Menurut situs resmi www.schizoprhenia.com, skizofrenia adalah penyakit yang diakibatkan gangguan susunan sel-sel syaraf pada otak manusia. Penderita skizofrenia biasanya menjalani pemakaian obat-obatan selama waktu tertentu, bahkan seumur hidup.
Tahun 1906, Eugen Bleuler, seorang psikiater memperkenalkan istilah ”skizofrenia” dan diartikan sebagai psikosis yang perjalanannya menahun. Serangan hilang timbul, dapat berhenti atau kembali pada taraf perkembangan tertentu, tetapi tidak mungkin terjadi kesembuhan yang bersifat ”restitutio ad integrum”. Penyakit ini ditandai dengan ciri : cara berpikir, berperasaan, dan berhubungan dengan dunia luar yang khas dan aneh.
Skizofrenia adalah sekelompok gangguan psikotik, dengan gangguan dasar pada kepribadian. Skizofrenia adalah psikotik, dan gangguan psikotik bukan hanya skizofrenia. Skizofrenia ditandai dengan terdapatnya gangguan pada daya nilai realita, yang dapat dibuktikan dengan adanya tingkah laku yang kacau, persepsi yang salah, proses pikir yang terganggu, disertai alam perasaan yang terganggu.
Kepribadian penderita sebelum sakit menunjukkan suatu gangguan kepribadian paranoid. Cirinya mudah tersinggung, suka menyendiri, agak congkak dan kurang percaya pada orang lain. Biasanya fungsi intelektual dan pekerjaan dapat dipertahankan, walaupun gangguan tersebut bersifat kronik.
Keluarga dan teman-temannya memperhatikan yang bersangkutan telah berubah, tidak berfungsi sebagaimana biasanya, misalnya dalam aktifitas pekerjaan, sosial dan pribadi.
Pasien yang memiliki Emosi Ekspressi (EE) yang tinggi memiliki angka relapse lebih tinggi daripada pasien yang berasal dari keluarga berekspressi emosi rendah. EE didefinisikan sebagai perilaku yang intrusive, terlihat berlebihan, kejam dan kritis. Angka relapse akan berkurang jika perilaku keluarga diubah menjadi EE yang rendah.
Banyak penderita skizofrenia mempunyai kelemahan kemauan. Mereka tidak dapat mengambil keputusan, tidak bertindak dalam suatu keadaan, kadang-kadang terdapat ketidakwajaran aktifitas psikomotor seperti berdiam diri (immobilitas) secara apatik yang bisa juga disebabkan karena penumpulan afektifnya seolah-olah tampak seperti ketidakberdayaan.
Terdapat hendaya dalam fungsi sehari-hari seperti mandi, menyisir rambut, gosok gigi dan tidak mempedulikan kerapian diri atau berpakaian. Dorongan kehendak dianggap sebagai suatu dasar sifat manusia. Setiap manusia yang normal dan sehat, memiliki atau dapat timbul pada dirinya semacam itu, dan dapat membawa individu itu pada suatu kegiatan yang kreatif. Sebaliknya pada individu yang menderita skizofrenia keinginan atau dorongan untuk itu sudah tidak ada lagi. Hal ini tampak pada sikap formalnya yang menyatakan tetap mau atau ingin, sebaliknya kenyataan nilai realistiknya membuktikan bahwa ia tidak mampu membawakan dirinya pada perbuatan-perbuatan yang kreatif dan orisinil. Individu tampak malas dan masa bodoh terhadap hal-hal yang menurut logika dan norma seharusnya menjadi tanggung jawabnya. Ia apatik dan inaktif sampai taraf yang ekstrim. Pada waktu-waktu tertentu seolah-olah timbul aktifitasnya lagi, tetapi sifatnya tak terkoordinasi, bercampur dengan kegelisahan yang mencolok serta tujuan usaha yang tak nyata.
Penderita skizofrenia lebih suka bersendiri daripada bergaul dalam kelompok (sosial). Penderita mengabaikan dunia luar dan hidup dalam dunianya sendiri (autisme) dan bertentangan dengan hal-hal yang berlaku dan diterima secara psikologik dan kultural oleh kebanyakan manusia dalam lingkungannya.
