perkembangan teknologi informasi adalah
munculnya berbagai sistem informasi akademik di setiap sekolah, untuk
mempermudah proses manajemen di sekolah. Para siswa terbantu dalam mengakses
berbagai informasi baru dari sekolah seperti pendaftaran calon siswa baru,
melihat nilai dan perkembangan mutakhir lainnya. Pihak sekolah juga terbantu
untuk menyediakan informasi terbaru yang dibutuhkan oleh para guru maupun
karyawan yang secara transparan dapat diakses dimanapun secara online.
Meskipun dampak teknologi informasi sudah sedemikian
besar pengaruhnya pada lingkup sekolah, ternyata fakta yang terjadi di lapangan
adalah banyak guru-guru, karyawan dan konselor sekolah masih gagap teknologi.
Bagi guru-guru dan karyawan tentu Teknologi Informasi akan mempermudah segala
urusan pembelajaran di sekolah, disamping untuk memperkaya bahan ajar. Bagi
konselor akan sangat menunjang dalam pemberian layanan Bimbingan dan Konseling.
Walaupun sebelum teknologi ini muncul, seorang konselor
sekolah sudah dapat menyelenggarakan kegiatan layanan Bimbingan dan
Konsellingdi sekolah, tetapi kecenderungan yang terjadi sekarang adalah
penguasaan kompetensi ini oleh seorang konselor sekolah merupakan suatu
keharusan yang tidak dapat ditawar. Ketidakmampuan seorang konselor sekolah
dalam mengaplikasikan teknologi informasi akan menghambat tugas-tugasnya di
masa mendatang.
Sebenarnya pada Standar Kompetensi Konselor Indonesia
telah mengamanatkan kepada para konselor untuk menguasai teknologi informasi
untuk kepentingan pemberian layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah.
Identifikasi layanan Bimbingan dan Konseling yang dapat dilakukan dengan
teknologi informasi juga sudah dilakukan. Menurut Handarini (2006), menyatakan
bahwa teknologi dan internet dapat diterapkan dalam layanan bimbingan
konseling, yaitu : 1) layanan appraisal, 2) layanan informasi, 3) layanan
Konseling, 4) layanan konsultasi, 5) layanan perencanaan, penempatan dan tindak
lanjut dan 6) layanan evaluasi.
Kurangnya pemahaman konselor sekolah terhadap teknologi
barangkali merupakan hal yang mendasar mengapa mereka belum menguasai teknologi
informasi. Ketidakpahaman terhadap potensi dan manfaat teknologi informasi ini
tentu akan sangat berpengaruh terhadap motivasi dan keinginan seorang konselor
sekolah untuk mempelajari teknologi. Oleh karena itu penting sekali diadakan
kegiatan seminar, lokakarya, pelatihan-pelatihan dan workshop yang sifatnya
memberi informasi untuk memperkenalkan teknologi informasi untuk Bimbingan dan
Konseling. Setelah mengenal konselor sekolah tentu akan memahami, mengerti dan
berkeinginan untuk mencoba menggunakan teknologi. Dari awal mencoba menggunakan
kemudian didukung dengan kegiatan pelatihan-pelatihan yang diadakan, akan
membuat konselor sekolah terampil terhadap teknologi informasi tersebut.
Adapun potensi penggunaan teknologi informasi untuk
Bimbingan dan Konseling menurut Cabanis (1999) yaitu, terdapat 8 potensi
teknologi komputer berbasis internet dan 3 potensi komputer berbasis non internet
untuk Bimbingan dan Konseling. Potensi teknologi komputer berbasis
internet yang dapat digunakan untuk
Bimbingan dan Konseling yaitu :
a.
Email / Surat elektronik
Potensi penggunakaan oleh konselor antara lain untuk
terapi, marketing, screening, client / therapist, surat menyurat
untuk penjadwalan janji, monitoring inter-sessions, dan tindak lanjut post-therapeutic,
transfer rekaman klien, referal, masukan, pekerjaan rumah, penelitian dan
colegial profesional.
b.
Website / Homepages
Potensi penggunaan oleh konselor antara lain, untuk
pemasaran, periklanan, diseminasi informasi, dan publikasi.
c.
Komputer konfrensi
video
Potensi penggunaan oleh konselor antara lain, untuk
terapi, pekerjaan rumah, refeal, dan konsultasi.
d.
Sistem bulletin
board/ listservs / newsgroup
Potensi penggunaan oleh konselor antara lain, untuk konsultasi, referal / alih
tangan kasus, sumberdaya untuk informasi, dan kegiatan asosiasi profesional.
e.
Simulasi
terkomputerisasi
Potensi penggunaan oleh konselor antara lain untuk
supervisi dan pelatihan kompetensi.
f.
Pangkalan data / FTP
Sites
Potensi penggunaan oleh konselor antara lain untuk
penelitian, sumber informasi bagi therapis, sumber informasi perpustakaan,
transfer rekaman klien, penilaian dan analisis.
g.
