A. Pengertian Gangguan Obsesif-Kompulsif
Obsesi adalah suatu kebiasaan yang aneh dan menuju pada kecemasan tetapi memiliki tujuan ke arah yang baik. Sedangkan obsesif adalah suatu kecemasan yang bersifat irrasional, dan tidak bertujuan. Obsesif kompulsif biasanya disebut OCD, adalah gangguan neurobioiogical yang ditandai dengan obsesi dan doron-gan. Ini terjadi sendiri atau dalam kombinasi dengan satu sama lain. Obsesif ada-lah pikiran irasional atau impuls yang terus-menerus, yang menyebabkan distres bagi siswa. Siswa umumnya mengakui pikiran-pikiran yang irasional tetapi tidak mampu menghentikan pikiran-pikiran, gambar atau impuls tersebut. Obsesi me-nyebabkan kecemasan siswa yang signifikan dan siswa berusaha untuk mengelola dorongan kecemasan ini. Ini adalah cara berpikir dan perilaku bahwa mengurangi kecemasan yang dikarenakan oleh obsesi siswa. Namun, bantuan ini bersifat se-mentara dan siswa diwajibkan untuk dapat mengelola kecemasan yang muncul (Adams & Torchia, 1998; APA, 2000; Chansky, 2000; Maret & Mulle, 1998).
OCD adalah gangguan kronis dengan gejala yang memburuk dari waktu ke waktu jika tidak diobati. Gangguan ini kadang naik dan turun. Selama periode stres, siswa dengan OCD mungkin akan melihat peningkatan yang signifikan da-lam gejalanya. Gejala OCD sama untuk anak-anak, remaja dan dewasa. Namun, tidak seperti orang dewasa dan remaja, anak-anak muda mungkin tidak melihat obsesi mereka sebagai sesuatu yang irasional (Adams & Torchia, 1998).
Kebanyakan siswa terlibat dalam beberapa bentuk kebiasaan. Perilaku ini ti-dak selalu sebagai gejala OCD. Kebiasaan anak biasanya dalam pelayanan mem-bantu anak-anak mendapatkan penguasaan yang lebih besar atas lingkungan me-reka dan mereka akhirnya menyebabkan rasa kompetensi. Tidak ada tekanan ber-lebihan terkait dengan perilaku dan perilaku ini tidak mengganggu fungsi sosial dan akademik (Chansky, 2000; Thomsen, 1998). Gejala-gejala OCD menyebabkan penderitaan kepada siswa, yang memakan waktu, dan mungkin mengganggu fungsi sosial, emosional dan akademik. Berikut ini adalah contoh siswa dengan OCD.
1. Mari, usia 13 tahun, merasakan sekolah semakin sulit dan menjadi malas untuk hadir. Selama dua tahun terakhir dia semakin terganggu oleh gambar-gambar seksual yang dia temukan dan kekhawatiran bahwa dia gila. Dia membacakan doa untuk hal yang berurusan dengan gambar-gambar yang menyebabkan ke-cemasan. Hal ini menjadi sulit bagi Mari untuk memperhatikan tugas sekolahnya. Dia sering disibukkan oleh kebutuhan untuk berdoa. Selain itu, kedekatannya dengan laki-laki di kelasnya tampaknya memicu gambar-gambar seksual. Nilai-nilainya yang menurun dan kehadiran di sekolah yang tidak me-nentu. Dia tidak lagi suka menghabiskan waktu bersama teman-temannya, ma-rah di rumah dan merasa lebih putus asa.
2. Sammy, usia 10 tahun, kelas empat. Dia khawatir tentang kuman dan takut jika jatuh sakit. Dia sangat khawatir terkena AIDS. Dia berhati-hati tidak menyen-tuh apapun yang dia anggap kotor, seperti pegangan pintu, kran, sampah dan toilet. Dia juga tidak ingin menyentuh hal-hal yang siswa lain pegang. Dia ser-ing terlambat ke sekolah, karena dia harus mencuci tangannya berkali-kali di pagi hari. Selama hari sekolah dia berulang kali meminta pergi ke kamar mandi untuk mencuci tangan setelah menyentuh benda yang dipegang oleh siswa lain.
B. Jenis Obsesif Kompulsif
Obsesif dapat terjadi dalam berbagai bentuk. Ini sangat mengganggu, irasional dan menyedihkan dari pikiran-pikiran, gambar atau impuls yang menan-dai mereka sebagai obsesi (APA, 2000). Obsesi sering dilaporkan untuk anak-anak, termasuk takut terkontaminasi (khawatir tentang kuman, sakit, mati), takut melukai diri sendiri atau orang lain, gambar pornografi atau pikiran perilaku sek-sual yang tidak pantas, takut dosa, kebutuhan untuk simetris atau kebutuhan untuk memiliki objek diatur di tertentu cara, meragukan (apakah aku benar-benar men-gunci pintu?) atau kebutuhan untuk mengulang tindakan beberapa kali (Chansky, 2000; Thomsen, 1998; Waltz, 2000). Takut kotoran dan kuman adalah obsesi yang paling umum dialami oleh siswa dan dilaporkan oleh sekitar 40% dari siswa dengan OCD (Thomsen, 1998).
Isi merupakan bagian dari Makalah Konseling untuk Konseli Terbelakang Mental dan Kesulitan Belajar mata kuliah Wawasan BK yang diampu Dr. Imam Tadjri, M.Pd. Makalah ini ditulis oleh Mahasiswa Pascasarjana Prodi Bimbingan dan Konseling UNNES atas nama Novi Andriati dan Tri Megasari
Versi Lengkap tersedia di Base... silahkan request melalui kolom komentar jika ingin mendapatkan makalah lengkap. Jangan lupa klik iklan gan. biar ane nambah semangat update. Terima kasih
Ass
ReplyDeletetolong kirim dong ke email saya di chefalya@gmail.com
trims
sudah dikirim, semoga bermanfaat
Delete