a. Pengertian Reliabilitas
Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Maka pengertian reliabilitas tes berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes, atau seandainya hasilnya berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti.
Reliabilitas berkenaan dengan tingkat keajegan atau ketetapan hasil pengukuran. Suatu instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang memadai, bila instrumen tersebut digunakan mengukur aspek yang diukur beberapa hali hasilnya sama atau relatif sama. Minilai ada metode untuk menguji reliabilitas suatu instrumen, pertama metode Tes – Retes, dan kedua metode Paruh. Dalam metode Tes – Retes pengujian (uji coba) dilakukan dua atau tiga kali terhadap sampel yang sama. Hasilnya dihitung dengan uji korelasimenggunakan rumus Product Moment dari Pearson. Bila korelasi atau r-nya signifikan, maka instrumen tersebut memiliki reliabilitas yang memadai dan bisa digunakan untk pengukuran selanjutanya. Dalam metode Paruh, pengukuran uji coba hanya dilakukan satu kali, skor dari nomor-nomro butir pertanyaan (soal) ganjil dikorelasikan dengan skor tes dari butir-butir soal genap. Penafsirannya sama dengan Tes – Retes.
Tuntutan bahwa instrumen evaluasi harus valid menyangkut harapan diperolehnya data yang valid, sesuai dengan kenyataan. Jika validitas terkait dengan kegiatan objek yang tidak lain adalah tidak menyimpangnya data dari kenyataan, artinya bahwa data tersebut benar, maka konsep reliabilitas terkait dengan pemotretan berkali-kali. Instrumen yang baik adalah instrumen yang dapat dengan ajeg memberikan data yang sesuai dengan kenyataan.
Ajeg atau tetap tidak selalu harus sama, tetapi mengikuti perubahan secara ajeg. Jika keadaan si A awalnya berada lebih rendah dibandingkan dengan B, maka jika diadakan pengukuran ulang, si A juga berada lebih rendah dari B. Itulah yang dikatakan ajeg atau tetap, yaitu salam dalam kedudukan sisa di antara aggota kelompok yang lain. Tentu saja tidak dituntut semuanya tetap. Besarnya ketetapan itulah menunjukkan tingginya reliabilitas instrumen.
Sehubungan dengan reliaibilitas ini, Scarvia B. Anderson (dalam Arikunto, Suharsimi 2009: 87) menyatakan bahwa persyartan bagi tes, yaitu validitas dan reliabilitas ini penting. Dalam hal ini validitas lebih penting dak reliabilitas ini perlu, karena menyokong terbentuknya validita. Sebuah tes mungkin reliabel tetapi tidak valid, sebaliknya sebuah tes yang valid biasanya reliabel.
A reliable measure in one that provides consistent and stable indication of the characteristic being investigated.
Beberapa hal yang mempengaruhi tes, dapat dikelompokkan menjadi 3 hal:
a. Hal yang berhubungan dengan tes itu sendiri, yaitu panjang tes dan kualitas butir-butir soalnya
Tes yang terdiri dari banyak butir, tentu saja lebih valid dibandingkan dengan tes yang hanya terdiri dari beberapa butir soal. Tinggi rendahnya validitas menunjukkan tinggi rendahnya reliabilitas tes. Dengan demikian, maka semakin panjang tes, maka relibilitasnya semakin tinggi. Dalam menghitung besarnya reliabilitas berhubungan dengan penambaha banyaknya butir soal dalam tes ini ada sebuah rumus yang diberika oleh Sperman dan Brown sehingga terkenal dengan rumus Sperman – Brown.
Rumusnya adalah
Dengan demikian, maka penambahan sebanyak 20 butir soal dari 40 butir eperbesar koefisien reliabilitas sebesar 0,09. Akan tetapi penambahan butir-butir soal tes adakalanya tidak berarti bahka adakalanya merugikan. Hal ini disebabkan karena:
a. Sampai pada suatu batas tertentu, penabahan banyaknya butir soal sudah tidak menambah tinggi reliabilitas tes
b. Penambahan tingginya reliabilitas tes tidak sebanding nilainya dengan waktu, biaya dan teaga yang dikeluarkan utuk itu. Kualitas butir-butir soal ditentukan oleh:
1) Jelas tidaknya rumusan soal
2) Baik-tidaknya pengarahan soal kepada jawaban sehingga tidak menimbulkan salah jawab.
3) Petunjuknya jelas, sehingga mudah dan cepat dikerjakan.
Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Maka pengertian reliabilitas tes berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes, atau seandainya hasilnya berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti.