Chat Rooms /
Electronic Discussion Groups
Potensi penggunaan oleh konselor antara lain, untuk
terapi kelompok, membantu diri sendiri dan asesment / pengukuran.
h.
Software berbasis
internet
Potensi penggunaan oleh konselor antara lain, untuk
pelatihan ketrampilan dan keahlian, bantuan diri sendiri dan pelatihan
ketrampilan dan pekerjaan rumah.
Sedangkan potensi teknologi komputer berbasis non
internet yang dapat digunakan untuk
Bimbingan dan Konsellingyaitu
a.
Spreadsheet
Potensi penggunaan oleh konselor antara lain, untuk tata
kearsipan, data organisasi, informasi klien dan penelitian.
b.
Pemrosesan kata
Potensi penggunaan oleh konselor antara lain, untuk tata
kearsipan, surat menyurat, marketing, publikasi, penelitian.
c.
Software non
internet.
Potensi penggunaan oleh konselor antara lain, untuk pelatihan
ketrampilan untuk profesional dan klien, informasi bantuan diri sendiri,
marketing, manajemen kantor, sumber referensi dan catatan kasus.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Sistem Informasi
Manajemen merupakan keseluruhan jaringan informasi yang ditujukan kepada
pembuatan keterangan-keterangan bagi para manajer dan pengguna lainnya dalam
cakupan organisasi formal atau informal atau pun perorangan. Informasi itu sendiri
merupakan data yang telah diolah, dianalisis melalui suatu cara sehingga memiliki
arti dan dapat bermakna bagi siapa saja yang menggunakannya. Sedangkan data
adalah fakta, atau fenomena yang belum dianalisis, seperti jumlah, angka, nama,
lambang yang menggambarkan suatu obek, ide, kondisi ataupun situasi. Hal-hal yang perlu
mendapat perhatian dalam SIM adalah : 1) perlu diidentifikasikan jenis
informasi yang dibutuhkan; 2) perlu ditentukan sumber data dan informasi yang
dibutuhkan; 3) perlu ditentukan siapa yang memerlukan data atau informasi
tersebut dan kapan; 4) perlu dikomunikasikan informasi itu secara tepat,
terpercaya kepada para pengguna.
Ada beberapa
perasyaratan agar informasi yang dibutuhkan itu dapat berfungsi,
bermanfaat bagi para pengambil keputusan dan pengguna lainnya, yaitu : 1)
uniformty; 2) lengkap; 3) jelas; dan 4) tepat waktu. Konsep dalam informasi
manajemen memiliki beberapa karakteristik : 1) dalam suatu organiasi terdapat
suatu bagian khusus sebagai pengelola SIM; 2) SIM merupakan jalinan lalu lintas
data atau informasi dari setiap bagian di dalam orgnaisasi terpusat dibagian
SIM; 3) SIM merupakan jalinan hubungan antar bagian dalam organisasi
melalui satu bagian SIM; 4) SIM merupakan segenap proses yang mencakup :
a) pengumpulan data; b) pengolahan; c) penyimpanan; d) pengambilan data; dan e)
penyebaran informasi dengan cepat dan tepat. 5) SIM bertujuan agar para
pelaksana dapat melaksanakan tugas dengan baik dan benar serta pimpinan dapat
membuat keputusan dengan cermat, cepat, dan tepat. fungsi
manajemen berdasarkan pendekatan sistem akan sangat ditentukan oleh informasi
yang memenuhi persyaratan. SIM hadir memberikan pada manajemen informasi yang
uniform, lengkap jelas dan tepat waktu untuk dasar pengambilan keputusan dan
penyelesaian masalah. Dengan kata lain SIM berorientasi kepada pemakai, baik
dalam perencanaan, implemantasi, maupun pengawasan. Oleh karena itu, SIM harus
dikomunikasikan dengan para anggota tim SIM. Akan tetapi karena SIM tidak dapat
diketahui dengan pasti sifat-sifat akhirnya, kemungkinan karena berkembang dari
desain, maka perlu komunikasi untuk menjelaskan tentang sarana pokok dan
karakteristik system. Hal ini untuk menghindari adanya perselisihan diantara
anggota tim SIM dan manajer.
3.2 Saran
Penyajian dan
pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen yang meliputi keseluruhan jaringan
informasi harus disertai rasa tanggung jawab, kejujuran serta kerja yang
bersifat kolektif yang ditujukan kepada pembuatan keterangan-keterangan bagi
para manajer dan para pengguna lainnya sehingga dapat memenuhi fungsi
pengambilan keputusan atau kebutuhan lain dalam cakupan organisasi atau
perorangan.
Post a Comment for "Manajemen By Informasi"
Penulis
Pendidikan
1. S1 BK (STKIPMPL)
2. S2 BK (Unnes)