1.
Latar Penerapan
Model konseling perkembangan menurut
Robert D. Myrick (1987) menekankan bahwa layanan bimbingan harus
bersifat komprehensif, preventif, dan proaktif, serta diberikan kepada seluruh
peserta didik. Di Indonesia, prinsip ini sangat relevan dengan konsep Bimbingan
dan Konseling Komprehensif (BKK) yang diatur dalam Permendikbud No. 111
Tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Pendekatan Myrick dapat
diintegrasikan dengan kurikulum Merdeka, di mana konselor berperan mendampingi
siswa mengembangkan profil pelajar Pancasila: beriman, mandiri, bernalar
kritis, gotong royong, kreatif, dan berkebinekaan global.
2.
Prinsip Penerapan di Sekolah
Mengacu pada Myrick, implementasi
program bimbingan perkembangan di sekolah harus memenuhi prinsip-prinsip
berikut:
- Komprehensif:
mencakup seluruh aspek perkembangan (akademik, pribadi-sosial, dan
karier).
- Proaktif dan Preventif: bukan hanya menunggu siswa bermasalah, tetapi mencegah
munculnya masalah.
- Terintegrasi:
menjadi bagian dari kegiatan pembelajaran dan kehidupan sekolah.
- Berorientasi Perkembangan: disesuaikan dengan tugas-tugas perkembangan siswa di
tiap jenjang.
- Kolaboratif:
melibatkan guru, wali kelas, orang tua, dan siswa sebaya.
3.
Komponen Program Konseling Perkembangan (Adaptasi Myrick, 1987)
|
Komponen
Utama |
Deskripsi |
Contoh
Implementasi di Sekolah |
|
Bimbingan Kelas (Classroom
Guidance) |
Layanan terjadwal untuk semua
siswa di kelas. |
Kegiatan rutin 1 jam per minggu
oleh guru BK: tema “Mengelola Emosi”, “Etika Digital”, “Belajar Efektif”. |
|
Konseling Individual |
Pendampingan personal bagi siswa
dengan kebutuhan khusus. |
Sesi konseling dengan siswa yang
memiliki kesulitan adaptasi atau masalah akademik. |
|
Konseling Kelompok Kecil |
Diskusi kelompok untuk
pengembangan keterampilan sosial dan akademik. |
Kelompok diskusi “Strategi
Belajar”, “Manajemen Waktu”, atau “Menghadapi Tekanan Ujian”. |
|
Konsultasi |
Kolaborasi konselor dengan guru
atau orang tua. |
Guru BK berdiskusi dengan wali
kelas terkait intervensi siswa yang menurun motivasinya. |
|
Koordinasi Program (Coordination) |
Menghubungkan berbagai kegiatan
bimbingan dengan pihak lain. |
Bekerja sama dengan lembaga
karier, psikolog, atau universitas untuk kegiatan orientasi karier. |
|
Fasilitasi Sebaya (Peer
Facilitation) |
Melatih siswa sebagai konselor
sebaya atau peer helper. |
Program Peer Counselor atau
Teman Curhat Sekolah. |
4.
Contoh Tema Kurikulum Bimbingan Perkembangan (Kelas 7–12)
|
Bidang
Perkembangan |
Kelas |
Tema
Utama |
Tujuan
Kegiatan |
|
Pribadi-Sosial |
7–8 |
Mengenal Diri dan Mengelola Emosi |
Membantu siswa memahami kekuatan
diri dan mengendalikan emosi. |
|
Akademik |
8–9 |
Teknik Belajar Efektif dan
Manajemen Waktu |
Mengembangkan tanggung jawab
belajar dan strategi belajar mandiri. |
|
Karier |
9 |
Mengenal Dunia Kerja dan Potensi
Diri |
Memperkenalkan berbagai profesi
dan keterkaitannya dengan minat siswa. |
|
Pribadi-Sosial |
10 |
Hubungan Sosial dan Etika Digital |
Membangun komunikasi yang sehat
dan bijak menggunakan media sosial. |
|
Akademik |
11 |
Kesiapan Ujian dan Stres Akademik |
Melatih keterampilan coping dalam
menghadapi tekanan akademik. |
|
Karier |
12 |
Perencanaan Studi Lanjut |
Membimbing siswa membuat Career
Action Plan dan pemilihan jurusan kuliah. |
5.
Contoh Jadwal Implementasi Mingguan
|
Hari |
Kegiatan |
Pelaksana |
|
Senin |
Bimbingan kelas: “Motivasi Awal
Minggu” |
Guru BK |
|
Selasa |
Konseling individual (jadwal by
appointment) |
Konselor |
|
Rabu |
Konseling kelompok kecil (tema:
komunikasi efektif) |
Guru BK & Peer Counselor |
|
Kamis |
Konsultasi dengan guru/wali kelas |
Konselor & Wali Kelas |
|
Jumat |
Koordinasi kegiatan karier &
evaluasi |
Guru BK + Kepala Sekolah |
6.
Evaluasi Program
Evaluasi dilakukan berdasarkan
indikator keberhasilan seperti:
- Peningkatan keterampilan sosial dan akademik siswa.
- Penurunan jumlah kasus disiplin atau masalah emosional.
- Keterlibatan aktif siswa dalam kegiatan pengembangan
diri.
- Umpan balik positif dari guru dan orang tua.
Instrumen evaluasi bisa berupa:
- Kuesioner persepsi siswa.
- Catatan anekdot konselor.
- Rekap layanan dan hasil observasi.
7.
Kesimpulan
Model konseling perkembangan Myrick
menawarkan paradigma baru bagi layanan bimbingan dan konseling di sekolah —
dari yang bersifat reaktif menjadi proaktif dan pengembangan diri seutuhnya.
Dalam konteks Indonesia, penerapan prinsip Myrick sangat mendukung terwujudnya
pendidikan yang berpusat pada siswa dan sejalan dengan visi Profil Pelajar
Pancasila.
Dengan program yang terencana,
terstruktur, dan berkesinambungan, guru BK dapat berperan strategis membentuk
siswa yang tangguh, berkarakter, dan siap menghadapi tantangan masa depan.
Daftar
Pustaka
- Myrick, R. D. (1987). Developmental Guidance and
Counseling: A Practical Approach. Minneapolis: Educational Media
Corporation.
- Corey, G. (2017). Theory and Practice of Counseling
and Psychotherapy (10th ed.). Belmont, CA: Cengage Learning.
- Kemendikbud RI. (2014). Permendikbud Nomor 111 Tahun
2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Menengah.
- American School Counselor Association (ASCA). (2019). ASCA
National Model: A Framework for School Counseling Programs (4th ed.).
Alexandria, VA: ASCA.
- Prayitno, & Amti, E. (2018). Dasar-Dasar
Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.

Post a Comment for "Implementasi Praktis Model Konseling Perkembangan Myrick di Sekolah Indonesia"
Penulis
Pendidikan
1. S1 BK (STKIPMPL)
2. S2 BK (Unnes)