Pada remaja perlu diperhatikan kepribadian pre-morbid atau sebelum sakit yang merupakan faktor predisposisi skizofrenia, yaitu gangguan kepribadian paranoid atau kecurigaan berlebihan, menganggap semua orang sebagai musuh.
Gangguan skizoid yaitu emosi dingin, kurang mampu bersikap hangat dan ramah pada orang lain serta selalu menyendiri. Pada gangguan skizotipal orang memiliki perilaku atau tampilan diri aneh dan ganjil, afek sempit, percaya hal-hal aneh, pikiran magis yang berpengaruh pada perilakunya, persepsi panca indera yang tidak biasa, pikiran obsesif tak terkendali, pikiran yang samar-samar, penuh kiasan, sangat rinci dan ruwet atau stereotipik yang termanifestasi dalam pembicaraan yang aneh dan inkoheren.
Bagi orang yang beragama, terutama agama Islam, pasti mengetahui bahwa ciri-ciri skizofrenik sebagaimana yang telah saya jelaskan sebelumnya adalah ciri-ciri dari orang-orang yang jauh dari pengamalan ajaran agama. Ciri-ciri yang telah saya jelaskan bertolak belakang dengan ajaran agama Islam dan setiap ajaran yang mengajarkan kebaikan.
Islam membimbing kita agar memiliki kepribadian yang baik, emosi yang cerdas, dan jiwa yang sehat sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad. Ada pun waham kebesaran pada skizofrenik yang mengaku nabi, itu adalah wahamnya orang murtad (keluar dari Islam) karena tidak ada lagi nabi setelah nabi Muhammad.
Orang-orang atheis menyatakan bahwa orang-orang yang beragama adalah para pengidap skizofrenia karena banyak skizofrenik yang bergaya layaknya ahli agama dengan penampilannya yang aneh. Padahal banyak juga skizofrenik yang bergaya layaknya psikiater, militer, bangsawan, profesor, dan lain-lain. Jika setiap gaya skizofrenik berarti penderita skizofrenia, berati psikiater, militer, bangsawan, profesor dan lain-lain adalah pengidap skizofrenia.
Skizofrenik suka menyendiri sedangkan Islam mengajarkan agar selalu berjamaah. Islam mengajarkan agar kita memiliki Emosi Ekspresi yang rendah. Skizofrenik agak congkak dan tidak percaya pada orang lain sementara Islam melarang sifat congkak dan berburuk sangka (su’udzan) kepada orang lain. Biasanya orang-orang yang berpenampilan dan berperilaku aneh dan nyeleneh adalah para dukun; Islam melarang keras aktifitas perdukunan. Sorban dan jubah putih bukan jaminan bahwa pemakainya adalah seorang muslim.
Islam melarang kita percaya kepada hal-hal aneh yang tak terbukti secara ilmiah. Hal-hal yang dianggap aneh dalam ajaran Islam oleh orang-orang yang tidak berilmu kini dibenarkan oleh Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Bahkan menurut Prof. Shroeder Ilmuwan kelautan dari Jerman, “llmuwan itu sebenarnya hanya menegaskan apa yang telah tertulis di dalam al-Quran beberapa tahun yang lalu. Para ilmuwan sekarang hanya menemukan apa yang telah tersebut di dalam al-Quran sejak 1400 tahun yang lalu.”
Orang-orang Islam percaya kepada yang ghaib. Arti dari ghaib adalah apa yang tidak kita lihat, dengar dan rasakan bukan berarti tidak ada. orang-orang yang tidak percaya kepada hal-hal ghaib adalah penghalang utama kemajuan iptek karena semua iptek berasal dari keyakinan kepada apa yang tidak kita lihat, dengar dan rasakan bukan berarti tidak ada. Salah satu dari hal yang ghaib adalah telepon. sinyal-sinyal telepon tidak bisa kita lihat, dengar, dan rasakan tetapi ada. Jika kita bisa menembus arus waktu dan kembali ke masa-masa pra sejarah dan bercerita kepada orang-orang tentang teknologi abad sekarang bahwa kita dapat berkomunikasi jarak jauh, mereka pasti menyangka bahwa kita orang gila.
