Siska 17 tahun, kelas XII merupakan anak bungsu dari 3
bersaudara. Ayahnya adalah seorang nahkoda kapal pesiar ternama di Riau,
sedangkan ibunya sudah lama meninggal saat berprofesi menjadi pramugari dan
pesawatnya kecelakaan meledak di udara, saat itu usia Siska 3,5 tahun. Siska
dirumah hanya tinggal dengan pembantu dan tukang kebun, karena saudaranya sudah
berkeluarga dan sekarang memiliki rumah sendiri. Kejadian masa lalu membuat
Siska sering bertingkah aneh, Siska tidak pernah mau jika satu kelompok belajar
dengan laki2. Dan setiap melihat laki2 dirinya merasakan ingin melemparkan
sesuatu ke wajah laki2 tersebut. dan yang membuatnya khawatir adalah pada usia
17 tahun dirinya sama sekali belum tertarik atau simpatik kepada laki2.
Proses konseling :
Tujuan dari konseling psikoanalisis adalah menggali
ketaksadaran dan bekerja ke arah pengubahan kepribadian secara radikal.
Konselor memulai konseling dengan terapeutik berawal dari pembicaraan klien
kepada katarsis. Asosiasi bebas dengan pemanggilan kembali pengalaman masa
lampau. Konseli menceritakan kepada konselor sesuatu yang selama ini belum
pernah diceritakan, yakni kebenciannya pada setiap laki-laki. Pembicaraan awal
ini dinilai sudah cukup baik bagi langkah selanjutnya, karena klien sudah
melepaskan represi yang selama ini dipendam. Disini konselor membangun hubungan
kerja dengan klien, dan banyak mendengar dan menafsirkan. Konselor perlu
mengorganisasikan proses terapeutik dalam konteks pemahaman terhadap struktur
kepribadian.
Konselor mencoba menyoroti kurangnya perhatian dari
bapaknya dengan analisis dan penafsiran transferensi yang mendorong klien untuk
mengalamatkan pada analisis “urusan yang tak selesai” yakni klien tidak
mendapatkan kasih sayang seorang ayah kepada anaknya yang pada waktu itu klien
berusia 3,5 tahun sudah harus ditinggalkan orang tuanya, ayahnya pergi kerja
sebagai nahkoda yang berlayar selama berbulan-bulan, sedangkan ibunya meninggal
karena kecelakaan pada usia klien masih balita. Kurangnya pemberian kasih
sayang seorang ayah kepada anaknya, dan perhatian sangat berpengaruh terhadap
tumbuh kembang emosional anak. Analisis transferensi dapat memungkinkan klien
mampu menembus konflik-konflik masa lampau yang tetap dipertahankannya sehingga
sekarang menghambat pertumbuhan emosionalnya. Maka posisi konselor disini
menjadi pengganti bapak dari klien yang berpengaruh dalam kehidupan klien.
Setelah proses terapeutik ini, klien akan mengalami kenyamanan dan merasakan
kasih sayang dari orang tua (bapak) yang selama ini jarang dia dapatkan, dan
diharapkan klien
thank
ReplyDelete