Teori Konseling [Donald H. Blocher]

Teori tugas perkembangan individu atau suatu sudut pandang yang mana menjadi dasar dari praktek profesional masih  jauh dari kata mudah. Sebagaimana telah kita lihat, hal itu dimulai dengan kesadaran diri tajam dan kerja menyeluruh melalui isu-isu filosofis dan pertanyaan nilai yang mendasari pemilihan tujuan  dan metode profesional.
Selain sumber-sumber teori introspektif, bagaimanapun juga, konselor dihadapkan dengan sebuah perang yang luas, atau mungkin lebih tepatnya, sebuah kekacauan yang kadang-kadang bertentangan, sering tumpang tindih, dan selalu bersaing dengan teori kepribadian, perubahan perilaku, dan intervensi psikologis. Di satu sisi banyak dari teori ini membentuk apa yang hampir bisa dilihat sebagai semacam cerita rakyat atau mitologi dari ilmu perilaku modern yang saat ini muncul. Salah satu fakta malang yang harus dihadapi oleh konselor adalah bahwa teori psikologis kita sejauh ini gagal untuk menghasilkan satu tubuh yang terpadu dan terorganisir dengan baik dari pengetahuan tentang perilaku manusia yang menjadi dasar prakteknya konselor profsional.
Teori psikologi cenderung bertambah banyak dan dipadukan oleh pertambahan bukti empiris. Penganut pendekatan tertentu cenderung yang bersaing bukan untuk mencari area umum penyelidikan dan menyepakati aturan-aturan sesuai bukti yang akan digunakan untuk mengurangi perbedaan teoritis. Ketika dialog antara kelompok-kelompok yang bersaing telah terjadi, mereka sering ditandai dengan kurangnya kebijaksaan dengan tidak memihak diskusi yang memajukan pengetahuan.
Di sini dilakukan usaha untuk membangun tiga model praktik konseling, yang masing-masing didasarkan atas landasan teoritis tertentu yang menekankan pendekatan khusus untuk pengembangan kepribadian manusia dan mengubah perilaku. Model ini sebagai pendekatan yang menekankan seting tertentu dari "sumber keuntungan." Dengan kata lain, masing-masing model intervensi konseling yang dibangun di sekitar sebuah pendekatan yang ditujukan untuk memaksimalkan serangkaian faktor psikologi atau efek yang mendasari teori sebagai pemegang peranan penting untuk mengubah konstruktif dan pertumbuhan klien. Kami istilahkan hal-hal tersebut sebagai faktor sumber keuntungan dalam upaya konseling.
A.       MODEL HUBUNGAN
Konseling Model hubungan merupakan suatu pendekatan yang dikembangkan dari sebagian besar karya Carl Rogers. Pada awalnya ini disebut dengan teori yang berpusat pada klien, tapi teori pendekatan ini telah dikembangkan di sekitar karya sejumlah psikolog sehingga teori pendekatan ini cenderung bergabung dengan beberapa aspek dari psikologi eksistensial yang kadang-kadang disebut sebagai "Kekuatan Ketiga" dalam  psikologi. Mungkin saat ini istilah yang paling tepat digunakan dalam mengacu pada dasar teoritis yang mendasari model hubungan adalah "Psikologi Humanistik." Dampak dari pertumbuhan  pendekatan ini cukup signifikan untuk dipertimbangkan sebagai rekan ketiga untuk psikoanalisis dan behaviorisme sebagai kekuatan utama dalam pengembangan psikologi Amerika.
Psikologi humanistik pada dasarnya telah dikembangkan kurang lebih dari penggabungan tiga unsur utama. Yang pertama dari unsur ini tumbuh dari psikologi persepsi yang kadang-kadang disebut teori medan persepsi. Singkatnya, pendekatan ini berpendapat bahwa semua perilaku adalah fungsi dari persepsi individu saat ini berperilaku. Dengan kata lain, orang berperilaku sesuai dengan bagaimana hal-hal yang tampak pada  mereka. Aspek lingkungan sekitar mereka, dimana terdapat individu bereaksi disebut lapangan persepsinya. Bidang ini merupakan realitas persepsi kepada individu dan selalu diselenggarakan yang berkenaan dengan konsep individu tentang dirinya sendiri. Pendekatan ini fenomenologis artinya pendekatan ini menafsirkan bahwa setiap individu menjadi pusat dari pribadi mereka sendiri dan sebagian besar dunia pribadinya tentang realitas, bukan sebagai operasi dalam sebuah masyarakat yang ditetapkan realitas yang  objektif.
Psikologi Persepsi
Sebagai pengubah persepsi, dan juga perilaku. Ketika orang melihat berbeda, mereka berperilaku berbeda. Dimana persepsi tidak jelas, perilaku bingung. Dimana persepsi yang jelas, perilaku dan tujuan-tujuan diarahkan dalam hal kebutuhan individu berpengalaman. Perilaku adalah fungsi dari persepsi individu, konseling intervensi harus ditujukan untuk membantu seorang individu untuk memahami diri dan lingkungan dengan lebih jelas. Untuk berperilaku efektif, seseorang harus melihat dunia sebagai akurat dan dengan sebagai distorsi sesedikit mungkin. Persepsi bagaimanapun adalah fungsi dari beberapa variabel. Hal ini berkaitan dengan (a) kesehatan pribadi (b) nilai dan tujuan, dan (c) konsep diri.