Orang-orang tidak beragama yang selalu mengatakan mustahil dan tidak mungkin adalah orang-orang yang menghalang-halangi setiap penemuan-penemuan. Tentunya kita tidak akan mengenal pesawat terbang jika Wright bersaudara mendengarkan omongan-omongan orang-orang yang mengatakan bahwa kita mustahil bisa terbang. Tetapi Wright percaya, bahwa kita bisa menciptakan alat agar kita bisa terbang.
Ilmu psikiatri adalah ghaib bagi orang-orang awam sedangkan bagi yang tahu tentang ilmu psikiatri, ilmu psikiatri bukan ghaib. Ilmu pertanian adalah ghaib bagi para psikiater dan orang-orang yang tidak tahu tentang pertanian sedangkan bagi para petani dan orang-orang yang belajar ilmu pertanian, ilmu pertanian bukan ghaib. Bagi orang yang tak pernah ke Amerika, Amerika adalah ghaib karena negara Amerika bagi orang-orang yang berada di Indonesia tidak bisa dilihat, dengar, dan rasakan. Tetapi bagi orang Amerika atau orang-orang yang pernah ke Amerika, Amerika bukan ghaib. Singkatnya, apa yang tidak kita ketahui bukan berarti orang lain juga tidak tahu. Kita tidak tahu karena kita bodoh tentang hal itu.
Kaum Atheis menuduh kaum muslimin percaya pada hal-hal aneh yang bagi mereka tidak masuk akal padahal ajaran-ajaran Islam sesuai dengan Iptek. Sebaliknya, mereka percaya kepada Atheisme-seperti darwinisme- yang bagi orang-orang beriptek sangat tidak masuk akal dan bertentangan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perlu dicatat bahwa tokoh-tokoh besar ilmu pengetahuan adalah orang-orang beragama. Berikut ini adalah ungkapan sebagian dari ilmuwan beragama : “Saya haturkan rasa syukur tak terkira kepada Tuhan yang begitu baiknya telah memilih saya sendiri sebagai yang pertama menyaksikan pemandangan menakjubkan yang selama ini tersembunyi dalam kegelapan selama berabad-abad yang lalu.” (Galileo Galilei, dikutip dalam: Mike Wilson, “The Foolishness of the Cross,” Focus Magazine)
Para ilmuwan lain yang meletakkan landasan bagi bangunan ilmu pengetahuan modern, semuanya adalah orang taat beragama. Kepler, yang dianggap sebagai pendiri astronomi modern, berkata kepada mereka yang bertanya mengapa ia menyibukkan diri dengan ilmu pengetahuan: “Saya memiliki niat menjadi seorang ahli teologi… namun dengan pekerjaan saya ini, kini saya menyaksikan bagaimana Tuhan juga diagungkan dalam astronomi, sebab ‘langit menyatakan keagungan Tuhan”’. (Johannes Kepler, dikutip dalam: J.H. Tiner, Johannes Kepler-Giant of Faith and Science (Milford, Michigan: Mott Media, 1977), hlm. 197)
Newton, salah seorang ilmuwan terbesar dalam sejarah, menjelaskan alasan yang mendasari dorongan kuatnya dalam melakukan kegiatan ilmiah dengan mengatakan: “… Dia (Tuhan) adalah kekal dan tak terbatas, Maha Kuasa dan Maha Mengetahui; dengan kata lain, masa keberadaan-Nya dari kekekalan hingga kekekalan; keberadaan-Nya dari ketakberhinggaan hingga ketakberhinggaan, Dia mengatur segala sesuatu, dan mengetahui segala sesuatu yang diadakan atau dapat diadakan… Kita mengenal-Nya hanya melalui perancangan-Nya yang paling bijak dan luar biasa atas segala sesuatu… [Kita] memuji dan mengagungkan-Nya sebagai hamba-Nya…” (Sir Isaac Newton, Mathematical Principles of Natural Philosophy, Translated by Andrew Motte, Revised by Florian Cajore, Great Books of the Western World 34, Robert Maynard Hutchins, Editor in chief, William Benton, Chicago, 1952:273-74)
Von Helmont, salah seorang tokoh terkemuka di bidang kimia modern dan penemu termometer, menyatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah bagian dari iman. Sang jenius Pascal, bapak matematika modern, mengatakan bahwa: “Tapi dengan keimanan kita mengenal keberadaan (Tuhan); dalam keagungan kita akan mengenal sifat-Nya.”
