Tujuan Bimbingan Belajar Islami
Jangka panjang :
agar potensi akal (fitrah ‘aql) dan hati (fitrah qalb) yang dikaruniakan Allah SWT
kepada setiap individu dapat berkembang dan berfungsi dengan baik, sehingga
mereka dapat terhindar dari kesulitan-kesulitan belajar dan pada akhirnya
mereka menjadi pribadi-pribadi yang bertakwa, cerdas dan berakhlak mulia.
Dengan kata
lain, tujuan akhir dari bimbingan belajar qur’ani ini adalah mengembangkan dan
menfungksikan akal pikiran dan hatu agar perserta didik yang dibimbing dapat
menjadi pribadi yang bertakwa, cerdas dan berakhlak mulia yang pada akhirnya
diharapkan mereka bisa hidup bahagia di dunia dan akhirat.
Adapun tujuan
jangka pendek yang ingin dicapai adalah berkembangnya akal dan hati (dalam
jasmaniah dan ruhaniah) individu yang dibimbing, sehingga kecerdasannya mampu
membimbing mereka untuk dapat memahami ayat-ayat Allah baik yang qauliyah
(dalqur’an dan hadits) dan kauniyah ( ayat-ayat allah yang terbentang dijagad
raya) secara mudah, yang pada akhirnya akan melahirkan amal shaleh yang
dilandasi dengan keyakinan yang benar berdasarkan nilai-nilai al-qur’an.
Keyakinan seperti ini akan menjadikan peserta didik:
a.
Memiliki
pemahaman yang benar akan makna belajar, bahwa belajar merupakan kewajiban
(Qs.9:122) dan aktifitas yang bernilai ibadah (Adz-Darimi, no. 346)
b.
Memiliki
tujuan belajar yang benar sesuai ajaran islam yaitu mengharapkan ridha allah
swt (Qs.58:11)
c.
Memiliki
sikap dan kebiasaan belajar yang positif yang dilandasi nilai-nilai alqur;an
seperti : memulai belajar dengan berdoa (Qs.7:55), memuliakan ilmu (Qs.5:6,
muslim bo.335), memuliakan guru (Qs.58:11, HR Thabrani no 99, dan memiliki
sikap tawadhu (Qs.25:63)
d.
Memiliki
motivasi yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat, bukan ditujukan untuk
membanggakan diri atau mencari keuntungan duniawi, tapi semata-mata untuk
menyempurnakan kualitas diri sebagai hamba Allah yang beriman, berilmu dan
beramal shalih (berakhlak mulia) (Thirmidzi : no 2573)
e.
Memiliki
keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti keterampilan menghafal,
mampu berdiskusi, bermusyawarah dan berdebat secara positif dan
bertanggungjawab, yang landasan utamanya adalah keikhlaasan untuk saling
menyempurnakan diantara peserta ddidik dengan peserta didik lainnya (Zarnuji :
at-ta’lim:10). Dari sini diharapkan akan terbentuk peserta didik yang cerdas
baik intelektualnya, psikososialnya, emosional dan sipiritualnya.
f.
Memiliki
keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan, baik jangka
pendek yang diwujudkan dalam aktifitas belajarnya disekolah dan perguruan
tinggi dan tujuan jangka panjang untuk memperoleh kemuliaan disisi allah
(Qs.58:11)
g.
Memiliki
kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian, tidak hanya dalam bentuk
ujian terhadap mata pelajara di sekolah, tapi juga ujian dalam menghadapi
kehidupan yang lebih kompleks. Dengan cara belajar secara sungguh-sungguh
(Qs.29:69), tidak mudah putus asa (Qs.12:87) dan setelah itu tawakal
(menyerahkan hasil) hanya kepada Allah SWT (Qs.65:3, 3:122)
h.
Memiliki
orientasi belajar sepanjang dan sejagat hayat (Ibnu Majahar, hadits no 220)
i.
Belajar
bukan sekedar untuk menarik perhatian manusia, menyayangi orang ‘alim dan
berdeat dengan orang bodoh (Turmudzi, hadits no 2573)
j.
Setiap
individu harus mengamalkan ilmu yang dipelajarinya (Qs.3:187). Orang yang
mengamalkan ilmu berpahal (Ad-darimi ihya, juz:1:165) sedangkan orang yang
tidak mau mengamalkan ilmunya adalah sesat dan menyesatkan (Bukhari, hadits no
57)
Prinsip-prinsip Bimbingan Belajar Islami
Prinsip dasar
a.