Persepsi ini dipengaruhi oleh ancaman serius. Orang cenderung melihat apa yang pantas untuk orang dengan konsep diri mereka untuk melihat. Konsep diri sendiri atau struktur adalah kekuatan inti yang mengorganisasikan faktor-faktor yang membentuk presepsi individu. Ketika konsep diri seseorang terancam, bidangnya persepsi akan menyempit dan terdistorsi. Dia hanya menanggapi ancaman aspek produksi dari bidangnya. Ketika terancam, Dia berusaha untuk membela keberadaan dirinya dan akibatnya persepsinya hanya pola yang ada.
Jika konseling adalah hasil dari persepsi yang berubah, maka harus mengurangi ancaman dan menghapus hambatan utama untuk persepsi yang lebih jelas dan perilaku lebih efektif. Dalam hal ini Hubungan konseling harus mengganti  kondisi yang mengurangi ancaman.


Asumsi- Asumsi Model Hubungan
Dalam formulasi awal Rogers terpusat pada klien terapi tercantum sejumlah asumsi penting yang mendasari prakteknya. Sejumlah kunci proposisi ini masih berorientasi pada hubungan dasar pendekatan konseling seperti berikut :
  1. Individu berada pada dunia pengalaman yang berubah secara berkelanjutan yang mana dirinya menjadi pusat dari perubahan itu. Dunia pengalaman yang dimaksudkan adalah medan fenomenologis individu, dunia kehidupan nyata pribadi. Seseorang akan bebas menghampiri dunia pengalaman orang lain, tetapi tidak akan pernah bisa memasuki dunia fenomenologis orang lain secara utuh.
  2. Individu bereaksi dengan dunia pribadinya sebagaimana dia  mengalaminya. Apa pun yang dia presepsikan adalah kenyataan bagi dirinya, dan dia berperilaku sebagaimana kenyataan itu dia persepsikan.
  3. Individu bereaksi terhadap medan preseptualnya sebagai keseluruhan yang terorganisi, tidak hanya pada tataran intelektual atau emosional semata-mata, melainkan sebagai organism manusia secara utuh.
  4. Setiap manusia ,di dalam dirinya,memiliki kecenderungan dasar atau kebutuhan untuk mencapai sesuatu. Dia secara konstan berjuang untuk meningkatkan dan memelihara diri. Kecenderungan ini adalah kekuatan dalam diri individu untuk tumbuh, yang akan mengarahkan proses perkembangan yan dikehendaki dirinya dan masyarakat. Kecenderungan Perkembangan ini hanya tumbuh dengan efektif apabila individu dapat mempresepsikan pilihan secara jelas. Dia harus tahu pilihan secara jelas; apabila mengetahui hal itu, dia aan selalu memilih untuk tumbuh.
  5. Perilaku individu bersifat terarah-tujuan untuk memuaskan kebutuhan dirinya sebagai sesuatu yang teralami didalam medan kehidupan yang dipresepsikannya. Semua perilaku rasional dan terarah-tujuan apabila dilihat dari dalam diri medan preseptual pelaku.
  6. Emosi menyertai dan secara umum memfasilitasi perilaku terarah-tujuan.Intensitas emosi dikaitkan dengan tingkat peristiwa yang dipresepsika signifikan atau bketerlibatan ego di dalam perilaku itu. Emosi bukanlah penghalang ,melainkan memfailitasi individu untuk berkembang.
Dari proposisi dasar ini Carl Rogers dan murid-muridnya mengembangkan pendekatan yang sangat berpengaruh terhadap konseling dan psikoterapi yang disebut dengan terapi yang berpusat pada klien. Yang dalam beberapa tahun ini telah mempengaruhi aliran lain untuk menggabungkan diri dalam pendekatan yang berpusat pada klien. Aliran ini, disebut psikologi eksistensial.
Psikologi Eksistensial
Psikologi eksistensial dianggap telah memberikan kontribusi terhadap aliran yang lebih luas dari pengaruh yang menurut istilah psikologi humanistik kita menawarkan sejumlah konsep yang sejajar tapi benar-benar berbeda dari orang-orang yang keluar dari pendekatan yang berpusat pada klien yang merupakan pendahulu dari psikologi humanistik. Yang utama diantaranya adalah sentralitas mengalami langsung sebagai acuan dasar dalam psikologi.
Sebagai posisi filosofis, yang meletakkan eksistensialisme sebagai pendahulu dari esensi manusia . Artinya, aspek terpenting bagi manusia adalah keberadaannya disana (dunia Eksistensial), yang dilihat secara terpisah dari hubungan manusia di antara mereka memiliki makna sedikit kepadanya. Arti berasal dari konteks mengalami langsung, tidak hanya dari beberapa realitas objektif. Dasar ini, tak terhindarkan "existing" (adanya) manusia adalah fokus utama dari arti sebenarnya yang dapat dibentuk. Keberadaan adalah dasar yang diberikan. Hal ini tidak diciptakan oleh manusia, juga tidak bisa sepenuhnya sistem logis berpikirnya menganalisa. Menurut eksistensialisme manusia ada yang menyebabkan manusia berspekulasi, merenung, dan menganalisa tentang keberadaan itu.
Penekanan pada pengalaman langsung atau keberadaan cenderung untuk mengaburkan dikotomi antara pengamat dan yang diamati, subjek dan objek, batin dan dunia luar. Manusia dipandang sebagai  bagian dari setiap objek fenomena yang dia temui. Dalam pengertian ini individu benar-benar menciptakan pengalamanya dan tidak dapat dipisahkan dari pengalamanya tersebut. Mencoba untuk memilah dan memisahkan manusia dari, "being-in-the-world," (keberadaanya didunia) karakter pengalaman hidupnya hanya menghilangkan kebermaknanya, mengasingkan dirinya dari teman-temannya, dan meningkatkan kesepian dan tak berdaya dasarnya.Dari pandangan manusia dan dilema pentingnya datang suatu pendekatan konseling yang menempatkan penekanan utamanya pada membantu klien membangun kembali kesatuan dan keutuhan pengalamanya dan sehingga memungkinkan mereka untuk menemukan makna keberadaan dirinya. Didalam pandangan ini, secara inheren, menekankan adanya kebebasan dan tanggung jawab manusia untuk memilih, mencari, dan menemukan makna dirinya sendiri.
