Dalam menjelaskan makna
konseling kelompok tidak dapat lepas dari makna konseling. Dari berbagai
definisi yang diberikan oleh para ahli mengenai makna konsleing, terdapat
banyak variasi yang jika diteliti mereka berbeda dalam memberikan definisi
karena perbedaan dalam penekanan. Ada yang mendefinisikan konseling sebagai
proses pemberian bantuan (Smith; Lewis; Shertzer & Stone dalam Mungin
2005), konseling merupakan proses interaksi untuk memudahkan perubahan
tingkahlaku klien (Pepinsky & Pepinsky, dalam Mungin 2005), konseling
merupakan wahana proses belajar bagi klien untuk memahami diri sendiri, membuat
rencana untuk masa depan, dan mengatasi masalah (Tolbert, dalam Mungin 2005).
Konseling merupakan proses intervensi yang bersifat membantu individu untuk
meningkatkan pemahaman tentang diri dan hubungannnya dengan orang lain (Mungin,
2005 : 31).
Proses dalam konseling kelompok
memiliki ciri khas, karena proses itu dilalui oleh lebih dari dua orang,
demikian juga aspek pertemuan tatap muka kerena berhadapan muka adalah sejumlah
orang yang tergabung dalam kelompok, yang saling memberikan bantuan psikologis.
Kedua aspek tersebut bersama ciri-ciri yang khas, tampak dalam definisi
deskriptif mengenai konseling kelompok sebagaimana dikemukakan oleh Gazda dan
Shertzer & Stone (dalam Mungin, 2005) sebagai berikut: ”Konseling kelompok
adalah suatu proses antar pribadi yang dinamis yang terpusat pada pemikiran dan
perilaku yang disadari. Proses itu mengandung ciri-ciri terapeutik seperti
pengungkapan pikiran dan perasaan secara leluasa, orientasi pada kenyataan,
pembukaan diri mengenai perasaan-perasaan mendalam yang dialami, saling
percaya, saling perhatian, saling pengertian dan saling mendukung”.
Definisi deskriptif konseling kelompok sebagaimana dikemukakan
tersebut memberikan penegasan secara implisit bahwa ciri-ciri terapeutik
tersebut diciptakan dan dibina dalam suatu kelompok kecil melalui saling
membagi kepedulian pribadi dengan cara mengemukakan kesulitan dan keprihatianan
pribadi kepada sesama anggota kelompok dan kepada konselor. Klien adalah orang
yang pada dasarnya tergolong normal, memiliki kepedulian beragam, menghadapi
berbagai masalah yang tidak memerlukan perubahan dalam struktur kepribadian
untuk diatasi. Anggota kelompok dapat memanfaatkan suasana komunikasi antar
pribadi dalam kelompok untuk dapat meningkatkan pemahaman dan penerimaan terhadap
nilai-nilai kehidupan dan tujuan hidup, serta untuk belajar dan menghilangkan
sikap-sikap dan perilaku tertentu.
Konseling kelompok lebih
menekankan pada pengembangan pribadi yaitu membantu individu-individu dengan
cara mendorong pencapaian tujuan perkembangan dan memfokuskan pada kebutuhan
dan kegiatan belajarnya. Perasaan dan hubungan antar anggota sangat ditekankan
di dalam kelompok. Jadi anggota akan belajar tentang dirinya dalam hubungannya
dengan anggota lain. Selain itu dalam kelompok, anggota dapat pula belajar
untuk memecahkan masalah berdasarkan masukan dari anggota lainnya. Menurut
Blocher (dalam Mungin 2005) bahwa kepribadian manusia berkembang secara optimal
melalui interaksi yang sehat antara organisme yang sedang dalam perkembangan
dengan lingkungan atau budayanya. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa kekuatan
sosial dan budaya berpengaruh sangat kuat terhadap individu dan
perkembangannya.
Kegiatan konseling kelompok
menekankan hubungan antar pribadi yang menekankan pada proses berpikir secara
sadar, perasaan-perasaan dan perilaku-perilaku anggota untuk meningkatkan
kesadaran akan pertumbuhan dan perkembangan individu yang sehat. Konseling
kelompok berorientasi pada perkembangan individu dan usaha menemukan
kekuatan-kekuatan yang bersumber pada diri individu dalam memanfaatkan dinamika
kelompok. Oleh karena itu konseling kelompok tepat diberikan bagi remaja,
karena akan memberikan kesempatan untuk menyampaikan keluhan perasaan
konfliknya, melepaskan keraguan diri, dan pada kenyataannya mereka akan senang
membagi keluhan-keluhan kepada teman sebaya. Kegiatan konseling kelompok
mendorong terjadinya interaksi yang dinamis. Suasana akrab dalam konseling
kelompok menimbulkan hubungan yang hangat, akrab, terbuka dan bergairah
sehingga memunkinkan terjadinya saling memberi dan menerima, memperluas wawasan
dan pengalaman.
Melalui konseling kelompok,
diharapkan individu akan mampu meningkatkan kemampuan mengembangkan pribadi,
mengatasi masalah-masalah pribadi, terampil dalam mengambil alternatif dalam
memecahkan masalahnya, serta memberikan kemudahan dalam pertumbuhan dan
perkembangan individu untuk melakukan tindakan yang selaras dengan kemampuannya
semaksimal mungkin melalui perilaku perwujudan diri.
Adapun tujuan konseling
kelompok menurut Mahler, Dinkmeyer & Munro (dalam Mungin, 2005) yaitu : (a)
pemahaman tentang diri sendiri yang mendorong penerimaan diri dan perasaan diri
berharga, (b) hubungan sosial, khususnya hubungan antarpribadi serta menjadi
efektif untuk situasi-situasi sosial, (c) pengambilan keputusan dan pengarahan
diri, (d) sensitivitas terhadap kebutuhan orang lain dan empati, dan (e)
perumusan komitmen dan upaya mewujudkannya.
Bimbingan kelompok
Menurut Prayitno
(1995: 61) bahwa “Bimbingan kelompok adalah memanfaatkan dinamika untuk mencapai
tujuan-tujuan bimbingan dan konseling, bimbingan kelompok lebih menekankan
suatu upaya bimbingan kepada individu melalui kelompok”.
Tujuan bimbingan
kelompok yang dikemukakan oleh Prayitno (2004: 2-3) adalah sebagai berikut : Tujuan umum dari layanan bimbingan
kelompok adalah berkembangnya sosialisasi siswa, khususnya kemampuan
komunikasi anggota kelompok. Melalui layanan Bimbingan Kelompok hal-hal yang
menganggu atau menghimpit perasaan yang diungkapkan, diringankan melalui
berbagai cara dan dinamikan melalui berbagai masukan dan tanggapan baru. Selain
bertujuan sebagimana Bimbingan Kelompok, juga bermaksud mengentaskan masalah
klien denagn memanfaatkan dinamika kelompok. Sedangkan
tujuan khususnya adalah Bimbingan kelompok bermaksud membahas
topik-topik tertentu. Melalui dinamika kelompok yang intensif, pembahasan
topik-topik itu mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan
sikap yang menunjang diwujudkannya tingkah laku yang lebih efektif. Dalam hal
ini kemampuan berkomunikasi verbal maupun non verbal ditingkatkan.
Sumber :
Wibowo, Mungin
Edy. 2005. Konseling Kelompok
Perkembangan. Semarang : UPT Unnes Press
Prayitno...
Post a Comment for "Makna konseling kelompok dan bimbingan kelompok"
Penulis
Pendidikan
1. S1 BK (STKIPMPL)
2. S2 BK (Unnes)