Bimbingan
belajar qur’ani ditujuakna bagi terbentuknya pesrta didik yang cerdas, bertakwa
dan berakhlak mulia. Untuk sampai pada tujuan ini bimbingan belajar tidak hanya
ditujukan untuk mengembangkan dan memaksimalkan fungsi otak. Tapi perlu
diimbangi dengan mengembangkan dan memaksimalkan fungsi hati/kalbu. Ini
mengandung pengertian adanya keseimbangan antara aktifitas zikir dan fakir
(QS.3 : 190-191)
b.
Bimbingan
belajar tidak hanya diberikan bagi peserta didik yang mengalami kesulitan atau
masalah dalam belajarnya, tapi ditujukan bagi semua peserta didik
c.
Aktifitas
belajar dan membimbing merupakan aktifitas ibadah kepada allah. Untuk itu baik
peserta didik maupun pembimbing perlu
meluruskan niat sebelum melakukan aktifitasnya untuk mengharap ridha
allah swt.
Prinsip yang
berhubungan dengan konselor
a.
Membimbing
adalah aktifitas ibadah, karenanya pelakunya diberikan pahala/kebaikan
(Qs.4:146)
b.
Karena
merupakan aktifitas ibadah, maka harus dilakukan dengan cara-cara yang benar.
Karena aktifitas bimbingannya akan dipertanggungjawabkan baik dihadapan manusia
dan terlebih dihadapan Allah (Qs. 15:92-93)
c.
Konselor
memiliki kapasitas keimanan yang kuat dan bertakwa serta memahami ajaran agama
islam secara benar (Qs.3:102), memiliki sifat ikhlas (Qs.98:5), sabar
(Qs.42:43), tidak pemarah dan pemaaf (Qs.3:134), menolak kejahatan dengan
kebaikan (Qs.41:43) serta berilmu/berwawasan luas (Qs 2:44, 39:9)
d.
Konselor
memiliki tanggungjawab mengajarkan kebaikan pada peserta didik (Qs.7:199) serta
tanggung jawab membimbing peserta didik menjadi pribadi yang bertakwa
(qs.6:153)
e.
Guru
pembimbinga memiliki keterampilan dan menguasai teknik belajar yang memadai
dalam membimbing peserta didik berdasarkan prinsip-prinsip belajar qur’ani.
Untuk itu konselor adalah orang yang berilmu/berwawasan luas (Qs. 2:44, 39:9)
f.
Konselor
mampu menjadi teladan bagi peserta didik yang tercermin dalam perbuatannya yang
sesuai dengan nilai-nilai alqur’an dan berakhlak mulia sebagaimana dicontohkan
oleh Rasulullah SAW (Qs. 33:21)
Prinsip yang
berhubungan dengan individu yang dibimbing
a.
Dalam
membimbing, peserta didik perlu dimantapkan akan pentingnya belajar dengan
menggunakan prinsip-prinsip belajar qur’ani, karena : belajar dalam pandangan
alqur’an adalah wajib (Qs.9:122), belajar adalah aktifitas ibadah karenanya
berpahala (Darimi, haditas no 346), belajar adalah sabilillah (Qs. 6:153),
belajar bukan sekedar untuk menarik perhatian manusia, menyayangi orang alim
dan berdebat dengan orang bodoh (Turmudzi, hadits no 2573)
Strategi Bimbingan Belajar Islami
a.
Komunikasi
(Qaulan), meliputi :
1)
Komunikasi/perkataan
yang lembut (qaulan layyinan). pada Qs. 20:43-44)
2)
Komunikasi/perkataan
yang baik (qaulan ma’rufan) pada Qs. 4:5
3)
Informasi/perkataan
yang ringan (qaulan maisura) pada Qs. 17:28
b.
Keteladanan
Tentang
keteladanan dijadikan strategi bimbingan, pada Qs. 33:21
c.
Berdebat
positif
Berdebat postifi
menjadi salah satu dari sekian banyak strategi yang dianjurkan dalam mencapai
kesepakatan, ini daidasarkan pada Qs.29:46
Referensi :
Al-Qur'an dan Hadits
Tesis Mahasiswa PPs UNNES Prodi BK
Post a Comment for "Bimbingan Belajar Islami"
Penulis
Pendidikan
1. S1 BK (STKIPMPL)
2. S2 BK (Unnes)