Dalam proses konseling, tujuan konseling adalah membantu konseli mengalami pengalaman menantang bersama konselor untuk menentukan pilihan atas cara dan tanggungjawab sendiri dan memperluas hubungan dengan pengalamannya sendiri. Untuk konselor penekanannya pada yang otentik dalam pertemuan ini, dan dapat merespon klien dengan cara yang sangat tegas bahwa akan mengkomunikasikan pemahaman, dan hormat, klien mengalami sendiri. Pada saat yang sama, konselor berkomunikasi dengan cara yang terbuka dan jujur mengalami tentang klien dan hubungan mereka. 
Banyak persamaan antara pendekatan Rogerian dan aliran psikologi eksistensial yang tampak jelas. Pandangan teoritis dari fungsi persepsi manusia dan pandangan filosofis dari perannya didunia menemukan sebuah penggabungan yang paling cocok. Dari penggabungan yang akan datang, bagaimanapun, komponen empiris ketiga-lah yang telah memberikan dorongan penting untuk psikologi humanistik. Komponen empiris telah muncul dari lima belas tahun penelitian pada sifat dan fasilitatif hubungan terapeutik.
Kondisi Hubungan
Pada awal perkembangan, konseling perkembangan terfokus pada klien, Carl Rogers menyatakan pentingnya hubungan konseling dan melangkah lebih jauh dengan istilah itu "the necessary and sufficient condition" (kondisi perlu dan cukup) untuk perubahan terapeutik. Gerakan eksistensial menekankan pada pentingnya pertemuan antara konselor dan klien serta pentingnya melampaui yang terlebih dahulu dari dasar otentik yang jelas menegaskan pentingnya hubungan variabel dalam proses konseling.
Sebuah proses program konseling dan hasil penelitiannya telah muncul dari sudut pandang yang memiliki dampak peningkatan pada pendidikan konseling. Secara singkat, Rogers dan murid-muridnya mengatakan bahwa kemajuan dalam gerakan klien atau konseling pada dasarnya tergantung pada tingkat klien yang mengalami kondisi dasar tertentu dalam hubungan dengan konseling. Tugas konselor adalah untuk memberikan tingkat optimal dari kondisi pertumbuhan  ini, yang terjadi jika:
  1. Konselor atau terapis menampilkan diri secara kongruen atau genuine dalam berhubungan dengan klien.
  2. Pengalaman konselor menampilkan sikap menghargai konseli secara positif tanpa syarat dan menunjukkan kehangatan dalam menerima konseli.
  3. Konselor menunjukkan cara bertindak yang akurat, pemahaman empatik terhadap kerangka rujukan dan pengalaman internal konseli.
Tingginya tingkat dari tiga kondisi yang dialami oleh klien ini, apabila ia rentan dan cemas maka akan mengakibatkan hasil klien yang positif. Sebuah teori yang sangat komprehensif dari penelitian konseling yang dilakukan di berbagai pengaturan dengan berbagai populasi yang telah muncul dari teori dasar. Penelitian ini bukanlah tanpa masalah metodologis, tetapi telah pasti mempengaruhi dalam penerapannya. Dalam pandangan konseling salah satu pengaruh utama telah menjadi revisi yang disebut awal "non direktif ". Dalam awal formulasi konselor dipandang sebagai pengambilan sikap yang tidak terlalu pasif, netral, dan permisif di mana tanggapan pembuka hanya menerima tanggapan atau paling banyak refleksi atau penyajian kembali tanggapan klien. Seperti penelitian tentang kondisi fasilitatif yang telah berkembang, penekanannya lebih banyak ditempatkan pada kongruensi atau kejujuran dan keaslian konselor. Kurang penekanan ditempatkan pada teknik yang spesifik dan komunikasi terlebih pada sikap menerima dan menghormati klien serta menanggapi secara empati pengalamannya.
Truax dan Carkhuff menyajikan kasus bahwa sebagian besar perubahan ditemukan dalam konseling yang sukses dan terapi psikologi yang dapat dipertanggungjawabkan dalam hal kondisi hubungan yang ditawarkan. Penelitian ini masih berlangsung dan perbaikan yang cukup besar dalam sistem instrumentasi dan metodologi diperlukan sebelum kesimpulan terakhir yang dapat dinilai sepenuhnya.
B.        IMPLIKASI KONSELING DARI MODEL HUBUNGAN
Model hubungan dilihat dari sumber yang paling penting yaitu keuntungan yang tersedia bagi konselor dalam membantu klien supaya berada dalam hubungan itu sendiri.  Konselor berusaha untuk berkomunikasi dengan klien-nya yaitu dengan cara sikap peduli, menghormati, dan menerima. Konselor  mencoba berkomunikasi dan memahami tentang dunia pribadi klien secara mendalam dengan sikap yang empatik. Konselor berusaha untuk menyadari pengalamannya dan untuk berbagi penglamannya diperlukan dengan cara yang terbuka dan kongruen. Dia menghindari menanggapi secara buatan, palsu, atau bergaya kepada kliennya.
