Keluarga dengan orang tua sebagai kunci utama dalam memainkan peranan penting dalam membentuk kepribadian anak, peranan tersebut dapat dilihat dari berbagai aliran/teori psikologi sebagai berikut :
a. Teori psikologi asosiasi
Psikologi asosiasi atau disebut juga dengan teori empirisme atau teori tabula rasa menunjuk betapa pentingnya peranan orang tua dalam membentuk kekepribadianan anak, menurut teori ini, anak diibaratkan selembar kertas putih, yang kemudian sedikit demi sedikit terisi oleh pengalaman.
Menurut John Locke, ada dua macam pengalaman, yaitu “pengalaman luar dan pengalaman dalam. Pengalaman luar diperleh melalui pengalaman panca indra yang menimbulkan sensation, sedangkan pengalaman dalam yaitu pengalaman mengenai keadaan dan kegiatan batin sendiri yang dicapai dengan internal sense” (Sumadi Suryabrata, 1984: 73).
Kedua macam kesan yaitu reflextions dan sensations merupakan pengertian sederhana dengan asosiasi membentuk pengertian yang lebih bersusun (Complex ideas). Bahkan menurut aliran Behaviorisme, koneksionisme dan pavlosionisme (sebagai variasi dari aliran asosiasi) beranggapan bahwa “tingkah laku manusia itu tersusun atas kebiasaan-kebiasaan sebagai unsur-unsurnya yang sederhana, apa yang terbentuk dalam perkembangan dan belajarnya individu adalah kebiasaan-kebiasaan itu dan dari kebiasaan itulah tersusun tingkah laku yang kompleks” (Sumadi Suryabrata, 1984: 73)
Sejak anak lahir di dunia yang diindra pertama kali adalah keluarga (orang tua), berangsur-angsur tumbuh dan berkembang menjadi anak dan kemudian remaja sebagian waktunya berada dalam lingkungan keluarga, maka pengalaman luar atau pengalaman pancaindra yang paling banyak adalah didapat dari lingkungan keluarga, segala sesuatu yang ada di sekitar kehidupan anak termasuk ucapan, sikap dan tingkah laku anggota keluarga menjadi isi pengalaman pancaindra ini, yang kelak akan memberi bentuk pada tingkah laku yang lebih kompleks.
Dilihat dari alirang psikologi asosiasi, peranan keluarga dalam membentuk kepribadian anak adalah penting sekali, peranan itu antara lain sebagai model yang ditiru anak dan sekaligus sebagai pembentuk kebiasaan yang akan mejadi bagian dari kekepribadianan anak.
b. Teori Gestalt
Menurut aliran ini, inti dari perkembangan anak adalah proses diferensiasi, pengenalan anak terhadap dunia luar merupakan proses diferensiasi; mula-mula anak mengamati dunia luar dengan samar-samar, kemudian objek itu mulai jelas bentuknya dan lebih jauh anak bisa membedakan masing-masing benda itu, demikian pula dalam perkembangan fungsi motorik, mula-mula gerakan yang dilakukan anak kecil tidak menentu (asal bergerak), kemudian ada gerak spontan dan gerak-gerak yang bersifat reaktif, yang dalam perkembangannya ada gerak yang reaktif-positif (meraih, menghampiri, menggenggam) dan gerak reaktif-negatif (mengelak, menghindari). (Sumadi Suryabrata, 1984 : 75).
Khususnya perkembangan motorik, dalam proses diferensiasi ini peranan keluarga (orang tua) sangat penting, terutama adalah pemberi bentuk gerakan anak yang benar (sesuai dengan kebiasaan atau norma yang berlaku), misalnya makan, fungsi orang tua adalah member bentuk bagaimana agar anak makan dengan tangan kanan tidak dengan tangan kiri, memegang sendok dengan benar, berjalan dengan benar, member respon kebaikan orang dengan benar (missal : ucapan terima kasih setelah diberi atau ditolong orang ) dan sebagainya, sehingga anak tersebut bisa berkembang di lingkungan masyarakat dengan normal.
Satu hal yang perlu diketahui oleh orang tua dalam hubungannya dengan teori gestalt ini adalah hendaknya orang tua selalu bersikap jujur dan terbuka kepada anak, sebab pada akhirnya yang semula samar-samar dalam pengamatan anak akhirnya akan jelas (diketahui) juga, oleh sebab itu tidak ada artinya orang tua bermain pura-pura di depan anaknya.
c. Teori Psikologi Medan
Aliran ini merupakan variasi dari aliaran Gestalt yang dipelopori oleh Kurt Lewin, menurut teori ini;
Manusia digambarkan dengan terdiri dari lapisan-lapisan (strata), dimana lapisan-lapisan itu semakin lama semakin bertambah jumlahnya, makin bertambah seseorang, maka lapisan-lapisan itu semakin bertambah dan terbentuk, isi batin digambarkan sebagai berlapis-lapis. Lapisan yang paling luar adalah lapisan yang paling mudah berhubungan dengan dunia luar, artinya paling mudah dipengaruhi oleh dunia luar, dan paling mudah dinyatakan keluar. Lapisan yang paling dalam adalah lapisan yang bersifat pribadi, mungkin hal yang dipandang paling rahasia, hal yang tidak dinyatakan kepada setiap orang, melainkan hanya akan dinyatakan kepada seseorang (orang tertentu), juga dalam hal ini merupakan hal yang paling dipertahankan dan paling sukar dipengaruhi. (Sumadi Suryabrata, 1984:76).
Dilihat dari segi Teori Psikologi Medan, fungsi orang tua sebagai pemberi warna pengaruh lapisan yang paling luar, baik atau buruknya warna lapisan yang paling luar dipengaruhi oleh pemberi warna/bentuk. Jika lapisan yang paling luar itu mendapat pengaruh jelek, maka warna/bentuk lapisan akan menjadi jelek. Sebaliknya jika lapisan paling luar mendapat pengaruh baik, maka warna/bentuk lapisan akan baik. Contohnya anak yang dalam lingkungan keluarganya biasa dilatih oleh orang tuanya dengan tutur kata yang sopan, maka pengaruh latihan ini akan memberi warna pada tutur kata anak dalam kehidupan anak sehari-hari.
Oleh sebab itu orang tua harus aktif memberi pengaruh yang baik terhadap lapisan yang paling luar, apabila tidak, maka orang lain akan member bentuknya, dimana bentuk tersebut belum tentu baik. Oleh sebab itu tidak mengherankan jika anak yang orang tuanya selalu sibuk di luar, sementara anak lebih banyak berinteraksi dengan pembantu rumahtangganya atau temannya, maka kemudian ucapan atau tindakan pembantu/teman yang lebih nampak member warna bagi anak tersebut.
Sumber : Sumadi,
Suryabrata. 1984. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta : Rake Press
Post a Comment for "Peran Keluarga dalam Membentuk Kepribadian Anak"
Penulis
Pendidikan
1. S1 BK (STKIPMPL)
2. S2 BK (Unnes)