Banyak pendekatan terapi dan konseling diletakkan kepada seorang tokoh psikologi karena memang dia pengagasnya, seperti contohnya terapi client-centered dilekatkan kepada nama Carl R. Rogers. Hal yang sama terjadi juga pada terapi perilaku emotif rasional/REBT (rational emotive behavior therapy) yang melekat kuat kepada nama Albert Ellis, penggagasnya. Teori ini didasarkan kepada asumsi kalau manusia memiliki kapasitas untuk bertindak dengan cara-cara yang rasional maupun irasional. Perilaku rasional dianggap efektif dan produktif sedangkan perilaku irasional dianggap menghasilkan ketidakbahagiaan dan ketidakproduktifan.
Ellis menganggap banyak jenis problem emosi diakibatkan oleh irasionalitas dalam pola berpikirnya. Pola irasional ini bias dimulai sejak usia dini dan diperkuat oleh pribadi-pribadi signifikan dalam hidup seorang individu, selain juga oleh budaya dan lingkungan pergaulan yang lebih luas. Menurut Ellis, individu dengan problem emosionalnya mengembangkan system keyakinan yang mengarah kepada verbalisasi implicit atau percakapan sendiri yang umumnya mengandung logika dan asumsi yang keliru. Simtom ini lalu bisa dilihat dari verbalisasi eksplisitnya terkait cara individu tersebut merasa dan bertindak.
Proposisi utama REBT bisa digambarkan sebagai berikut (Corsini dan Wedding, hlm. 169-170) :
1. Setiap individu lahir dengan potensi menjadi rasional (membangun diri) tetapi bias juga irasional (menghancurkan diri).
2.Kecenderungan individu untuk berfikir irasional, menjalani kebiasaan merusak diri, mengkhayal dan tidak toleran sering kali dipengaruhi oleh budaya, keluarga dan kelompok pergaulan mereka.
3. Manusia memahami, berpikir, merasa dan bersikap dalam satu kesatuan yang terpisahkan.
4. Meskipun psikoterapi utama menggunakan berbagai teknik kognitif, emotif dan perilaku, dan meskipun semua hal lain (termasuk metode tidak ilmiah seperti ramalan) dapat membantu individu yang mempercayainya, namun prosedur-prosedur itu tidak selalu efektif atau efisien.
5. Terapis perilaku emotif rasional tidak mempercayai hubungan hangat klien dan konselor sebagai syarat minimal dan mutlak bagi perubahan pribadi menjadi efektif meski tampaknya bagus.
6. REBT menggunakan permainan peran, latihan penegasan, desensitisasi, humor, pengkondisian operan, saran, dukungan dan seluruh ‘trik’ apa pun yang bisa membantu klien.
7. REBT yakin sebagian besar problem neurotic melibatkan pikiran-pikiran tidak realistic, tidak logis dan merusak diri, sehingga jika kemudian disuntik dengan ide-ide konstuktif yang bisa mematahkannya seperti pikiran-pikiran logis, empiris dan pragmatis, maka klien akan mulai berubah sehingga pola-pola berpikir irasionalnya bisa diminimalkan.
8. REBT memperlihatkan betapun aktifnya kejadian, peristiwa atau kemalangan (A) pada hidup seseorang memberikan kontribusi, namun mereka bukan ‘penyebab’ langsung konsekuensi emosi (C) yang terjadi ; konsekuensi tersebut baru muncul ketika ia menginterpretasikannya (B) persisnya sebuah keyakinan tidak realistic dan berlebihan tentang hal-hal tertentu mengenai peristiwa-peristiwa tersebut.
Ellis mengidentifikasi 11 nilai atau ide yang berlaku universal di masyarakat barat dapat mengarahkan siapa pun penganutnya kepada perilaku neurotic (Hackney & Cormier, hlm. 182), yaitu :
1. saya yakin harus dicintai atau disetujui oleh hamper setiap orang di mana saya menjalin kontak.
2. Saya yakin mestinya harus benar-benar kompeten, adekuat dan mencapai satu tingkat penghargaan yang diakui seutuhnya.
3. Beberapa orang berwatak buruk, jahat atau kejam, karena itu mereka layak disalahkan dan dihukum.
4. Menjadi sebuah bencana besar ketika suatu hal terjadi seperti yang tidak pernah saya inginkan.
5. Ketidakbahagiaan disebabkan oleh situasi tertentu yang berada di luar kemampuan saya mengendalikannya.
6. Hal-hal berbahaya atau menakutkan adalah sumber terbesar kekhawatiran, dan saya harus mewaspadai potensi destruktifnya.