Jika konselor berhasil dalam menawarkan kondisi fasilitatif selama periode tertetu, maka klien secara bertahap menjadi mampu mengeksplorasi. Untuk menguasai perasaan sendiri, berkonsentrasi pada aspek konkret dan berbagi pengalamannya, membedakan antara perasaannya terhadap orang lain dan dirinya sendiri, dan menjadi lebih sadar dengan aspek pengalamannya bahwa ia telah ditolak atau terdistorsi. Dari proses tatanan dirinya menjadi direorganisasi untuk memasukkan pengalaman baru yang sebelumnya ditolak, dan ia semakin cenderung untuk melihat dirinya sendiri dalam cara yang lebih positif, dan untuk percaya dan bertindak atas perasaan sendiri berdasarkan batin dan dorongan.
Model hubungan adalah mencari aplikasi yang lebih besar di luar bidang konseling profesional. Hal ini secara luas diterapkan pada pendidikan umum, membesarkan anak, dan kepemimpinan kelompok. Salah satu potensi yang paling penting terletak pada kenyataan yang relatif singkat dan  prosedur pelatihan secara sederhana menawarkan janji dalam meningkatkan hubungan dengan banyak orang di berbagai pengaturan.
Pelatihan individu akan menciptakan hubungan yang positif pada diri mereka, peningkatan hubungan di rumah, sekolah, pabrik, dan masyarakat sehingga dapat berkontribusi lebih banyak untuk pembangunan pada diri manusia daripada total jumlah yang realistis dari pelayanan konseling yang profesional.
C.        MODEL KOGNITIF
Sejak Breuer dan Freud yang pertama kali berevolusi "talking cure" di Wina lebih dari tiga perempat abad yang lalu, salah satu sumber utama keuntungan di hampir semua jenis konseling dan psikoterapi telah bantuan kepada klien dalam mengembangkan baru ide dan konsep atau dengan kata lain "wawasan" tentang dirinya dan situasinya. Salah satu cara melihat kepribadian manusia adalah bahwa setiap individu memiliki cerita tentang dirinya, hidupnya, dan hubungan-Nya yang memberikan semacam fokus sentral sekitar mana ia pengalaman dan menafsirkan peristiwa. Banyak kegiatan kognitif nya ditujukan untuk mampu menafsirkan dunia dalam cara-cara yang bermakna dan konsisten cukup untuk memberinya kenyamanan yang layak dan kebebasan dari kecemasan. Cerita pusat yang berfungsi sebagai jangkar untuk memberikan stabilitas di dunia membingungkan dan sering mengancam sebagian besar diberikan kepada individu dalam masa kanak-kanak, terutama oleh kerabat dekatnya. Cerita cenderung diuraikan dan dipelihara sepanjang hidup karena teman-teman terdekat seseorang cenderung menjadi orang-orang yang percaya cerita nya,
Pada saat cerita individu tertentu yang memiliki non-fungsional, yang, menghasilkan prediksi sementara, menyebabkan salah tafsir peristiwa, atau menyebabkan tanggapan terlalu menyakitkan dan gelisah terhadap situasi dan kejadian. Salah satu cerita dapat menyebabkan dia untuk fokus pada insiden kecil dan memperindah mereka ke dalam tema-tema utama dari penolakan, permusuhan agresi, atau menghina oleh orang lain. Demikian pula, cerita seseorang mungkin membuat dia menghambat respon secara  tegas atau pelindung terhadap situasi dan hubungan. Dilihat dengan cara ini, kepribadian atau set kolektif cerita tentang kehidupan seseorang mungkin kadang yang memenjarakan dan mengkonstriksi perkembangan.
Psikoanalisa
Beberapa teori  dasar kepribadian telah membuat kontribusi besar dalam teori model kognitif. Yang paling awal adalah psikoanalisis. Freud melihat kepribadian manusia  melibatkan tiga subsistem utama. Id itu dipandang sebagai sistem yang asli dan terdiri dari segalanya, total genetik atau warisan biologis dan diperoleh  saat lahir.  Id tersebut merupakan pengalaman dunia batin subjektif dan tidak memiliki pengetahuan tentang realitas objektif.  Ini adalah kemampuan kepribadian dan sebagai tujuan utama mengurangi ketegangan, yaitu, kembali kepada keadaan seimbang.
Superego adalah sistem yang mencerminkan sanksi moral masyarakat. Dalam pandangan Freud superego merupakan irrasional dari id. Hal  ini mengoperasikan pada prinsip moral, perilaku yang riealistis baik atau buruk tanpa kualifikasi berdasarkan motivasi atau keadaan. Superego cenderung menolak sepenuhnya dorongan itu dari id yang dapat berjalan bertentangan dengan konsep sosial diinternalisasi benar dan salah.
Sistem ketiga ego adalah subsistem kepribadian yang rasional, yang menjadi pengendali antara tuntutan id yang instinktif, bersifat mendesak, dan tanpa mempertimbangkan lingkungan dengan dorongan, sanksi moral, dan keabsolutan tuntutan super ego. Namun karena hanya merupakan bagian terorganisir dari id yang tidak memiliki, ego harus selalu berusaha untuk memenuhi tuntutan id, tapi dengan menghindari kecemasan yang muncul dari ancaman yang dihasilkan oleh superego.