Reliabilitas berkenaan dengan tingkat keajegan atau ketetapan hasil pengukuran. Suatu instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang memadai, bila instrumen tersebut digunakan mengukur aspek yang diukur beberapa hali hasilnya sama atau relatif sama. Minilai ada metode untuk menguji reliabilitas suatu instrumen, pertama metode Tes – Retes, dan kedua metode Paruh. Dalam metode Tes – Retes pengujian (uji coba) dilakukan dua atau tiga kali terhadap sampel yang sama. Hasilnya dihitung dengan uji korelasimenggunakan rumus Product Moment dari Pearson. Bila korelasi atau r-nya signifikan, maka instrumen tersebut memiliki reliabilitas yang memadai dan bisa digunakan untk pengukuran selanjutanya. Dalam metode Paruh, pengukuran uji coba hanya dilakukan satu kali, skor dari nomor-nomro butir pertanyaan (soal) ganjil dikorelasikan dengan skor tes dari butir-butir soal genap. Penafsirannya sama dengan Tes – Retes.
Tuntutan bahwa instrumen evaluasi harus valid menyangkut harapan diperolehnya data yang valid, sesuai dengan kenyataan. Jika validitas terkait dengan kegiatan objek yang tidak lain adalah tidak menyimpangnya data dari kenyataan, artinya bahwa data tersebut benar, maka konsep reliabilitas terkait dengan pemotretan berkali-kali. Instrumen yang baik adalah instrumen yang dapat dengan ajeg memberikan data yang sesuai dengan kenyataan.
Ajeg atau tetap tidak selalu harus sama, tetapi mengikuti perubahan secara ajeg. Jika keadaan si A awalnya berada lebih rendah dibandingkan dengan B, maka jika diadakan pengukuran ulang, si A juga berada lebih rendah dari B. Itulah yang dikatakan ajeg atau tetap, yaitu salam dalam kedudukan sisa di antara aggota kelompok yang lain. Tentu saja tidak dituntut semuanya tetap. Besarnya ketetapan itulah menunjukkan tingginya reliabilitas instrumen.
Sehubungan dengan reliaibilitas ini, Scarvia B. Anderson (dalam Arikunto, Suharsimi 2009: 87) menyatakan bahwa persyartan bagi tes, yaitu validitas dan reliabilitas ini penting. Dalam hal ini validitas lebih penting dak reliabilitas ini perlu, karena menyokong terbentuknya validita. Sebuah tes mungkin reliabel tetapi tidak valid, sebaliknya sebuah tes yang valid biasanya reliabel.
A reliable measure in one that provides consistent and stable indication of the characteristic being investigated.
Beberapa hal yang mempengaruhi tes, dapat dikelompokkan menjadi 3 hal:
a. Hal yang berhubungan dengan tes itu sendiri, yaitu panjang tes dan kualitas butir-butir soalnya
Tes yang terdiri dari banyak butir, tentu saja lebih valid dibandingkan dengan tes yang hanya terdiri dari beberapa butir soal. Tinggi rendahnya validitas menunjukkan tinggi rendahnya reliabilitas tes. Dengan demikian, maka semakin panjang tes, maka relibilitasnya semakin tinggi. Dalam menghitung besarnya reliabilitas berhubungan dengan penambaha banyaknya butir soal dalam tes ini ada sebuah rumus yang diberika oleh Sperman dan Brown sehingga terkenal dengan rumus Sperman – Brown.
Rumusnya adalah
Dengan demikian, maka penambahan sebanyak 20 butir soal dari 40 butir eperbesar koefisien reliabilitas sebesar 0,09. Akan tetapi penambahan butir-butir soal tes adakalanya tidak berarti bahka adakalanya merugikan. Hal ini disebabkan karena:
a. Sampai pada suatu batas tertentu, penabahan banyaknya butir soal sudah tidak menambah tinggi reliabilitas tes
b. Penambahan tingginya reliabilitas tes tidak sebanding nilainya dengan waktu, biaya dan teaga yang dikeluarkan utuk itu. Kualitas butir-butir soal ditentukan oleh:
1) Jelas tidaknya rumusan soal
2) Baik-tidaknya pengarahan soal kepada jawaban sehingga tidak menimbulkan salah jawab.
3) Petunjuknya jelas, sehingga mudah dan cepat dikerjakan.
Post a Comment for "Reliabilitas dalam Testing Konseling"
Penulis
Pendidikan
1. S1 BK (STKIPMPL)
2. S2 BK (Unnes)