George Cuvier, pendiri palaeontologi modern, menganggap fosil sebagai bukti-bukti Penciptaan yang kini masih ada dan mengajarkan bahwa spesies makhluk hidup telah diciptakan oleh Tuhan.
Carl Linnaeus, yang pertama kali menyusun klasifikasi ilmiah, meyakini penciptaan dan menyatakan bahwa keteraturan di alam merupakan satu bukti penting keberadaan Tuhan.
Gregor Mendel, pendiri ilmu genetika, yang juga seorang biarawan, meyakini Penciptaan dan menentang teori-teori evolusi di zamannya seperti Darwinisme dan Lamarckisme.
Louis Pasteur, nama terbesar dalam sejarah mikrobiologi, membuktikan bahwa kehidupan tak dapat diciptakan melalui benda mati dan mengajarkan bahwa kehidupan merupakan keajaiban Tuhan.
Fisikawan Jerman terkenal, Max Planck, mengatakan bahwa Pencipta jagat raya adalah Tuhan dan menegaskan bahwa keimanan adalah sifat wajib bagi para ilmuwan.
Albert Einstein, yang dianggap sebagai ilmuwan terpenting abad ke-20, meyakini bahwa ilmu pengetahuan tidak mungkin meniadakan Tuhan dan mengatakan, “ilmu pengetahuan tanpa agama adalah pincang.”
Isaac Newton: “… Dia (Tuhan) adalah kekal dan tak terbatas, Maha Kuasa dan Maha Mengetahui; dengan kata lain, masa keberadaan-Nya dari kekekalan hingga kekekalan…”
Sejumlah besar para ilmuwan lain yang mengendalikan sejarah ilmu pengetahuan adalah orang-orang taat beragama yang beriman kepada Tuhan, sebagian kecil di antara mereka adalah: Leonardo da Vinci (1452-1519) (Seni, rekayasa, arsitektur), Georgius Agricola (1494-1555) (Mineralogi), Nicolas Steno (1631-1686) (Stratigrafi), Thomas Burnet (1635-1715) (Geologi), Increase Mather (1639-1723) (Astronomi), Nehemiah Grew (1641-1712) (Kedokteran), John Dalton (1766-1844) (Pendiri teori atom modern), Johann Gauss (1777-1855) (Geometri, geologi, magnetisme, astronomi), Benjamin Silliman (1779-1864) (Mineralogi), Peter Mark Roget (1779-1869) (Fisiologi), William Buckland (1784-1856) (Geologi), William Whewell (1794-1866) (Astronomi and Fisika), Richard Owen (1804-1892) (Zoologi, Paleontologi), Balfour Stewart (1828-1887) (Listrik Ionosfir), P.G.Tait (1831-1901) (Fisika, Matematika), Edward William Morley (1838-1923) Pemenang hadiah Nobel Fisika, Sir William Abney (1843-1920) (Astronomi), William Mitchell Ramsay (1851-1939) (Arkeologi), William Ramsay (1852-1916) (Kimia), Sir Cecil P. G. Wakeley (1892-1979) (Kedokteran), dan lain-lain.