Konflik adalah situasi  tak terelakkan dalam “troika" sistem belajar manusia untuk berurusan dengan konflik yang tak terhindarkan dan kecemasan konsekuensi dengan mempelajari berbagai pertahanan yang dapat memodifikasi konflik dan mengurangi kecemasan. Sebagian besar contoh, mungkin dapat ditekan, atau impuls bermusuhan dapat diproyeksikan ke lain atau berubah menjadi motif utamanya yaitu tampak baik dan positif.skognitif atau represi. Sistem rasional-ego kognitif selalu dipaksa untuk distrort, menekan, menyangkal.Atau menipu. Tujuan dari konseling atau terapi adalah untuk membantu ego berpikir lebih jernih dan atau memadai, melalui menafsirkan, perlahan-lahan, hati-hati, dan lembut. Freud melihat kondisi manusia, seperti apa yang kita lihat, yang agak pesimis. Konflik dan kecemasan yang tak terelakkan, dengan ego seorang manajer rapuh dan tergantung dari permintaan dapat didamaikan dan pulsaim. teori lain yang diikuti dalam teori psikoanalisis adalah kurang pesimis dari Freud dan mulai fokus pada kekuatan yang melekat dan kapasitas fungsi ego. Mereka melihat orang yang terorganisir memiliki fungsi-fungsi kognitif indah yang berpotensi setidaknya mampu memecahkan masalah-masalah pribadi dan masyarakat.
Psikologi Ego
Alfred Adler memperbaiki teori psikoanalitik klasik yaitu mencari akar perkembangan dan konflik personal di lingkup social daripada proses psikologinya, dia berpendapat bahwa manusia pada dasarnya adalah makhluk social dan motivasi utamanya berdasarkan interaksi sosial. Adler melihat motivasi utama manusia adalah untuk mengusahakan superioritas atau kesempurnaan. Dia percaya bahwa usaha untuk mencapai kesempurnaan itu  diaplikasikan dalam setiap kehidupan manusia, tapi memiliki bentuk dan pola yang berbeda-beda dalam tiap kehidupan individu. Cara dasar untuk mengusahakan superioritas di ubah dalam suatu bentuk tingkah laku yang disebut Adler dengan gaya hidup individualitas. Gaya hidup adalah sebuah konstruksi global yang digunakan untuk memahami dan menjelaskan tingkah laku manusia. Setiap orang memiliki gaya hidupnya masing-masing yang unik. Adler pada dasarnya optimis dan mendukung manusia serta keadaannya. Dia melihat manusia sebagai bentuk umum dari keterlibatan social dan bertanggung jawab secara social terhadap potensi kerjasama ( hubungan sosial ) dalam penyelesaian masalah dan suatu hubungan. Tingkah laku manusia dipandang sebagai sesuatu yang rasional  dan dapat dimengerti dalam suatu kerangka gaya hidupnya yang unik. Seseorang bisa mengusahakan kesempurnaan dan superioritas melalui keahlian atletik, daya tarik lawan jenis, pencapaian akademik lain. Semua perjuangan ini dapat disalurkan kedalam kepuasan personal dan juga produktivitas sosial. Ketika tingkah laku seseorang merugikan dirinya sendiri maupun orang lain hal ini disebabkan karena ketidak sempurnaan pemahaman diri sendiri maupun lingkungannya,ini terjadi karena dorongan buruk yang masuk ke dalam dirinya.
Karen Horny mengembangkan pendekatan psikososial lain yang membentuk kepribadian berdasarkan psikoanalisis. Horny mencari pemahaman tingkah laku dalam konstruksi harapan yang membentuk hubungan sosial. Dia mengambil contoh dengan melihat perkembangan anak yang terasingkan dan ketidak berdayaan dalam sebuah dunia yang tidak bersahabat dan kacau. Anak-anak masih kecil dan relatif tidak berdaya dalam dunia yang kompetitif, orang dewasa yang mendominasi dan memiliki kemampuan untuk mengalahkan. Untuk menghadapi perasaan yang muncul dalam perjuangan yang tidak adil ini anak-anak harus mengembangkan beberapa strategi, dia mungkin bisa bergerak maju dan patuh, saling percaya dan saling menyayangi serta mendukung satu dengan yang lain. Di sisi lain dia bisa saja bergerak menjauh dan menjadi mandiri, mengasingkan diri dan bersifat individual. Pada akhirnya, dia bisa bergerak melawan masyarakat dan menjadi tidak bersahabat, agresif dan menguasai. Semua strategi  digunakan bahkan cara yang kaku dan salah dalam menguasai dan merusak dengan cara-cara irasional (neurotik). Perbedaan diantara neurotic dan tingkah laku efektif adalah perbedaan dalam mengendalikan dan keleluasaan yang diterapkan dalam situasi tertentu. Ketika seseorang sadar terhadap strategi yang mungkin dilakukan dan bisa menganalisa situasi dengan tepat (dengan kata lain tanggap) dia bisa berperilaku secara efektif. Orang-orang yang tidak efektif secara tidak sadar akan menuju pada kekacauan yang relatif tidak peduli pada tingkah lakunya sekarang, memiliki beberapa pilihan dan memilih ulang strategi untuk kegunaan yang berlebihan dan tidak tepat.
Erich Fromm adalah orang yang mengemukakan teori neoanalitik yang focus terhadap interaksi sosial sebagai komposisi utama dalam pengembangan kepribadian. Dia mendasarkan pendekatannya melalui studi terhadap kebutuhan dasar manusia secara social. Kebutuhan ini membendung eksistensi pria dan wanita sebagai makhluk sosial yaitu kebutuhan untuk berhubungan, kebutuhan untuk berkreativitas, kebutuhan untuk memiliki, kebutuhan untuk identitas, kebutuhan untuk berpikir dan berpendapat. Ketika orang-orang tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar masyarakat mereka menjadi terasing dan individual. Jika mereka ditolak keberadaannya atau tidak memiliki hubungan yang baik maka mereka akan saling membenci. Solusinya adalah dengan memahami cara memenuhi kebutuhan mereka di dalam suatu aturan dan kesempatan yang diberikan masyarakat. Ini sama halnya memberikan kesempatan mereka untuk tumbuh dan membantu mereka untuk memenuhi kebutuhannya dengan cara yang positif dan konstruktif.
