Faisal
merupakan anak yang pintar, hal ini terbukti ketika masih berada pada kelas X
dia selalu mendapatkan posisi 5 besar nilai tertinggi dikelasnya. Bahkan Faisal
sempat mengikuti pelatihan untuk perwakilan kelas tersebut dalam rangka kegiatan
lomba cerdas cermat tingkat Nasional, meski akhirnya Faisal tidak terpilih
kedalam kontingen yang mewakili sekolah. Akan tetapi, semenjak kelas XI keadaan
berubah begitu drastis, Faisal sering tidur dikelas pada saat jam mata
pelajaran, dan pernah suatu ketika gurunya menjumpai Faisal sedang bermain game
online hingga larut malam di warnet samping rumah guru tersebut. Pernah juga
faisal tidak masuk kelas meski pada saat itu jam belajar berlangsung, namun dia
sedang menikmati makanan di kantin. Hal ini yang mendorong Faisal untuk di
konseling
Proses
Konseling :
Konselor
membentuk hubungan terapeutik dengan konseli dan konselor menentukan tujuan dan
mengeksplorasi pilihan konseling pada konseli. Setelah pembentukan hubungan
yang terapeutik ini, konselor mengeksplorasi penyebab konseli menjadi jarang
masuk kelas. Dari sini ditemukan jawaban yang jelas, bahwa alasan utama konseli
tidak masuk kelas karena kurang menyukai guru mata pelajaran matematika yang
mengajar di kelas konseli. Hal tersebut didapati bahwa konseli merasa kurang
nyaman karena pernah dihardik dengan nada yang keras oleh guru tersebut.
Latihan
asertif digunakan untuk melatih konseli yang mengalami kesulitan dalam
membedakan perbuatannya keluar dari kelas pada saat jam belajar itu adalah
benar atau layak. Penerapan latihan asertif ini dapat berguna bagi konseli
untuk mengungkapkan perasaannya kepada guru mata pelajaran tersebut. Maka
konselor memainkan peran sebagai guru mata pelajaran, sedangkan konseli akan
diajak untuk berdiskusi dengan latihan ini. Diharapkan dengan latihan asertif
ini, maka konseli dapat mengeluarkan kecemasan yang selama ini dipendam untuk
dicurahkan, sehingga konselor akan dapat memahami lebih jauh tentang diri
konseli.
Selanjutnya
konselor menggunakan pengondisian aversi dengan menghilangkan kebiasaan dari
konseli saat guru mata pelajaran tersebut masuk di ruang kelas. Konseli yang
biasanya sering tidur, cemas, takut, dan menyepelekan guru tersebut dibuat
kepekaan nya dalam mengamati stimulus yang akan diberikan oleh konselor.
Seperti misalnya pada saat konseli merasa cemas dengan guru mata pelajaran
tersebut, maka konselor memberikan respon
bahwa guru tersebut selama memberikan jam di kelas hanya sebentar saja,
toh masih banyak guru mata pelajaran lainnya yang menyenangkan yang akan
memberikan pelajaran lainnya di kelas konseli. Satu hal yang tidak disukai oleh
konseli terhadap sikap guru tersebut adalah karena guru itu pernah menghardik
konseli dengan suara yang keras. Karena konseli berasal dari keluarga yang overprotektif
terhadap anak, dan ketika dirumah, konseli selalu dimanja serta tidak pernah
dimarah, maka kondisi yang dialaminya di kelas
Post a Comment for "Studi kasus : Behavioral"
Penulis
Pendidikan
1. S1 BK (STKIPMPL)
2. S2 BK (Unnes)