Studi Kasus : Pendekatan Client Center


Mawar adalah siswa SMA Negeri favorit di kabupaten Pringsewu. Dia anak yang cerdas dengan kelebihan pada mata pelajaran eksakta yang diatas rata-rata, namun Mawar memiliki keterbatasan secara fisik, yakni kakinya tidak sempurna atau pincang. Kepincangan kaki mawar akibat kecelakaan motor yang terjadi pada saat mawar mengambil ijazah SMP nya. Hal ini yang mengusik cita-citanya untuk menjadi dokter di kemudian hari. Di lingkungan yang baru ini (SMA), Mawar seringkali mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dari teman-temannya, diolok-olok “pincang”, disakiti dan dijauhi. Dengan kondisi seperti ini, Mawar hanya mau bergaul dengan orang yang dianggapnya nyaman untuk dirinya dan dengan orang-orang yang mau mendekatinya. Dari aspek kehidupan Mawar, keluarganya memiliki kondisi ekonomi yang pas-pasan. Ibunya penjual makanan tradisional dari ketela pohon atau sering disebut “Kelanting”, ayahnya seorang buruh penggilingan padi. Mawar merupakan anak pertama dari dua bersaudara, adiknya sekarang kelas VII SMP dan memiliki tubuh yang normal. Kondisi yang dialami Mawar dilingkungan sekolah menimbulkan rasa putus asa terhadap kehidupannya, sehingga memberikan penilaian negative terhadap takdir Rabbnya. Dengan berbagai permasalahan tersebut tentu sangat mempengaruhi keadaan psikologis Mawar yang sempat berencana untuk berhenti sekolah.

PROSES KONSELING

Klien mengalami ketidakcocokan antara pandangan klien tentang dirinya sendiri (self-concept) atau pandangan yang disukai klien tentang dirinya. Klien masa depannya berkeinginan menjadi seorang dokter, dan dia pun anak yang cerdas di sekolah namun dia dikucilkan teman-temannya karena kakinya yang pincang akibat kecelakaan dan membuatnya putus asa. Yang melandasi klien untuk konseling bisa saja karena perasaan tidak berdaya, tidak kuasa dan tidak berkemampuan untuk membuat putusan dan untuk mengarahkan hidupnya sendiri secara efektif 

Konselor menciptakan iklim konseling hingga membuat klien bisa mengungkapan dan mengkomunikasikan penerimaan, respek dan pengertian serta berbagai upaya dengan klien dalam mengembangkan kerangka acuan internal dengan memikirkan, merasakan dan mengeksplorasi dalam lingkungan yang aman dan dipercaya aspek-aspek dunia pribadinya yang tersembunyi. Konselor harus mampu menerima tanpa syarat terhadap klien, serta mendorong klien secara perlahan-lahan pada pemahaman terhadap apa yang ada dibalik itu semua.

Konseling diharapkan klien mampu mengeksplorasi lingkungan lebih luas dan perasaannya. Serta klien mampu menyatakan ketakutan dan kecemasannya yang dianggap negative untk diterima dan dimasukan dalam struktur dirinya. Selanjutnya konselor berusaha memberikan iklim yang mendukung pertumbuhan ketika konseli berusaha berhubungan dengan perasaannya, dan menetapkan tujuan serta arah yang tampaknya tepat baginya.  Sehingga yang diharapkan, konseli dapat menemukan jalan keluarnya sendiri.

Post a Comment for "Studi Kasus : Pendekatan Client Center"