7. Lebih mudah menghindari kesulitan dan tanggungjawab tertentu ketimbang menghadapinya.
8. Saya mestinya bergantung pada beberapa hal dan orang lain, dan mestinya memiliki orang-orang yang sungguh bisa diandalkan untuk memerhatikan saya.
9. Pengalaman dan kejadian di masa lalu menentukan perilaku saya saat ini; pengaruh masa lalu tidak pernah bisa dihapus.
10. Selalu terdapat solusi benar atau sempurna untuk setiap problem, dan itu mestinya bisa ditemukan, atau problemnya tidak akan pernah selesai hingga tuntas.
Tujuan REBT adalah mengurangi atau mengeliminasi perilaku irasional semacam ini. Untuk mengubah perilaku yang tidak diinginkan tersebut, klien harus belajar bahwa cara mereka berpikir, merasa dan bersikap merupakan satu kesatuan aksi yang terpadu. Pikiran dan emosi yang negative dan merusak diri harus dikenali agar klien sanggup mengarahkan pikiran dan emosinya menjadi logis, rasional dan konstruktif.
Terapis REBT sering kali memberikan tantangan, provokasi dan penggalian keyakinaan irasional klien. Di dalam relasi konseling, konselor dilihat sebagai guru dank lien sebagai siswa. Akibatnya, prosedur ini mencakup bukan hanya pengajaran dan aktivitas-aktivitas terkait seperti membaca atau penugasan, tetapi juga pertanyaan dan penantangan, bahkan taktik-taktik konfrontasi, kontrak-kontrak, saran-saran dan persuasi. REBT bisa diaplikasikan bukan hanya untuk terapi individu tetapi juga kelompok pertemuan marathon, konseling pernikahan dan terapi keluarga.
REBT sering kali pendek saja pengaruhnya namun efektif untuk menangani kasus gangguan serius. Klien biasanya memiliki sedikit kesulitan untuk mempelajari prinsip dan terminology dasar REBT. Kendati para terapis REBT boleh menantang klien untuk menghadapi suatu problem, namun konfrontasi terhadap klien-klien minoritas tidak semestinya menyinggung isu-isu nilai dasar yang dianut dan latar belakang budaya yang dimiliki klien.
Sumber : Gibson & Mitchell. (2011). Bimbingan dan Konseling. (Terjemahan)Yogyakarta: Pustaka Pelajar
halaman 220-222
Ellis menganggap banyak jenis problem emosi diakibatkan oleh irasionalitas dalam pola berpikirnya. Pola irasional ini bias dimulai sejak usia dini dan diperkuat oleh pribadi-pribadi signifikan dalam hidup seorang individu, selain juga oleh budaya dan lingkungan pergaulan yang lebih luas. Menurut Ellis, individu dengan problem emosionalnya mengembangkan system keyakinan yang mengarah kepada verbalisasi implicit atau percakapan sendiri yang umumnya mengandung logika dan asumsi yang keliru. Simtom ini lalu bisa dilihat dari verbalisasi eksplisitnya terkait cara individu tersebut merasa dan bertindak.
Proposisi utama REBT bisa digambarkan sebagai berikut (Corsini dan Wedding, hlm. 169-170) :
1. Setiap individu lahir dengan potensi menjadi rasional (membangun diri) tetapi bias juga irasional (menghancurkan diri).
2.Kecenderungan individu untuk berfikir irasional, menjalani kebiasaan merusak diri, mengkhayal dan tidak toleran sering kali dipengaruhi oleh budaya, keluarga dan kelompok pergaulan mereka.
3. Manusia memahami, berpikir, merasa dan bersikap dalam satu kesatuan yang terpisahkan.
4. Meskipun psikoterapi utama menggunakan berbagai teknik kognitif, emotif dan perilaku, dan meskipun semua hal lain (termasuk metode tidak ilmiah seperti ramalan) dapat membantu individu yang mempercayainya, namun prosedur-prosedur itu tidak selalu efektif atau efisien.
5. Terapis perilaku emotif rasional tidak mempercayai hubungan hangat klien dan konselor sebagai syarat minimal dan mutlak bagi perubahan pribadi menjadi efektif meski tampaknya bagus.
6. REBT menggunakan permainan peran, latihan penegasan, desensitisasi, humor, pengkondisian operan, saran, dukungan dan seluruh ‘trik’ apa pun yang bisa membantu klien.