Mereka semua telah menciptakan karya yang hebat. Mana karya dari orang-orang Atheis sejati? Nabi Muhammad yang perkataannya terbukti benar secara ilmiah mengatakan kepada kita tentang akhirat. Jika kita tidak percaya karena akhirat tidak kita lihat, dengar dan rasakan tanpa ada kehendak untuk berpikir dengan menggunakan akal sehat dan iptek yang benar, berarti kita sama bodohnya dengan orang-orang atheis masa lalu. Wallahu a’lam
sumber : www.benderahitam.wordpress.com
Tahun 1906, Eugen Bleuler, seorang psikiater memperkenalkan istilah ”skizofrenia” dan diartikan sebagai psikosis yang perjalanannya menahun. Serangan hilang timbul, dapat berhenti atau kembali pada taraf perkembangan tertentu, tetapi tidak mungkin terjadi kesembuhan yang bersifat ”restitutio ad integrum”. Penyakit ini ditandai dengan ciri : cara berpikir, berperasaan, dan berhubungan dengan dunia luar yang khas dan aneh.
Skizofrenia adalah sekelompok gangguan psikotik, dengan gangguan dasar pada kepribadian. Skizofrenia adalah psikotik, dan gangguan psikotik bukan hanya skizofrenia. Skizofrenia ditandai dengan terdapatnya gangguan pada daya nilai realita, yang dapat dibuktikan dengan adanya tingkah laku yang kacau, persepsi yang salah, proses pikir yang terganggu, disertai alam perasaan yang terganggu.
Kepribadian penderita sebelum sakit menunjukkan suatu gangguan kepribadian paranoid. Cirinya mudah tersinggung, suka menyendiri, agak congkak dan kurang percaya pada orang lain. Biasanya fungsi intelektual dan pekerjaan dapat dipertahankan, walaupun gangguan tersebut bersifat kronik.
Keluarga dan teman-temannya memperhatikan yang bersangkutan telah berubah, tidak berfungsi sebagaimana biasanya, misalnya dalam aktifitas pekerjaan, sosial dan pribadi.
Pasien yang memiliki Emosi Ekspressi (EE) yang tinggi memiliki angka relapse lebih tinggi daripada pasien yang berasal dari keluarga berekspressi emosi rendah. EE didefinisikan sebagai perilaku yang intrusive, terlihat berlebihan, kejam dan kritis. Angka relapse akan berkurang jika perilaku keluarga diubah menjadi EE yang rendah.
Banyak penderita skizofrenia mempunyai kelemahan kemauan. Mereka tidak dapat mengambil keputusan, tidak bertindak dalam suatu keadaan, kadang-kadang terdapat ketidakwajaran aktifitas psikomotor seperti berdiam diri (immobilitas) secara apatik yang bisa juga disebabkan karena penumpulan afektifnya seolah-olah tampak seperti ketidakberdayaan.
Terdapat hendaya dalam fungsi sehari-hari seperti mandi, menyisir rambut, gosok gigi dan tidak mempedulikan kerapian diri atau berpakaian. Dorongan kehendak dianggap sebagai suatu dasar sifat manusia. Setiap manusia yang normal dan sehat, memiliki atau dapat timbul pada dirinya semacam itu, dan dapat membawa individu itu pada suatu kegiatan yang kreatif. Sebaliknya pada individu yang menderita skizofrenia keinginan atau dorongan untuk itu sudah tidak ada lagi. Hal ini tampak pada sikap formalnya yang menyatakan tetap mau atau ingin, sebaliknya kenyataan nilai realistiknya membuktikan bahwa ia tidak mampu membawakan dirinya pada perbuatan-perbuatan yang kreatif dan orisinil. Individu tampak malas dan masa bodoh terhadap hal-hal yang menurut logika dan norma seharusnya menjadi tanggung jawabnya. Ia apatik dan inaktif sampai taraf yang ekstrim. Pada waktu-waktu tertentu seolah-olah timbul aktifitasnya lagi, tetapi sifatnya tak terkoordinasi, bercampur dengan kegelisahan yang mencolok serta tujuan usaha yang tak nyata.
Penderita skizofrenia lebih suka bersendiri daripada bergaul dalam kelompok (sosial). Penderita mengabaikan dunia luar dan hidup dalam dunianya sendiri (autisme) dan bertentangan dengan hal-hal yang berlaku dan diterima secara psikologik dan kultural oleh kebanyakan manusia dalam lingkungannya.