Harry  Stack Sullivan adalah pengemuka teori kepribadian lain yang membawa pandangan psikososial lebih jauh. Dia melihat kepribadian pada dasarnya adalah seperangkat strategi interpersonal yang digunakan individu untuk berinteraksi dengan yang lain. Perkembangan kepribadian adalah suatu proses untuk belajar memenuhi kebutuhan dan mengurangi ketegangan didalam suatu jaringan dari hubungan interpersonal yang signifikan.
D.       IMPLIKASI KONSELING DALAM MODEL KOGNITIF
Pada dasarnya model kognitif konseling berdasarkan pada pandangan bahwa sumber daya terbesar manusia tumbuh dan berkembang secara efektif yang terletak pada kemampuan mereka untuk berfikir secara rasional dan analitikal tentang mereka sendiri dan dunianya. Fungsi pemecahan masalah yang rasional ini di istilahkan Freud sebagai fungsi ego.Fungsi ego adalah sumber daya manusia yang paling mendasar. Model psikologi dasar ini yaitu peka atau tanggap yang akan membawa pada pengendalian perilaku serta pertumbuhan dan perkembangan.
    Konselor berperan nyata sebagai guru yang membantu kliennya berpikir secara sensitif, melalui kepekaan yang lebih terhadap dirinya dan lebih jelas, melalui persepsi realita yang lebih akurat. Konselor membantu kliennya menginterpretasikan kegiatan eksternal dan internal, merekonstruksikan pengalamannya dimasa lalu dengan cara yang logis dan nyata serta menggunakan perspektif barunya untuk menyelesaikan masalah. Konselor cenderung menuntun kliennya mencari alternative cara untuk menyelesaikan masalahnya dengan peka terhadap perasaan untuk memunculkan pandangan baru.
Konselor menjaga hubungan yang dekat dan hangat dengan kliennya bukan untuk kepentingan pribadinya melainkan untuk menciptakan suasana yang nyaman sehingga kliennya bisa menemukan penyebab masalahnya, konselor membantu kliennya “ mencari sesuatu bersama” melalui aspek emosional dan kognitif dalam hubungannya. Ada beberapa penekanan terhadap faktor rasional dan kognitif daripada emosional. Tujuan utamanya bukan hanya untuk memecahkan masalah praktis dengan cepat tetapi lebih memahami motiv dan konflik dasar sehingga pertumbuhan psikologis dan fungsi-fungsi efektif akan tercapai. Diharapkan pengetahuan yang dimiliki dapat ditempatkan di berbagai sutuasi dan waktu.
Tingkat perspektif yang tinggi yang digunakan konselor maupun dalam hubungan yang alami bisa membangkitkan materi-materi yang berharga tapi kadang juga mengancam klien. keterbukaan atau dorongan untuk berbicara bebas tentang perasaan atau kepedulian yang dalam, membuat komunikasi materi yang bisa sangat penting. Melalui rasa empati yang besar dengan cara menjadi pendengar yang aktif yang dilakukan konselor sebagai usahanya untuk memahami dan menghubungkan informasi-informasi tentang klien dan membantu klien memperbaiki gambaran yang layak tentang dirinya.
Aplikasi Teori Kognitif
Kebanyakan konseling Bimbingan karir pada hakikatnya bersifat kognitif. Namun sering kali karakteristik atau faktor teori kepribadian didasarkan  pada psikoanalitik atau neoanalitik. Karakteristik dan faktor pendekatan kepribadian manusia memiliki posisi yang bisa di deskresipkan individu dengan mengaskses karakteristik kepribadian yang terbatas, pola kepentingan dan kemampuan atau ketrampilan. Merencanakan perkembangan pendidikan dan kejuruan yang mencakup pemahaman seseorang tentang pola karakteristik kepentingan dan kemampuan yang berhubungan dengan pihak-pihak yang membutuhkan melalui  suatu persyaratan yang diatur oleh pemilik institusi pendidikan.
Proses konseling mencakup akses dan aplikasi  informasi tentang aspirasi klien, kesempatan dan sumber daya sehingga dia bisa merencanakan dengan cerdas. Kebanyakan informasi di dapat dari tes psikologis ataupun langsung dari wawancara. Pendekatan konseling bermuatan kognitif dikembangkan oleh Albert Ellis. Terapi rasional-Emotiv Sebagaimana Ellis menyebutnya adalah sebuah pendekatan tingkah laku manusia yang menekankan bahwa respon emosional banyak dikendalikan oleh arus kognitif atau proses pembentukan ide. Dengan kata lain ketidak bahagiaan atau respon emosional yang menyakitkan tidak diproduksi secara langsung dari kondisi lingkungan melainkan dari cara individu-individu berpikir tentang lingkungan itu.
Dalam pandangan ini rasa marah, frustasi, kesedihan, atau belas kasihan dipicu oleh kalimat-kalimat yang disampaikan orang lain kepada diri mereka sendiri tentang keadaannya. Kebanyakan kesedihan manusia disebabkan oleh “kalimat tidak waras” atau kesalahan logika dari cara berpikir manusia. Sebagai contoh, Anak muda yang ditolak pacarnya mungkin akan mengatakan kalimat berikut “Dia tidak menyukai aku…aku tidak berharga, tidak menarik, orang yang menyedihkan, hidupku susah.” Kalimat tersebut memicu respon emosional yang merendahkan dirinya.