7. REBT yakin sebagian besar problem neurotic melibatkan pikiran-pikiran tidak realistic, tidak logis dan merusak diri, sehingga jika kemudian disuntik dengan ide-ide konstuktif yang bisa mematahkannya seperti pikiran-pikiran logis, empiris dan pragmatis, maka klien akan mulai berubah sehingga pola-pola berpikir irasionalnya bisa diminimalkan.
8. REBT memperlihatkan betapun aktifnya kejadian, peristiwa atau kemalangan (A) pada hidup seseorang memberikan kontribusi, namun mereka bukan ‘penyebab’ langsung konsekuensi emosi (C) yang terjadi ; konsekuensi tersebut baru muncul ketika ia menginterpretasikannya (B) persisnya sebuah keyakinan tidak realistic dan berlebihan tentang hal-hal tertentu mengenai peristiwa-peristiwa tersebut.
Ellis mengidentifikasi 11 nilai atau ide yang berlaku universal di masyarakat barat dapat mengarahkan siapa pun penganutnya kepada perilaku neurotic (Hackney & Cormier, hlm. 182), yaitu :
1. saya yakin harus dicintai atau disetujui oleh hamper setiap orang di mana saya menjalin kontak.
2. Saya yakin mestinya harus benar-benar kompeten, adekuat dan mencapai satu tingkat penghargaan yang diakui seutuhnya.
3. Beberapa orang berwatak buruk, jahat atau kejam, karena itu mereka layak disalahkan dan dihukum.
4. Menjadi sebuah bencana besar ketika suatu hal terjadi seperti yang tidak pernah saya inginkan.
5. Ketidakbahagiaan disebabkan oleh situasi tertentu yang berada di luar kemampuan saya mengendalikannya.
6. Hal-hal berbahaya atau menakutkan adalah sumber terbesar kekhawatiran, dan saya harus mewaspadai potensi destruktifnya.
7. Lebih mudah menghindari kesulitan dan tanggungjawab tertentu ketimbang menghadapinya.
8. Saya mestinya bergantung pada beberapa hal dan orang lain, dan mestinya memiliki orang-orang yang sungguh bisa diandalkan untuk memerhatikan saya.
9. Pengalaman dan kejadian di masa lalu menentukan perilaku saya saat ini; pengaruh masa lalu tidak pernah bisa dihapus.
10. Selalu terdapat solusi benar atau sempurna untuk setiap problem, dan itu mestinya bisa ditemukan, atau problemnya tidak akan pernah selesai hingga tuntas.
Tujuan REBT adalah mengurangi atau mengeliminasi perilaku irasional semacam ini. Untuk mengubah perilaku yang tidak diinginkan tersebut, klien harus belajar bahwa cara mereka berpikir, merasa dan bersikap merupakan satu kesatuan aksi yang terpadu. Pikiran dan emosi yang negative dan merusak diri harus dikenali agar klien sanggup mengarahkan pikiran dan emosinya menjadi logis, rasional dan konstruktif.
Terapis REBT sering kali memberikan tantangan, provokasi dan penggalian keyakinaan irasional klien. Di dalam relasi konseling, konselor dilihat sebagai guru dank lien sebagai siswa. Akibatnya, prosedur ini mencakup bukan hanya pengajaran dan aktivitas-aktivitas terkait seperti membaca atau penugasan, tetapi juga pertanyaan dan penantangan, bahkan taktik-taktik konfrontasi, kontrak-kontrak, saran-saran dan persuasi. REBT bisa diaplikasikan bukan hanya untuk terapi individu tetapi juga kelompok pertemuan marathon, konseling pernikahan dan terapi keluarga.
REBT sering kali pendek saja pengaruhnya namun efektif untuk menangani kasus gangguan serius. Klien biasanya memiliki sedikit kesulitan untuk mempelajari prinsip dan terminology dasar REBT. Kendati para terapis REBT boleh menantang klien untuk menghadapi suatu problem, namun konfrontasi terhadap klien-klien minoritas tidak semestinya menyinggung isu-isu nilai dasar yang dianut dan latar belakang budaya yang dimiliki klien.
Sumber : Gibson & Mitchell. (2011). Bimbingan dan Konseling. (Terjemahan)Yogyakarta: Pustaka Pelajar
halaman 220-222
Post a Comment for "Terapy Perilaku Emotif Rasional"
Penulis
Pendidikan
1. S1 BK (STKIPMPL)
2. S2 BK (Unnes)