Pada remaja perlu diperhatikan kepribadian pre-morbid atau sebelum sakit yang merupakan faktor predisposisi skizofrenia, yaitu gangguan kepribadian paranoid atau kecurigaan berlebihan, menganggap semua orang sebagai musuh.
Gangguan skizoid yaitu emosi dingin, kurang mampu bersikap hangat dan ramah pada orang lain serta selalu menyendiri. Pada gangguan skizotipal orang memiliki perilaku atau tampilan diri aneh dan ganjil, afek sempit, percaya hal-hal aneh, pikiran magis yang berpengaruh pada perilakunya, persepsi panca indera yang tidak biasa, pikiran obsesif tak terkendali, pikiran yang samar-samar, penuh kiasan, sangat rinci dan ruwet atau stereotipik yang termanifestasi dalam pembicaraan yang aneh dan inkoheren.
Bagi orang yang beragama, terutama agama Islam, pasti mengetahui bahwa ciri-ciri skizofrenik sebagaimana yang telah saya jelaskan sebelumnya adalah ciri-ciri dari orang-orang yang jauh dari pengamalan ajaran agama. Ciri-ciri yang telah saya jelaskan bertolak belakang dengan ajaran agama Islam dan setiap ajaran yang mengajarkan kebaikan.
Islam membimbing kita agar memiliki kepribadian yang baik, emosi yang cerdas, dan jiwa yang sehat sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad. Ada pun waham kebesaran pada skizofrenik yang mengaku nabi, itu adalah wahamnya orang murtad (keluar dari Islam) karena tidak ada lagi nabi setelah nabi Muhammad.
Orang-orang atheis menyatakan bahwa orang-orang yang beragama adalah para pengidap skizofrenia karena banyak skizofrenik yang bergaya layaknya ahli agama dengan penampilannya yang aneh. Padahal banyak juga skizofrenik yang bergaya layaknya psikiater, militer, bangsawan, profesor, dan lain-lain. Jika setiap gaya skizofrenik berarti penderita skizofrenia, berati psikiater, militer, bangsawan, profesor dan lain-lain adalah pengidap skizofrenia.
Skizofrenik suka menyendiri sedangkan Islam mengajarkan agar selalu berjamaah. Islam mengajarkan agar kita memiliki Emosi Ekspresi yang rendah. Skizofrenik agak congkak dan tidak percaya pada orang lain sementara Islam melarang sifat congkak dan berburuk sangka (su’udzan) kepada orang lain. Biasanya orang-orang yang berpenampilan dan berperilaku aneh dan nyeleneh adalah para dukun; Islam melarang keras aktifitas perdukunan. Sorban dan jubah putih bukan jaminan bahwa pemakainya adalah seorang muslim.
Islam melarang kita percaya kepada hal-hal aneh yang tak terbukti secara ilmiah. Hal-hal yang dianggap aneh dalam ajaran Islam oleh orang-orang yang tidak berilmu kini dibenarkan oleh Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Bahkan menurut Prof. Shroeder Ilmuwan kelautan dari Jerman, “llmuwan itu sebenarnya hanya menegaskan apa yang telah tertulis di dalam al-Quran beberapa tahun yang lalu. Para ilmuwan sekarang hanya menemukan apa yang telah tersebut di dalam al-Quran sejak 1400 tahun yang lalu.”
Orang-orang Islam percaya kepada yang ghaib. Arti dari ghaib adalah apa yang tidak kita lihat, dengar dan rasakan bukan berarti tidak ada. orang-orang yang tidak percaya kepada hal-hal ghaib adalah penghalang utama kemajuan iptek karena semua iptek berasal dari keyakinan kepada apa yang tidak kita lihat, dengar dan rasakan bukan berarti tidak ada. Salah satu dari hal yang ghaib adalah telepon. sinyal-sinyal telepon tidak bisa kita lihat, dengar, dan rasakan tetapi ada. Jika kita bisa menembus arus waktu dan kembali ke masa-masa pra sejarah dan bercerita kepada orang-orang tentang teknologi abad sekarang bahwa kita dapat berkomunikasi jarak jauh, mereka pasti menyangka bahwa kita orang gila.