Perlakuan dalam terapi rasional emotif terdiri dari berbagai macam cara untuk mendidik klien berpikir lebih jernih dan rasional dan untuk bertindak berdasarkan cara berpikir yang rasional daripada cara berpikir sebelumnya yang membingungkan dan tidak logis. Terapi emosional emotive adalah kelanjutan yang paling penting dari pandangan kognitif konseling.
E.        MODEL BEHAVIORAL
Model Behavioral konseling adalah sesuatu yang memiliki cakupan luas yang berlawanan secara langsung dengan teori yang telah di jelaskan diatas. Teori ini membahas suatu eksperimen dilihat dari aplikasi psikologis. Dimulai pada tahun 1920-an, psikologi scientific telah dipengaruhi secara ekstrim oleh metode atau cara pandang yang disebut behaviorism. Singkatnya behaviorism adalah pandangan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang berhadapan sangat ekslusif dalam observabels-yaitu data yang didasarkan pada sesuatu yang tampak dan secara langsung yang dapat diamati atau perilaku.
Pandangan ini unggul pada bagian – bagian khusus tentang psikokologis behavioral yang sangat mempedulikan pembelajaran yang memiliki hubungan respon stimulus. Dengan kata lain psikolog mempelajari respon yang bisa diamati atau pergerakan organisme yang secara langsung terhubung dengan stimulus yang spesifik di lingkungan itu.
Dalam pandangan teori psikologis yang menemukan konstruksi system pandangan yang rumit untuk menjelaskan apa yang ada di dalam organisme (seperti kerangka Freud tentang id, ego, super ego). Keluar dari laboratorium behavioral psikolog dari masa lalu telah mendatangkan reset dengan jumlah yang sangat banyak dengan manusia dan subyek infra manusia. Salah satu pelopor pergerakan ini adalah B.F. Skinner. Skinner dan rekan-rekannya mengadakan riset yang telah mengembangkan sebuah system dan bahasa untuk mempelajari tingkah laku yang disebut analisis eksperimental perilaku.
Pendekatan Skinnerian
Skinner dan sistemnya masih memiliki banyak kontroversi. Dampaknya terhadap psikologi dan pemikiran manusia lainnya tidak dapat di hindarkan dan dia tidak diragukan lagi menjadi penerus Freud sebagai salah satu contributor yang besar bagi cara manusia berpikir tentang dirinya di dunia.
Singkatnya pembelajaran Skinnerian atau Operant Conditioning adalah sebuah pendekatan psikologi yang menggunakan stimulus dan respon untuk mempelajari perilaku yang tampak dibawah kondisi yang terkendali. Pendekatan ini tidak menggunakan kerangka yang rumit untuk menjelaskan atau menyimpulkan apa yang terjadi di dalam organisme. Ini berfokus pada kondisi stimulus yang terjadi di dalam organisme dan respon atau pergerakan yang dikeluarkan organisme melalui adanya stimulus tersebut.
(Reinforcement) Penguatan, Dari pendekatan ini secara empiris telah diketahui bahwa stimuli tertentu yang mengikuti respon khusus akan meningkatkan kemungkinan terjadinnya respon itu secara signifikan. Stimuli ini disebut reinforcers (penguat), penguat pada umumnya mengurangi tekat atau memproduksi kesenangan stimuli contoh: makanan,air,atau dorongan sexual. Mereka bisa juga menjadi penguat negative yang menggeser stimulus yang tidak menyenangkan. Penguat bisa termasuk interaksi sosial seperti pujian atau dorongan atau pengakuan. Sekali respon ini dipasangkan dengan stimulus penguat disebut “respon terkondisi”.
Psikologi behavioral telah berhasil, namun untuk mengembangkan metodelogi kuat yang relative sederhana dengan pembelajaran mengenai sesuatu diakui sebagai efek yang sangat dahsyat terhadap efek dari penghargaan dan hukuman. Skinner secara khusus memfokuskan perhatiaanya kepada kekuatan dari penguatan positif untuk mengontrol perilaku dan telah menunjukan konsekwensi yang tidak efektif dan merusak dari penggunaan stimulus yang terbalik atau hukuman dalam mengontrol perilaku dikebanyakan sifat tidak terpuji kita.
Reset telah menunjukan bahwa frekwensi dari respon banyak ditentukan oleh waktu munculnya stimulus penguat. Sebagai contoh ketika penguat dimunculkan dalam waktu acak, organisme melanjutkan merespon pada tingkat yang tinggi selama periode waktu yang relative lama setelah terakhir munculnya penguat kemudian menghasilkan sebuah pola perilaku yang tahan terhadap kepunahan. Kepunahan adalah sebuah istilah untuk menggambarkan terjadinya kerusakan dari hubungan antara stimulus dan respon ketika respon terkondisi sedang diproduksi secara berulang-ulang dari organisme tanpa adanya penguatan.
Percobaan secara besar-besaran dengan subyek hewan telah menghasilkan pengetahuan yang signifikan tentang efek dari prosedur operant conditioning. Tidak mengejutkan bahwa beberapa tahun terakhir ditemukan lonjakan yang hebat dari penggunaan teknik penguatan dengan manusia di situasi praktis dengan jangka yang luas. Metodologi dalam analisis eksperimen perilaku memiliki keuntungan yang paling pentinga adalah tekhnik “modifikasi tingkah laku” memaksa konselor atau guru untuk menjelaskan secara spesifik perubahan tingkah laku apa yang mereka lakukan. 
F.         IMPLIKASI KONSELING DARI MODEL BEHAVIORAL
Konselor harus mendefinisikan tingkah laku dengan hati-hati, tingkah laku yang berorientasi pada tujuan untuk diri sendiri dan orang lain. Dia tidak bisa menghadapi dalam tujuan yang samar-samar dan ambisius seperti aktualisasi diri atau kekuatan ego atau peningkatan fungsi. Dia harus mendefinisikan kelas-kelas respon yang bisa diamati dimana  prosedur penguatan dan “pembentukan” bisa diaplikasikan.
Konselor harus berpikir sangat hati-hati tentang tujuannya sebelum melakukan campur tangan. Menentukan tujuan tingkah laku mungkin sulit dan kadang memiliki keterbatasan dibeberapa situasi.
Model behavioral membutuhkan pemeriksaan yang hati-hati terhadap lingkungan klien untuk mengidentifikasi dan meletakkan stimuli yang akan dikuatkan. Penguat yang efektif digunakan untuk mengubah tungkah laku klien menjadi lebih baik. Konselor behavioral cukup peduli untuk berhubungan hangat, empati dan cara-cara yang baik terhadap klien. Melalui sebuah hubungan tentu saja konselor bisa menjadi seorang penguat social untuk klien melalui hubungan seperti ini konselor bisa mengetahui kliennya dengan baik untuk mengidentifikasikan faktor penguat yang cocok, disisi lain perubah tingkah laku yang tidak menggunakan kepekaan dan kooperatif dari kliennya kapanpun dan dimanapun mungkin akan tidak menjadi efisien.
Dalam beberapa kondisi konseling behavioral klien bisa mengurus penguatnya sendiri, sebagai contoh seorang mahsiswa yang menjanjikan dirinya sendiri  bila telah menyelesaikan tugasnya akan menjadwalkan kencan dengan pacarnya, atau orang yang sedang diet menjanjikan dirinya pantangan dari makan roti dan kentang akan diganti dengan membeli pakaian baru. Untuk bagian yang paling penting konseling behavioral membantu klien untuk menjelaskan secara spesifik sekelompok tingkah laku yang berorientasi pada tujuan untuk dirinya.
Classical Conditioning
Analisis Skinner tentang tingkah laku berurusan dengan respon secara utama yang disebut operant. Secara umum respon yang bereaksi dengan lingkungan secara langsung. Pola komunikasi baik verbal maupun non verbal adalah operant yang membangkitkan reaksi dari orang-orang yang menerima komunikasi.
Pavlov memperhatikan respon yang memiliki karakter berbeda-beda. Kebanyakan perilaku responden terpicu secara langsung oleh stimuli di lingkungan. Respon emosional adalah jenisnya. Seorang pejalan kaki yang hampir saja ditabrak oleh truk yang berkecepatan tinggi mengalami respon ketakutan yang kuat, nafasnya, detak jantung, keringat, kontraksi perut dll secara cepat akan berpengaruh. Pavlov dan pengikutnya telah menemukan bahwa respon “otot rata” dikontrol oleh pembelajaran. Percobaan bell-salivation yang tekenal dengan anjingnya adalah contoh klasik disediakan makanan, si anjing berliur makanan dan nada bell diberikan lagi dan anjing kembali berliur. Nada bell diberikan sendiri, anjing berliur. Respond stimulus yang berpasangan melelui pembelajaran baru ini telah diraih.
Desensitization
Perlakuan konseling yang utama berasal dari pendekatan pembelajaran pendekatan klasik secara tidak langsung adalah tekhnik desensitization Joseph Wolpe. Pendekatan ini sangat efektif dalam menangani kecemasan dan reaksi phobia, meliputi penggunaan relaksasi dan pembelajaran dengan orang lain. Secara singkat sebuah subjek yang misalnya mengalami kecemasan yang berlebihan dalam situasi tes akademik dibantu untuk rileks secara menyeluruh. Dia lalu diberikan tingkatan dari berbagai gambaran produk kecemasan melingkupi perasaannya ketika tes pertama kali diumumkan untuk minggu berikutnya melalui reaksinya semalam sebelum tes, sampai kecemasannya saat membaca disoal pertama.Karena dia bisa memproses lebih jauh dan lebih jauh melalui tingkatan itu tanpa mengalami tingkatan kecemasan yang mengganggu masa rileksnya, dia sedang mengalami desensitis kepada stimuli penghasil kecemasan. Terkadang dia bisa memasuki kembali situasi tes itu secara langsung tanpa melumpuhkan pengalaman kecemasan sebelumnya. Dia dikatakan Desensitized.
Baik operant maupun pendekatan pembelajaran klasik menawarkan sumber berharga untuk mendapatkan konselor yang telah berkembang, pendekatan behavioral ini bisa digunakan dan dimasukan ke dalam praktek pengembangan konselor dengan komitmen kepada nilai kebebasan dan martabat manusia. Mereka bisa digunakan dengan penuh kepekaan dan konsentrasi dari klien. Mereka tidak mengurangi pembentukan kehangatan, empati, hubungan yang baik,dan efektif dalam hubunggan itu. Krumboltez dan Thoreson telah mengaplikasikan prinsip operan ke berbagai situasi macam konseling dengan istilah behavioral humanism untuk mendeskripsikan istilah itu.

DAFTAR PUSTAKA
Blocher, Donald H. 1974. Developmental Counseling Chapter V. USA:   Jhon Wiley     & Sons, inc

Post a Comment for "Teori Konseling [Donald H. Blocher]"