Orang-orang tidak beragama yang selalu mengatakan mustahil dan tidak mungkin adalah orang-orang yang menghalang-halangi setiap penemuan-penemuan. Tentunya kita tidak akan mengenal pesawat terbang jika Wright bersaudara mendengarkan omongan-omongan orang-orang yang mengatakan bahwa kita mustahil bisa terbang. Tetapi Wright percaya, bahwa kita bisa menciptakan alat agar kita bisa terbang.
Ilmu psikiatri adalah ghaib bagi orang-orang awam sedangkan bagi yang tahu tentang ilmu psikiatri, ilmu psikiatri bukan ghaib. Ilmu pertanian adalah ghaib bagi para psikiater dan orang-orang yang tidak tahu tentang pertanian sedangkan bagi para petani dan orang-orang yang belajar ilmu pertanian, ilmu pertanian bukan ghaib. Bagi orang yang tak pernah ke Amerika, Amerika adalah ghaib karena negara Amerika bagi orang-orang yang berada di Indonesia tidak bisa dilihat, dengar, dan rasakan. Tetapi bagi orang Amerika atau orang-orang yang pernah ke Amerika, Amerika bukan ghaib. Singkatnya, apa yang tidak kita ketahui bukan berarti orang lain juga tidak tahu. Kita tidak tahu karena kita bodoh tentang hal itu.
Kaum Atheis menuduh kaum muslimin percaya pada hal-hal aneh yang bagi mereka tidak masuk akal padahal ajaran-ajaran Islam sesuai dengan Iptek. Sebaliknya, mereka percaya kepada Atheisme-seperti darwinisme- yang bagi orang-orang beriptek sangat tidak masuk akal dan bertentangan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perlu dicatat bahwa tokoh-tokoh besar ilmu pengetahuan adalah orang-orang beragama. Berikut ini adalah ungkapan sebagian dari ilmuwan beragama : “Saya haturkan rasa syukur tak terkira kepada Tuhan yang begitu baiknya telah memilih saya sendiri sebagai yang pertama menyaksikan pemandangan menakjubkan yang selama ini tersembunyi dalam kegelapan selama berabad-abad yang lalu.” (Galileo Galilei, dikutip dalam: Mike Wilson, “The Foolishness of the Cross,” Focus Magazine)
Para ilmuwan lain yang meletakkan landasan bagi bangunan ilmu pengetahuan modern, semuanya adalah orang taat beragama. Kepler, yang dianggap sebagai pendiri astronomi modern, berkata kepada mereka yang bertanya mengapa ia menyibukkan diri dengan ilmu pengetahuan: “Saya memiliki niat menjadi seorang ahli teologi… namun dengan pekerjaan saya ini, kini saya menyaksikan bagaimana Tuhan juga diagungkan dalam astronomi, sebab ‘langit menyatakan keagungan Tuhan”’. (Johannes Kepler, dikutip dalam: J.H. Tiner, Johannes Kepler-Giant of Faith and Science (Milford, Michigan: Mott Media, 1977), hlm. 197)
Newton, salah seorang ilmuwan terbesar dalam sejarah, menjelaskan alasan yang mendasari dorongan kuatnya dalam melakukan kegiatan ilmiah dengan mengatakan: “… Dia (Tuhan) adalah kekal dan tak terbatas, Maha Kuasa dan Maha Mengetahui; dengan kata lain, masa keberadaan-Nya dari kekekalan hingga kekekalan; keberadaan-Nya dari ketakberhinggaan hingga ketakberhinggaan, Dia mengatur segala sesuatu, dan mengetahui segala sesuatu yang diadakan atau dapat diadakan… Kita mengenal-Nya hanya melalui perancangan-Nya yang paling bijak dan luar biasa atas segala sesuatu… [Kita] memuji dan mengagungkan-Nya sebagai hamba-Nya…” (Sir Isaac Newton, Mathematical Principles of Natural Philosophy, Translated by Andrew Motte, Revised by Florian Cajore, Great Books of the Western World 34, Robert Maynard Hutchins, Editor in chief, William Benton, Chicago, 1952:273-74)
Von Helmont, salah seorang tokoh terkemuka di bidang kimia modern dan penemu termometer, menyatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah bagian dari iman. Sang jenius Pascal, bapak matematika modern, mengatakan bahwa: “Tapi dengan keimanan kita mengenal keberadaan (Tuhan); dalam keagungan kita akan mengenal sifat-Nya.”
George Cuvier, pendiri palaeontologi modern, menganggap fosil sebagai bukti-bukti Penciptaan yang kini masih ada dan mengajarkan bahwa spesies makhluk hidup telah diciptakan oleh Tuhan.
Carl Linnaeus, yang pertama kali menyusun klasifikasi ilmiah, meyakini penciptaan dan menyatakan bahwa keteraturan di alam merupakan satu bukti penting keberadaan Tuhan.
Gregor Mendel, pendiri ilmu genetika, yang juga seorang biarawan, meyakini Penciptaan dan menentang teori-teori evolusi di zamannya seperti Darwinisme dan Lamarckisme.
Louis Pasteur, nama terbesar dalam sejarah mikrobiologi, membuktikan bahwa kehidupan tak dapat diciptakan melalui benda mati dan mengajarkan bahwa kehidupan merupakan keajaiban Tuhan.
Fisikawan Jerman terkenal, Max Planck, mengatakan bahwa Pencipta jagat raya adalah Tuhan dan menegaskan bahwa keimanan adalah sifat wajib bagi para ilmuwan.
Albert Einstein, yang dianggap sebagai ilmuwan terpenting abad ke-20, meyakini bahwa ilmu pengetahuan tidak mungkin meniadakan Tuhan dan mengatakan, “ilmu pengetahuan tanpa agama adalah pincang.”
Isaac Newton: “… Dia (Tuhan) adalah kekal dan tak terbatas, Maha Kuasa dan Maha Mengetahui; dengan kata lain, masa keberadaan-Nya dari kekekalan hingga kekekalan…”
Sejumlah besar para ilmuwan lain yang mengendalikan sejarah ilmu pengetahuan adalah orang-orang taat beragama yang beriman kepada Tuhan, sebagian kecil di antara mereka adalah: Leonardo da Vinci (1452-1519) (Seni, rekayasa, arsitektur), Georgius Agricola (1494-1555) (Mineralogi), Nicolas Steno (1631-1686) (Stratigrafi), Thomas Burnet (1635-1715) (Geologi), Increase Mather (1639-1723) (Astronomi), Nehemiah Grew (1641-1712) (Kedokteran), John Dalton (1766-1844) (Pendiri teori atom modern), Johann Gauss (1777-1855) (Geometri, geologi, magnetisme, astronomi), Benjamin Silliman (1779-1864) (Mineralogi), Peter Mark Roget (1779-1869) (Fisiologi), William Buckland (1784-1856) (Geologi), William Whewell (1794-1866) (Astronomi and Fisika), Richard Owen (1804-1892) (Zoologi, Paleontologi), Balfour Stewart (1828-1887) (Listrik Ionosfir), P.G.Tait (1831-1901) (Fisika, Matematika), Edward William Morley (1838-1923) Pemenang hadiah Nobel Fisika, Sir William Abney (1843-1920) (Astronomi), William Mitchell Ramsay (1851-1939) (Arkeologi), William Ramsay (1852-1916) (Kimia), Sir Cecil P. G. Wakeley (1892-1979) (Kedokteran), dan lain-lain.
Mereka semua telah menciptakan karya yang hebat. Mana karya dari orang-orang Atheis sejati? Nabi Muhammad yang perkataannya terbukti benar secara ilmiah mengatakan kepada kita tentang akhirat. Jika kita tidak percaya karena akhirat tidak kita lihat, dengar dan rasakan tanpa ada kehendak untuk berpikir dengan menggunakan akal sehat dan iptek yang benar, berarti kita sama bodohnya dengan orang-orang atheis masa lalu. Wallahu a’lam
sumber : www.benderahitam.wordpress.com
Testtiiing
ReplyDelete